You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
This book addresses the rise of China and its impact on Southeast Asia's economies and businesses, especially on those of ethnic Chinese. It also discusses Southeast Asian government policies, particularly their economic and business policies, towards local Chinese, and Southeast Asian Chinese businesses, both conglomerates and SMEs, in an era of globalization. Leading experts from the Southeast Asian region were invited to write the papers, presenting the most up-to-date analyses on the subject.
Buku yang berjudul Spirit Nahdlatut Tujjar: Gerakan Sosial Membangun Ekonomi Syari’ah ini merupakan hasil penelitian penulis dalam mencermati dan mengkaji gerakan sosial kemandirian PCNU Ponorogo melalui PT. Bintang Swalayan. Dalam buku ini, penulis memaparkan beberapa hal yang mendasar antara lain; (1) Latar belakang gerakan sosial kemandirian ekonomi NU Ponorogo adalah keinginan bersama agar jam’iyah NU bisa mandiri secara ekonomi dalam menggerakkan dan mencukupi kebutuhan organisasi dan serta membangun kesadaran jamaah untuk membangkitkan gerakan kemandirian ekonomi, dan (2) Gerakan sosial kemandirian ekonomi NU Ponorogo secara garis besar melalui dua tahap; tahap framing yang terdiri dari tahap kegelisahan dan kegusaran, dan tahap mobilisasi terdiri dari tahap formalisasi dan pelembagaan.
Saya sangat gembira dengan terbitnya buku “Guru Dilarang Mengajar!” yang ditulis oleh dosen muda yang penuh spirit belajar dan inspiratif. Dari buku ini pembaca akan diajak kembali memikirkan kebenaran paradigma pendidikan yang telah dilakukan oleh pemerintah dan pada umumnya lembaga pendidikan di negeri ini. Dengan membaca buku ini, pembaca akan menemukan pencerahan tentang hakikat pendidikan di tengah gersangnya oase pendidikan nasional dari nilai atau spirit ketuhanan dan kemanusiaan. Semoga kehadiran buku ini bisa menambah khazanah ilmiah di tengah-tengah rendahnya budaya literasi di kalangan dosen, guru dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Demikian petikan prakata Ketua LP Ma’arif PWNU Jawa Tengah dalam buku ini. Buku ini menjadi salah satu buku bernas yang laik dibaca, dibedah, dibeli, dan didiskusikan.
Ketupat Ilmu mengacu kepada model paradigma keilmuan integrasi-kolaborasi dengan skema anyaman ilmu, collaboration of science, takatuful ulum, yang intinya menggerakkan bersamaan, atau bergerak ganda (double movement) antara agama dengan ilmu pengetahuan. Paradigma keilmuan Ketupat Ilmu menjadi bagian dari ikhtiar memajukan Institut Islam Nahdlatul Ulama (INISNU) Temanggung. Distingsi paradigma keilmuan ini dapat dilihat dari cara menganyamnya, mengolaborasikan, menggerakkan secara bersamaan antara agama dan ilmu pengetahuan. Dari sumber Islam dan Aswaja Annahdliyah, ditambah dengan Al-Quran, Assunnah, semua dapat dikolaborasikan dengan ilmu pengetahuan bergantung dengan metodologi Islam maupun metodologi barat. Artinya, dengan skema ini akan lahir disiplin ilmu, ilmu, atau fakultas baru yang menjadi representasi dari output dari proses menganyam tersebut.
Banyak orang yang mengaku pegiat literasi, aktivis literasi, penggerak literasi, dan konsen di bidang literasi, tetapi perilakunya tidak mencerminkan keliterasian. Orang yang demikian disebut 'pseudo literasi'. Dengan pengertian bahwa mereka ini orang yang berkecimpung di dunia literasi tetapi tidak menjalankan keliterasian. Hampir di semua bidang yang berkecimpung dunia literasi pasti ada orang-orang pseudo literasi. Di pemerintahan, pendidikan (sekolah, pesantren, dan kampus), penerbitan, perpustakaan dan taman bacaan, kalangan penulis, kalangan pembaca dan lain-lain. Buku ini menceritakan sisi "gelap" dunia literasi yang belum diungkap ke permukaan. Semoga dengan adanya buku ini, kita semua terketuk untuk mengadakan perubahan di dunia literasi sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.
None
None
None
How do you prove that you're Muslim? This is not a question that most believers ever have to ask themselves, and yet for members of India's Ahmadiyya Muslim Community, it poses an existential challenge. The Ahmadis are the minority of a minority—people for whom simply being Muslim is a challenge. They must constantly ask the question: What evidence could ever be sufficient to prove that I belong to the faith? In Far from the Caliph's Gaze Nicholas H. A. Evans explores how a need to respond to this question shapes the lives of Ahmadis in Qadian in northern India. Qadian was the birthplace of the Ahmadiyya community's founder, and it remains a location of huge spiritual importance for member...