You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Salat Jamaah merupakan ibadah sunah yang diganjar dengan pahala yang berlipat ganda oleh Allah SWT, yaitu dua puluh tujuh derajat. Secara filosofis, Salat Jamaah setidaknya menyimpan empat hikmah, yaitu persatuan, kesetaraan, ukhuwah, dan tanggung jawab. Karena itu, berjamaah lebih utama dibanding salat sendiri. Hatim Al-Asham berkata, “Pernah sekali aku tidak Salat Jamaah, hanya Abu Ishaq Al-Bukhari yang mengunjungiku. Bila anakku meninggal dunia maka ada lebih dari 10 ribu orang datang untuk melayatku. Sebab, musibah agama lebih ringan menurut orang ketimbang musibah dunia. Ketahuilah, seandainya semua anakku meninggal dunia, hal itu lebih ringan bagiku daripada kehilangan Salat Jamaah.” Buku Berjamaah Lebih Utama ini dilengkapi dengan profil beberapa masjid di Indonesia yang memakmurkan masjidnya dengan Salat Jamaah, terutama Salat Subuh. Selain itu, buku ini juga dilengkapi dengan zikir pagi-petang atau al-ma’tsurat. Buku persembahan penerbit QultumMedia
Setiap pribadi muslim seharusnya tampil memesona. Tutur katanya lembut dan penuh hikmah. Setiap kalimat yang ia ucapkan tidak pernah menyakiti orang lain. Tak tersimpan amarah, benci, dan dendam. Hatinya lapang dan selalu bisa memaafkan kesalahan orang lain. Sebesar dan seberat apa pun. Pesona itu muncul dari iman yang terhunjam kuat di dalam dada. Kekuatan iman yang dahsyat itu memberikan celupan (shibghatullah) yang berwarna, sedap dipandang, menyejukkan hati, lagi membahagiakan. Celupan-celupan itu tergambarkan dalam perkataan, perbuatan, dan penampilan. Buku ini membahas lima pesona yang terpancar dari dari seorang muslim. Mulai dari ketaatan kepada Allah (observant), gaya hidup islami (life style), peduli kepada sesama (care), kegigihan dalam meraih cita-cita (persisten), dan bahagia merayakan cinta karena Allah Subhanahu wa TaÕala (love). Jika dipraktikkan, kita akan mendapatkan rida- Nya.
Pancasila sebagai ideologi negara dan bangsa memiliki kesejarahannya sendiri. Sejak perumusan di BPUPKI hingga masa paska Reformasi, telah muncul berbagai tafsir dan penjabaran strategis atas nilai-nilai Pancasila. Pada masanya, tafsir Pancasila pernah terseret dalam pertentangan ideologis yang nyaris memecah belah bangsa, sebagaimana terjadi pada masa Konstituante hingga tragedi bangsa di tahun 1946/ Belajar dari konflik ideologi di masa sebelumnya, rezim Orde Baru kemudian mengedepankan pembangunan ekonomi dengan menekan secara kuat konflik-konflik ideologis dengan menggunakan jargon Pancasila dala sebagai azas tunggal. Lepas dari represi ideologis dengan tafsir tunggalnya, bangsa Indonesia masuk dalam euforia kebebasan, yang juga berimbas pada terpinggirkannya Pancasila dalam wacana kehidupan bernegara dan berbangsa. Bahkan sampai pada detik ini kemerdekaan yang kita peroleh masih bersifat "semu". Secara prinsipal, bangsa ini masih terjajah dalam semua bidang baik politik, pendidikan, ekonomi dan kebudayaan.
Kongres Pancasila IV ini merupakan rangkaian dan kesinambungan dari Kongres Pancasila sebelumnya, yaitu Kongres Pancasila I tgl 1 Juni 2009 di Yogyakarta; Kongres Pancasila II tgl. 1 Juni 2010 di Denpasar; dan Kongres Pancasila III tgl.1 Juni 2011 di Surabaya. Dari tiga kali Kongres Pancasila tersebut telah banyak dihasilkan rumusan-rumusan deklarasi yang sangat berkualitas dan bermakna. Atas dasar hasil-hasil yang telah dicapai dari Kongres Pancasila sebelumnya itu, maka pada Kongres Pancasila IV kali ini dipilih dan ditetapkan tema “Strategi Pelembagaan Nilai-nilai Pancasila dalam Menegakkan Konstitusionalitas Indonesia”. Tema ini dipilih dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai beriku...
Masjid adalah center of civilization, tempat ibadah umat muslim sekaligus sebagai pusat perkembangan peradaban Islam. Masjid mengandung makna tunduk dengan rasa hormat dan ta'dzim yang berarti hanya tunduk serta patuh kepada Allah Swt saja sebagaimana disebutkan dalam Surat Al-Jin ayat 18. Masjid juga disebut sebagai kepingan surga di masa Rasulullah Saw, karena disamping untuk tempat peribadatan secara vertikal (hablum minallah) juga tempat peribadatan secara horizontal (hablum minannas). Bahkan seluruh pergerakan dalam Islam diawali dari masjid, baik kegiatan kemasyarakat maupun kegiatan perekonomian umat. Ya, masjid menjadi tonggak utama dalam mewujudkan kesejahteraan umat kala itu, yaitu...
"""Jatuh bangunnya umat Islam, pada dasarnya bergantung pada jauh atau dekatnya umat Islam itu dengan Kitab Sucinya. Hanya pada pemahaman, penghayatan dan pengamalan Al-quran, generasi baru umat dapat menjadi generasi idaman di masa depan. Prof. Dr. H. M. Amien Rais Kita berharap kiranya gerakan TK Al-Qur'an ini teruslah bergerak dan berkembang sesuai tuntutan zamannya masing-masing untuk membangun generasi penerus perjuangan bangsa yang bermoral, berakhlak mulia, dan akrab dengan Al-Qur'an. Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH., Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) Gerakan TK/TP Al-Quran telah menjawab tantangan permasalahan zaman dengan senantiasa menyukseskan gerakan pemberantasan buta aksara Al-Quran melalui pendirian dan pendidikan pada TK/TP Al-Quran dengan tidak mengenal lelah. Drs. Mamsudi Abdurrahman, MM Deriktur Nasional LPPTKA BKPRM Periode Tahun 2009 2014"""
The spectres of Marx and Lenin have long loomed prominently in Africa and Asia and they still do so in the 21st century. Many of the founding fathers of postcolonial republics believed socialism could transform their societies. Yet what socialism meant in theory and in practice has always been highly heterogeneous and differed markedly from the European experience. African and Asian movements did not simply mimic the ideas and institutions of Soviet or European Marxists, but endeavoured to define their own, experimenting with a variety of interpretations and in the process adapting doctrines and templates to their unique contexts. This volume brings together anthropologists, historians and p...
None
None
Part One of this book is based on ethnographic fieldwork conducted by the author during 1970_72 on a local branch of the Muhammadiyah in the town of Kotagede, a suburb of Yogyakarta, Indonesia. This work, first published in 1983, observed that the Muhammadiyah social and educational movement had reformed traditional Javanese Islam into a vital living faith and adapted Muslim life to modernity. The author was one of the first scholars who had noted that there was continuing Islamization in Indonesia and predicted its progress in the future. Part Two is based on the author's three decades of follow-up visits to the Kotagede from the 1970s to 2010. During this period, the Muhammadiyah movement ...