You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
None
"Jambi, tahun 1987, sudah beberapa tahun dibelit pro-kontra pendirian sebuah pabrik kayu lapis, yang diduga dibangun di atas sebuah situs purbakala di Kemingking. Rigel, seorang wartawati, berusaha membongkar konspirasi di baliknya, tetapi usahanya digagalkan secara tragis. Sementara itu Hartanto, pemilik pabrik, mendengar kabar buruk bahwa keluarganya akan dihabisi oleh Naga, roh yang menjaga alam. Bersama Datuk Itam, dukun sakti komplotannya, dia memburu gadis yang menurut ramalan dipilih oleh Naga untuk melahirkan anaknya, yang akan bertugas menghancurkan mereka semua. Cen Cu, gadis yang dipilih oleh Naga, diselamatkan oleh seorang pemulung tua. Tetapi Hartanto dan komplotannya berhasil menemukannya, dan berusaha membunuhnya ketika dia sedang berjuang melahirkan anak sang Naga."
"Fajar, pianis andalan Simfoni Bintang, sangat berambisi mengadakan konser tunggal. Sayangnya, dari segi finansial sangat tidak mungkin. Karena itu dia merasa seperti mendapat durian jatuh ketika Elise, putri seorang konglomerat, jatuh cinta padanya. Mereka pun menikah: Elise yang mencintainya dengan sangat tulus, Fajar yang berharap mertuanya akan membiayai konsernya.Namun skenario Tuhan berjalan ke arah lain. Setelah menikah, Fajar menemukan cinta sejatinya di orkestra tempatnya bekerja. Gadis belia itu, Kirana, datang dengan keluguannya yang memesona, dengan gesekan biolanya yang menjadikannya bintang simfoni sekelas Fajar dalam sekejap. Fajar pun bimbang, dia ingin meninggalkan istrinya, melupakan konser yang sudah di ambang mata, demi mengejar cintanya pada Kirana. Namun Elise tahu dan tidak rela melepas suaminya. Dia bertekad mempertahankan rumah tangganya, walaupun berarti mengorbankan nyawanya sendiri...."
None
"Leng Cu, putri Cen Cu, ternyata selamat, walaupun buta. Hartanto mengetahuinya dan berusaha membunuhnya pula. Dia diselamatkan oleh tiga tikus yang sebenarnya merupakan anggota keluarga Kerajaan Kemingking, yang berhasil melarikan diri---karena mengucapkan mantra yang mengubah mereka menjadi tikus---saat kerajaan diserang. Ketiga tikus itu berharap mustika Naga dapat mengubah mereka menjadi manusia kembali. Tetapi Leng Cu, yang harus menemukan mustika Naga, tercemar oleh kekuatan jahat Datuk Itam dan berubah menjadi manusia haus kekuasaan. Dari bawah situs yang digali oleh Rigel, gadis buta yang jelita itu mengambil mahkota kuno yang seharusnya dikenakan oleh raja yang akan dinobatkan, kemudian menghilang."
None
Sejak bulan Agustus 2021 setiap pukul 10.00 WIB, di rumah sakit, di bank, di swalayan, berkumandanglah Lagu Indonesia Raya dan hadirin yang ada berdiri tegap mendengarkan dan bahkan ikut menyanyikannya. Suasana nasionalisme sangat terasa dan semakin mendekatkan memori kita dengan jasa para pahlawan kemerdekaan. Di beberapa kampus secara virtual, apel pagi diselang selingi antara menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan membaca teks Pancasila. Sebelum tradisi baru tersebut dilakukan, ada pertanyaan yang selalu melintas di benak kita setiap kali menyanyikan lagu Indonesia Raya, apalagi ketika seminar di Balai Bahasa DIY beberapa waktu yang lalu, Indonesia Raya yang dinyanyikan lengkap 3 stanza. Kemunculan bait yang mengandung Di sanalah aku berdiri berulang sesuai dengan jumlah stanza. Pertanyaan yang selalu muncul adalah mengapa di sana? Mengapa bukan di sini? Sedang berada di mana penulis/pengarang ketika menulis lagu Indonesia Raya (apakah di luar negeri?)
Ketika bioskop berjaya, ramainya minta ampun. Pemuda-pemudi Jambi berdatangan untuk nonton di sana. Banyak dari anak muda pada dekade 1980-an menggunakan dokar. Dahulu perjalanan terasa cukup jauh jika dari daerah Mayang sebab Jembatan Makalam juga belum dibangun. Buku persembahan penerbit IndieBookCorner
"Earth Dance," the story of four generations of Balinese women, centers on conflicts that arise between the demands of caste and personal desires. Narrated by Ida Ayu Telaga, a Balinese woman in her thirties, the novel shows Balinese women-as depicted by her mother, grandmother and female peers-to be motivated by two factors: the yearning to be beautiful, and the desire for a high-caste husband. Headstrong Telaga defies her mother's wishes and marries the man of her dreams, who is a commoner. Thus, in a reversal of societal expectations, as shown in the novel by images of women who aspire to "liberation" through "marrying up," Telaga's emancipation is implicitly characterized as a move downwards, through transformation to the status of a commoner. "Earth Dance" also reveals that-like high-caste status-beauty, too, has a price. Behind the thick, glossy hair and golden complexion, lies a web of jealousy, derision and intrigue. Telaga, whose life is controlled by her mother's avarice, her mother-in-law's bitterness and the greed of her sister-in-law, has frequent cause to wonder: "Is this what it means to be a woman?"
Join the princesses on one amazing adventure after the next. Go with Ariel on a dangerous quest to find a magical purple pearl. Grab your bow and ride with Merida across the Scottish Highlands. Then help Belle track down a mysterious creature. This collection features 17 royal takes filled with courage and spirit.