You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
This book investigates the literary imaginings of the postcolonial city through the lens of crime in texts set in Naples and Mumbai from the 1990s to the present. Employing the analogy of a ‘black hole,’ it posits the discourse on criminality as a way to investigate the contemporary spatial manifestations of coloniality and global capitalist urbanity. Despite their different histories, Mumbai and Naples have remarkable similarities. Both are port cities, ‘gateways’ to their countries and regional trade networks, and both are marked by extreme wealth and poverty. They are also the sites and symbolic battlegrounds for a wider struggle in which ‘the North exploits the South, and the South fights back.’ As one of the characters of the novel The Neapolitan Book of the Dead puts it, a narrativisation of the underworld allows for a ‘discovery of a different city from its forgotten corners.’ Crime provides a means to understand the relationship between space and society/culture in a number of cities across the Global South, by tracing a narrative of postcolonial urbanity that exposes the connections between exploitation and the ongoing ‘coloniality of power.’
This volume offers a variety of perspectives on contemporary fatherhood: from analyses of literature, film, drama, and popular culture, to issues tackled by psychology, gender studies, and social sciences. Arranged into thematic sections, the chapters cover a wide range of approaches to fatherhood, including studies and analyses based on fieldwork and interviews with participants. Each chapter discusses various culture-dependent models of masculinity in relation to the topic of fatherhood depicted in works of literary and film art, emphasizing the crucial factors and features which make all these models different from one another and using examples of such cultural contexts as Australia, China, Indonesia, Brazil, and Iran. With the use of methodological tools provided by literature studies, film studies, culture studies, psychology, gender and queer studies, and sociology, the book is a comprehensive insight into current research on both real-life and fictional realizations of fatherhood.
Curating Transcultural Spaces asks what a museum which enables the presentation of multiple perspectives might look like. Can identity be global and local at the same time? How may one curate dual identity? More broadly, what is the link between the arts and processes of identity construction? This volume, an indispensable source for the process of engaging with colonial history in Germany and beyond, takes its starting point from the 'scandal' of the Humboldt Forum. The transfer of German state collections from the Ethnological Museum and the Museum for Asian Art, located at the margins of Berlin in Dahlem, into the centre of Germany's capital indicates the nation's aspiration of purported ...
Buku ini secara eksplisit menguraikan peran vital museum dalam masyarakat. Melalui pendekatan komunikasi visual yang inovatif seperti diorama, kita diundang untuk menyelami lebih dalam narasi-narasi yang membentuk identitas bangsa. Pendekatan ini mengubah cara kita melihat artefak menjadi lebih dari sekadar objek; mereka menjadi narator dalam cerita besar bangsa ini. Dengan mengangkat sosok Munir, buku ini menekankan bagaimana museum memainkan peran kunci dalam mendokumentasikan perjuangan kemanusiaan. Museum menjadi medium yang kuat untuk mempertahankan ingatan kolektif akan peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah kita, khususnya dalam konteks pelanggaran hak asasi manusia. Buku ini juga ...
Kajian komunikasi Indonesia dan Asia (Timur) sejak lama didominasi perspektif Eropa dan Amerika Serikat (Barat). Kondisi ini berdampak pada penggunaan perpektif komunikasi yang tidak kontekstual dengan realitas lokus penggunaannya di Timur karena mempunyai kultur yang berbeda dengan Barat. Perspektif komunikasi Barat dengan budaya individualistik tentu tidak dapat dipakai di Indonesia dan Asia dengan budaya kolektif (gotong royong). Oleh sebab itu, wacana yang dibangun oleh penulis dalam buku Komunikasi Perspektif Indonesia dan Asia ini sangat berarti sebagai diskursus bersama dalam mengemukakan komunikasi berperspektif Timur. Penulis tidak sebatas menyajikan fenomena komunikasi dengan cara ...
Elaborasi terhadap dinamika sejarah media secara kontekstual merupakan inti sekaligus subtansi kajian yang membedakan buku ini dengan karya-karya yang lain. Dalam buku ini dijelaskan secara panjang lebar pengertian media, sejarah media, gerak transformasi media, pemanfaatan media untuk bidang jurnalistik, bidang public relations, termasuk implikasi dan tantangan yang muncul di era disrupsi dewasa ini. Bertolak dari kajian terhadap sejarah media, buku ini merupakan pengantar historis, komparatif, dan kritis untuk memahami media secara holistik. Uraian di dalamnya tidak hanya berkutat pada penjelasan teoritik, tetapi juga aplikasi pemanfaatannya di lapangan. Berbekal pemahaman yang holistik demikian, pembaca diharapkan mempunyai bekal yang memadai untuk mengarungi dunia media yang dinamis dan penuh dengan perubahan. Buku ini penting dibaca oleh peneliti, dosen, mahasiswa, jurnalis, praktisi public relations, praktisi pemasaran, maupun masyarakat umum yang tertarik untuk mengembangkan diri melalui jalur pemanfaatan media.
Bagi jurnalis profesional, buku ini mengisyaratkan perlunya sikap dasar untuk terus belajar. Untuk mengembangkan kompetensi, independensi, dan profesionalisme di bidang jurnalisme. Sementara bagi audiens, khalayak, atau masyarakat luas, uraian jurnalisme kontekstual di buku ini, juga menjadi isyarat bahwa peluang untuk berkiprah dalam dunia media sekarang ini sangatlah terbuka. Arus globalisasi, perkembangan teknologi, serta pengetahuan jurnalisme yang semakin kontekstual merupakan peluang amat besar bagi setiap warga untuk berpartisipasi membuat konten media yang positif.Mulai dari berita, opini, surat pembaca, maupun foto jurnalistik yang bisa diproduksi secara kreatif. Dengan cakupan topik-topik fundamental ini, buku ini juga akan bermafaat bagi mahasiswa yang mengikuti mata kuliah “Dasar-dasar Jurnalistik, “Jurnalisme Media”, maupun “Isu-isu Komunikasi Kontemporer”.
New media, bukan saja terminologi yang pelik, tapi juga mengecoh akal sehat. Rambah peran new media yang bisa menyentuh berbagai lapisan masyarakat, amat membantu warga yang butuh informasi terbaru. Namun demikian, karena begitu banyaknya informasi di dalamnya, ternyata berkonsekuensi pada memburamnya makna kebenaran. Terlebih saat sebuah informasi dan institusi media bersanding dengan kepentingan pasar, juga kemasan informasi yang sensional bahkan bombastis. Akibatnya, risalah “apa” dan “dimana” kebenaran dalam new media, menjadi sangat samar. Sementara itu, mencanggihnya teknologi komunikasi telah membuka jalan lebar bagi informasi dalam new media. Ibarat sebuah persimpangan besar,...
Adriany explores gender discourses in early childhood education in Indonesia, as well as how teachers and children are engaged in the process of constructing, negotiating, and resisting dominant gender discourses in kindergartens. Using an ethnographic approach, Adriany explores how both the teachers and children are doing and undoing their gender. She adopts feminist poststructuralist and postcolonial theories through her research and, in that context, views gender as something fluid and unfixed. The book also investigates the methodological aspect where the authors have both an inside and outside perspective. Each chapter aims to present and complicate the taken-for-granted practices in ki...