You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
In the series of Local Knowledge publication, this book particularly deals with empowering local knowledge further, towards a more globalized vision. It is an anthology of copious articles that delves deeper into stabilizing the establishment of local knowledge and preservation of archaic knowledge, literature, traditions and culture in the Asia-Pacific region. This book pushes the boundaries of mediocrity by going to great lengths and course in its research to interpret and preserve certain dying knowledge of local cultures and literature. Mostly, the methods used in compiling these local wisdoms and memories is by immortalizing the knowledge though oral account where the gist of the research is transcribed and discussed in the articles presented in this book. This book also highlights the different perspectives of looking at local knowledge that it has subscribed to. This compilation presents how local knowledge of various disciplines is considered in different fields such as local art, political science, business and tourism and traditional folklore. The cosmic approach to looking at local knowledge through these various fields provides a holistic review of local knowledge.
Jacqueline Kahanoff: A Levantine Woman is the first intellectual biography of this remarkable Egyptian-Jewish intellectual, whose work has secured her place in literary pantheon as a herald of Levantine, Mediterranean, and transnational culture. Growing up Jewish in cosmopolitan Egypt in the 1920s and 1930s, Jacqueline Kahanoff experienced a bustling Middle East enriched by diverse languages, religions, and peoples who nonetheless were deeply connected to each other through history, business, daily practices, and shared landscape. At the age of twenty-four, Kahanoff immigrated to the United States. Her stories, essays, and short autobiographical novel attest to her penchant to cross boundari...
Secara histori, posisi wilayah Aceh menjelang kehadiran bangsa Eropa merupakan rute yang menghubungkan Asia Timur, Asia Tenggara, Asia Selatan sampai ke Asia Afrika bahkan sampai ke Eropa Barat. Dengan kondisi geografis itu, Aceh banyak disinggahi para pendatang dari negara lain; Tiongkok, Persia, Arab, dan Eropa. Terutama orang-orang Hindustani/India sekitar 2500 tahun yang lalu mulai datang ke Aceh (A. Miala, 1970: 5). Dari berbagai suku bangsa pendatang, maka percampuran penduduk terjadi di wilayah Aceh yang dipandang sebagai panggung sejarah dan budaya bagi Aceh dikunjungi multibangsa asal Asia. Secara etnografi yaitu asal muasal suku bangsa Aceh merupakan gabungan dari berbagai bangsa di dunia. Hasil kunjungan dapat dibuktikan baik pantai barat, utara, timur maupun selatan serta pedalaman Aceh berdasarkan karakteristik morfologi wajah warga Aceh berdasarkan pada keturunan Arab, China, Eropa, dan Hindia. Dalam sumber antropologi, asal-usul Aceh dari suku Mantir (dalam bahasa Aceh Mantee) yang memiliki kaitan dengan Mantera di Malaka, di mana bagian dari bangsa Mon Khmer (Monk Khmer) (Yusuf Al Qardhawy Al Asyi, 2019: 7).
Encyclopedia of custom, language, geography, art, and history of Aceh.
None
Buku ini merupakan kumpulan esai yang dituliskan oleh siswa jenjang SMA yang ada di Aceh Utara. Tema esai tersebut yaitu Budaya Islam Tertua Nusantara. Buaya Islam yang diangkat yaitu pada masa kerajaan Samudera Pasai di Kabupaten Aceh Utara. Sultan Maulana Malik Al Saleh adalah seorang penguasa di Kesultanan Samudera Pasai yang terletak di Aceh, Indonesia pada abad ke-13. Malik Al Saleh atau lebih dikenal dengan nama Malikussaleh merupakan raja Islam pertama di Indonesia. Islam pada masa itu mengikuti adat budaya suatu tempat, ini bisa dilihat dari peninggalan-peninggalan masa kerajaan dulu. Peninggalan ini bisa ditemui di Museum Samudera Pasai Aceh Utara. Selain itu juga bisa dilihat dari ...
On local government of villages and its role in anticipating social conflict in Aceh, Indonesia.
SEBAIK sahaja pesawat Boeing 747 Excellent Airlines itu mencecah bumi Malaysia, para penumpang diganggu oleh satu pengumuman yang dibuat oleh ketua pramugara. “Tuan-tuan dan puan-puan! Kita telah selamat mendarat di Lapangan Terbang Antarabangsa Kuala Lumpur. Selamat datang ke Kuala Lumpur, kota raya yang indah dan penuh dengan pelbagai budaya. Kami mengucapkan terima kasih pada anda yang telah memilih penerbangan ini. Kepada yang akan meneruskan perjalanan ke destinasi seterusnya, bolehlah ber-hubung dengan biro perjalanan anda di kaunter penerbangan anda di terminal ini.
I really applaud your efforts. It s really diffi cult to do a book like that. - WAZIR Thanks again for your immense work, my family and I are indeed extremely grateful. - AZLAN Your effort in writing about the early Muslim doctors is very commendable and would be good for present and future generations to read about. - TAHIR You are doing valuable work by fi lling in the gaps in our history. I wish more of our retirees would impart their memories to repositories of knowledge such as the USM. - TAWFIK