You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Papaku sudah meninggal saat aku berusia 11 tahun. Tetapi, aku memiliki seorang Mama luar biasa yang sangat menyayangiku. Aku sadar aku memiliki kekurangan, tetapi aku juga punya kelebihan. Aku memang lemah di satu sisi, tetapi kuat di sisi lain. Aku anak yang selalu bahagia, dan senantiasa bersyukur atas segala anugerah Tuhan dalam hidupku. Melalui buku ini, aku ingin berbagi cerita dan kebahagiaan kepada kalian semua. Karena, ternyata benar, jika kita menginginkan sesuatu dan berusaha menggapainya, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Dan, jika aku saja bisa begitu, mengapa kalian tidak? [Mizan, Hikmah, Inspirasi, Motivasi, Indonesia]
I don’t write a lot of short stories. It can be said, short stories in this collection are stories that I consider to be successful. I write to them with satisfaction. The "success" I mean is not just a success published in the media or won an award, but also the success of producing the creativity and sharpening the writing skills that I am trying to make. Maybe the techniques that I used are not new techniques, but I have considered the success of applying these techniques as a success in itself. The desire to collect written works have actually been hidden for a long time. However, a strong motivation only emerged when some of the short stories published here were chosen as nominees for...
BAB SATU: RENANING DALEM Keluarga, Relijiusitasdan Pendidikan Albert Herwanta O’Carm – Bambang Ismawan – Daoeni Andajani – Indraty Hadinata – Artha Peto Sinamo –BS Mardiatmadja SJ – Sudargo – Christine Rudy – Dharmadi – Dede Oetomo – FA Warto Kiyanto – Franz Dahler – Giyono Kwari – Harry Tjan Silalahi – Hendra & Mekky Pranaya – Henri Supriyanto – Hisashi Uno – Janet Steele – Johansyah Riza – Maria Elvire Sundah – Mariana Warokka – Medy Loekito – Meutia Hatta Swasono – Parakitri T. Simbolon – Stefanus Djuweng – Soeparmo –Sri Hastanto – Sukirman – Sumardi – Suryo W. Prawiroatmodjo – Susann Suryanto – Susanto Zuhdi – Susianna Dar...
None
Alex tidak pernah menyangka perkenalan dengan Elvina, seorang pasiennya di rumah sakit, akan menjadi awal dari pertemuan-pertemuan yang selalu ia nantikan. Elvina, perempuan manis itu, telah menaklukkan hatinya yang selama 35 tahun tidak pernah terisi. Bagi Alex dan Elvina, keberadaan satu sama lain bagaikan sebuah oase di tengah kehidupan mereka yang sunyi. Namun, keduanya terhalang jeratan masa lalu masing-masing. Terlebih bagi Elvina. Setelah ia dijadikan kompensasi oleh orang tuanya sebagai alat tukar pelunasan utang, hidup Elvina terkunci sebagai perempuan pemuas Reno, seorang pebisnis heroin dan perjudian. Setelah Reno secara terang-terangan melecehkan Vera, putri Alex, Elvina merasa harus merelakan cintanya. Ia tidak ingin orang-orang yang ia sayangi menderita karenanya. Elvina bertekad menyudahi hubungan tanpa statusnya dengan Reno. Namun, Reno terlalu sulit untuk dijatuhkan. Bagaimanakah cara Elvina memutuskan rantai kekuasaan Reno atas dirinya? Mampukah ia kembali kepada Alex dan bertumpu pada cintanya yang sejati? [Mizan Publishing, Pastel Books, Novel, Remaja, Indonesia]
Walau telah dihadirkan dalam berbagai versi, drama perseteruan dua kubu keturunan wangsa Bharata—Pandawa dan Kurawa—selalu memiliki benang merah yang sama. Persaingan antar saudara, pere butan takhta dan cinta, hingga pembalasan dendam berujung darah yang tertumpah. Akan tetapi, siapa yang peduli bagaimana perasaan setiap perem puan yang terlibat di dalam dunia yang sangat patriarkis? Apa yang mereka pikirkan? Apa pengaruh mereka terhadap keputusan para lelaki? Ketika para kesatria berjaya, apakah peran para perempuan ini diakui? Bagaimana para perempuan ini bertahan di tengah keka cauan, hidup yang tercerabut, hati yang patah? Atau, siapa sebenarnya yang mereka cintai?
Inspiration stories of prominent figures conducted by Ida Arimurti, an announcer of broadcasting radio Delta FM in Jakarta, Indonesia.
Sejak bulan Agustus 2021 setiap pukul 10.00 WIB, di rumah sakit, di bank, di swalayan, berkumandanglah Lagu Indonesia Raya dan hadirin yang ada berdiri tegap mendengarkan dan bahkan ikut menyanyikannya. Suasana nasionalisme sangat terasa dan semakin mendekatkan memori kita dengan jasa para pahlawan kemerdekaan. Di beberapa kampus secara virtual, apel pagi diselang selingi antara menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan membaca teks Pancasila. Sebelum tradisi baru tersebut dilakukan, ada pertanyaan yang selalu melintas di benak kita setiap kali menyanyikan lagu Indonesia Raya, apalagi ketika seminar di Balai Bahasa DIY beberapa waktu yang lalu, Indonesia Raya yang dinyanyikan lengkap 3 stanza. Kemunculan bait yang mengandung Di sanalah aku berdiri berulang sesuai dengan jumlah stanza. Pertanyaan yang selalu muncul adalah mengapa di sana? Mengapa bukan di sini? Sedang berada di mana penulis/pengarang ketika menulis lagu Indonesia Raya (apakah di luar negeri?)
None