You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Christian faith encompasses intellectual and spiritual life. The phrase “A Mind for Christ, A Heart for His Church” indicates the dynamic relationship between the intellectual and the heart in the believer’s life. It strongly emphasizes the importance of cultivating a deep understanding of the life and teachings of Christ while at the same time nurturing a love for the Church as the body of Christ. It is the spirit on which Aletheia Theological Seminary (henceforth Aletheia) formulates its motto. Aletheia exists to be a partner of the Church in preparing believers to learn about the person and work of Christ, as well as nurturing the heart to experience healthy spiritual growth. Iman K...
Buku ini merupakan panduan bagi pengajar katekisasi di lingkungan Gereja Kristus Tuhan (GKT). Dengan adanya buku ini, jemaat - khususnya GKT - akan diperlengkapi dengan pengetahuan dan pemahaman pokok-pokok iman Kristen yang mendasar.
BISA DENGAR SUARA SAYA? merupakan buku hasil kerjasama STT Aletheia dan kelompok diskusi interdispliner Synoptic. Sesuai dengan topik-topik yang dibahas, sudah bisa ditebak bahwa tulisan-tulisan yang terbit ini dihasilkan pada masa pandemi Covid-19. Kalimat tanya dalam judul “Bisa Dengar Suara Saya?” adalah pertanyaan umum yang sering diucapkan tatkala mengecek jaringan audio daring. Keberadaan “suara” bisa saja dianggap sebagai noise atau gangguan sehingga harus secepatnya di-mute, matikan ketika masih rapat, kelas, atau seminar online. Namun, secara simbolis dipakai dalam bunga rampai ini untuk mengingatkan kita bersama bahwa suara-suara itu tidak selamanya terbungkam, dia memiliki kekuatan untuk menyeruak menembus batas-batas yang ada. Ruang isolasi dan “kontrol host” bukanlah penghalang untuk menghasilkan karya, bersuara secara jernih bagi Indonesia.
Setelah cukup lama berada di GKT perlahan-lahan pemahaman mulai ditemukan. Namun masalah baru kini muncul. Sebagian besar pemimpin awam, dan lebih besar lagi anggota jemaat, memiliki pemahaman yang minim tentang gerejanya sendiri. Hal-hal itu tentu menjadi tantangan tersendiri dalam membangun gereja yang baik. Soal-soal seperti siapa GKT, apa dia, apa misi hidupnya dan bagaimana prinsipprinsip dasar pelayanannya, apa dan bagaimana prinsip ibadahnya, lalu apa itu SKA dan STTA dan di mana letaknya dalam konfigurasi hidup GKT serta masih banyak hal lain lagi, menjadi isu yang belum banyak dipahami. Sepanjang keikutsertaan saya dalam arak-arakan pelayanan GKT sejak 1997, saya menemukan bahwa sebagian dari isu-isu itu pernah dan telah menjadi isu yang mengundang perdebatan.
Buku ini berisikan profile wisudawan/wati, ketua STT Aletheia periode 2013-2022, ketua STT Aletheia periode 2022-2026, dan tiga dosen yang memasuki masa emeritasi di tahun 2022
Sejak masih studi di STT Aletheia pada tahun 1992-1997, saya dan kawan-kawan sudah merasakan kebutuhan yang mendalam akan suatu bahan yang dapat membantu kami mengenal gereja yang bernama Gereja Kristus Tuhan (GKT). Alasan paling utama ialah karena kami bersekolah di sekolah milik GKT; yang kedua karena kami berasal dari latar belakang gereja yang berbeda dari GKT—baik secara sosial, kultural maupun juga secara teologi; dan ketiga karena sebagian besar kami diutus pelayanan week-end dan praktik satu tahun di GKT. Kami merasa memasuki “rimba belantara” dengan tiada berkompas. Ada banyak kebingungan yang dirasakan pada waktu itu.
Buku I Ngurah Suryawan menjadi semakin penting dalam merepresentasikan situasi di Tanah Papua kontemporer. Tidak saja karena buku ini berhasil melihat Papua dari dalam, tetapi juga bisa menjadi referensi bidang-bidang lain di luar antropologi, maupun bagi mereka yang berkecimpung dalam dunia pemerintahan dan advokasi masyarakat. Ia menawarkan etnografi yang rinci ketika menggambarkan tentang berbagai karakter, tingkah laku, dan kecenderungan-kecenderungan politik kaum elite Papua. Sumbangsih akademik I Ngurah Suryawan ini menjadi semakin relevan dan melengkapi kajian-kajian akademik yang telah dan semakin banyak dilakukan tentang Papua, di dalam maupun luar negeri. Masalah Papua, sudah hampir pasti, tidak akan segera selesai dalam waktu dekat. Riwanto Tirtosudarmo
Indonesia is the home of the largest single Muslim community of the world. Its Christian community, about 10% of the population, has until now received no overall description in English. Through cooperation of 26 Indonesian and European scholars, Protestants and Catholics, a broad and balanced picture is given of its 24 million Christians. This book sketches the growth of Christianity during the Portuguese period (1511-1605), it presents a fair account of developments under the Dutch colonial administration (1605-1942) and is more elaborate for the period of the Indonesian Republic (since 1945). It emphasizes the regional differences in this huge country, because most Christians live outside the main island of Java. Muslim-Christian relations, as well as the tensions between foreign missionaries and local theology, receive special attention.