You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
None
The premise of Social Science and Power in Indonesia is that the role and development of social sciences in Indonesia over the past fifty years are inextricably related to the shifting requirements of power. What is researched and what is not, which frameworks achieve paradigmatic status while others are marginalized, and which kinds of social scientists become influential while others are ignored are all matters of power. These and other important themes and issues are critically explored by some of Indonesia's foremost social scientists in this seminal work.
Tersaji dalam buku kecil ini kenangan sejumlah kawan tentang Arief Budiman, seorang cendekiawan-aktivis yang dihormati dan dicintai para junior maupun rekan seangkatan. Bukan hanya puja-puji, sejumlah kritik juga dilontarkan kepada kakak kandung Soe Hok Gie ini. Termasuk bermacam paradoks yang melekat dalam pribadinya sebagai manusia, makhluk seni, man of literature, dan sebagai seorang ilmuwan. Kendati demikian, semua kritik itu tetap dilandasi rasa hormat dan pengakuan bahwa Almarhum adalah seorang intelektual publik yang jujur. Bahkan mereka yang paling terganggu dengan kritiknya pun harus mengakui satu hal: segala yang dilakukan Arief sebagai cendekiawan-aktivis bukanlah demi kepentingan pribadinya. Banyak saksi tentang sikap tanpa pamrih ini. Membaca buku ini, sedikit-banyak kita akan mengetahui posisi Arief semasa hidupnya yang penuh ketegangan kontestasi dan resistensi. Pada akhirnya, kita harus mengakui bahwa kepribadian seseorang bersegi-banyak, multi-dimensional, dan Arief adalah salah satu contoh penting bagi masyarakat, bangsa, dan politik Indonesia. Dia pemberi inspirasi bagi yang mencintai dan membencinya.
Buku ini mengajak pembaca untuk "bertemu" kembali seorang Fredy Budiman, yang hari ini nyawanya sudah di alam lain. Pembaca akan melihat sepak terjangnya dalam bisnis terlarang itu. Mulai dari perkenalannya dengan narkoba, sederetan hukuman yang pernah ia jalani, bagaimana Fredy membangun jaringan hingga yang menarik adalah hari-hari terakhir sebelum dirinya dihukum mati. Tak hanya itu, Fredy Budiman juga dihadapkan dalam beberapa perspektif hukum untuk melihat dan memahaminya sebagai individu yang lain. Soal pilihannya, label hingga kehidupan pribadinya.
Buku ini merupakan kompilasi penulisan penulis tamu Jejak Tarbiah diinspirasikan daripada tokoh pembaharuan nusantara – Buya Hamka, dalam usaha mengangkat keperibadian LELAKI berbudi mendepani era yang memerlukan lelaki menjadi lebih kuat sebagai pemimpin keluarga dan masyarakat.
Budiman Sudjatmiko, Aktivis Pendobrak Orde Baru
Kedatangan Aliff Zulkarnain, pewaris Samudera Holdings ke pulau itu telah mengubah hidup Khadeja. Pertama kali bertentang mata, dia merasakan suatu perasaan yang meresap ke sanubarinya. Keikhlasan dan kesungguhan Aliff berjaya melembutkan jiwa kental Khadeja. Dia diperisterikan walaupun mendapat tentangan hebat daripada keluarga lelaki itu. Namun, ada hati yang terluka. Cinta luhur Budiman untuk Khadeja serta kasih Dr. Suzana untuk Aliff, terus menjadi rahsia. Tidak disangka, kebahagiaan Aliff dan Khadeja sekejap cuma. Khadeja diduga apabila Aliff tidak kembali selepas pulang ke Kuala Lumpur atas urusan keluarga. Pemergian Aliff menjadi tanda tanya.
The year is 2012. America's global war on terror is at a fateful crossroads. The rise of Laskar-e-Muhammad, the most audacious and sophisticated terrorist network the world has ever seen, imperils America's national survival. As President Middlefield and top deputy Jim Constance rally America to confront the threat, worldwide criticism hampers their efforts, many detractors arguing for a policy of appeasement. Dr. Jane Crandall Offman, high profile professor and social commentator, joins Islam's intellectual elite in undermining the war on terror. Denounced in the court of world opinion and outmaneuvered by Laskar-e-Muhammad on all fronts, America finds herself abandoned and isolated. With C...
This is a detailed, narrative–based history of Classical Malay Literature. It covers a wide range of Malay texts, including folk literature; the influence of the Indian epics and shadow theatre; Panji tales; the transition from Hindu to Muslim literary models; Muslim literature; framed tales; theological literature; historical literature; legal codes; and the dominant forms of poetry, the pantun and syair. The author describes the background to each of these particular literary periods. He engages in depth with specific texts, their various manuscripts, and their contents. In so doing, he draws attention to the historical complexity of tradisional Malay society, its worldviews, and its place within the wider framework of human experience. Dr. Liaw’s History of Classical Malay Literature will be of benefit to beginning students of Malay Literature and to established scholars alike. It can also be read with benefit by those with a wider interest in Comparative Literature and in Southeast Asian culture in general.