You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Membahas tentang fenomena karauhan dan ngiring yang terjadi di tengah masyarakat Bali modern
Buku "Meditasi Tantra: Teknik Yoga Kuno Nusantara untuk Jaman Modern" membahas metode yoga Nusantara Kuno yang tertuang dalam berbagai naskah lontar seperti Jñānasiddhanta, Ganapati Tattwa, Tattwajñāna, Tattwa Sanghyang Maha Jñāna, Bhuwana Kośa, Sanghyang Kemahayanikan, dll dan kemudian diperbandingkan dengan naskah-nanaskah Śiwa Tantra seperti Malinivijayottara Tantra, Svacchanda Tantra, Vijñāna Bhairava Tantra, Śiva Sutra, Mahanirvana Tantra dan beberapa kitab Tantra lain. . Selain membahas kajian literatur, dibedah pula soal “makna” yang dikandung dalam literatur tersebut, dikelompokkan dalam bab-bab yang memang ditujukan untuk sahabat yang masih awam sekali dengan meditasi...
Mengulas tentang dinamika-dinamika yang terjadi dalam masyarakat Hindu di Bali dengan keberadaan dari Barong dan Rangda
Calonarang: Ajaran Tersembunyi di Balik Tarian Mistis merupakan sebuah buku yang akan mengungkap aspek-aspek ajaran Tantra di balik seni drama tari Calonarang.
Dalam buku ini, kita melihat bagaimana kitab suci, kehidupan umat Hindu, dan filsafat mereka berhubungan satu sama lain. Buku ini mengungkap makna mendalam di balik setiap ajaran, dari teks Sarasamuccaya hingga makna mendalam upacara Hindu. Buku ini menawarkan perspektif yang dalam dan menginspirasi tentang filsafat Hindu dengan membimbing pembaca melalui konsep-konsep penting seperti karma, dharma, dan moksha dan membantu mereka memahami bagaimana ajaran ini tercermin dalam ritual dan nilai-nilai kehidupan sehari-hari umat Hindu. Tujuan buku ini bukan hanya memberikan pemahaman teoritis, tetapi juga menyajikan perspektif praktis tentang penerapan ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
None
"Based on a doctoral dissertation submitted to the Australian National University in 1967."
None
"Earth Dance," the story of four generations of Balinese women, centers on conflicts that arise between the demands of caste and personal desires. Narrated by Ida Ayu Telaga, a Balinese woman in her thirties, the novel shows Balinese women-as depicted by her mother, grandmother and female peers-to be motivated by two factors: the yearning to be beautiful, and the desire for a high-caste husband. Headstrong Telaga defies her mother's wishes and marries the man of her dreams, who is a commoner. Thus, in a reversal of societal expectations, as shown in the novel by images of women who aspire to "liberation" through "marrying up," Telaga's emancipation is implicitly characterized as a move downwards, through transformation to the status of a commoner. "Earth Dance" also reveals that-like high-caste status-beauty, too, has a price. Behind the thick, glossy hair and golden complexion, lies a web of jealousy, derision and intrigue. Telaga, whose life is controlled by her mother's avarice, her mother-in-law's bitterness and the greed of her sister-in-law, has frequent cause to wonder: "Is this what it means to be a woman?"