You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
This book uses visual psychological anthropology to explore trauma, gendered violence, and stigma through a discussion of three ethnographic films set in Indonesia: 40 Years of Silence (Lemelson 2009), Bitter Honey (Lemelson 2015), and Standing on the Edge of a Thorn (Lemelson 2012). This exploration “widens the frame” in two senses. First, it offers an integrative analysis that connects the discrete topics and theoretical concerns of each film to crosscutting themes in Indonesian history, society, and culture. Additionally, it sheds light on all that falls outside the literal frame of the screen, including the films’ origins; psychocultural and interpersonal dynamics and constraints o...
“Anata ni aete yokatta, Rara-chan.” (Bisa bertemu denganmu sangat berarti bagiku, Rara.) “Oh iya, ya? Itu judulnya.” Lala menoleh, lalu tersenyum. “Lagunya indah, ya?” Lala menikmati lagi alunan lagu dari kotak musik itu, sebelum tiba-tiba menyadari ada yang berbeda pada nada suara Hiroshi. Laki-laki di dekatnya ini tidak sedang memberitahu judul lagu yang tengah mengalun. Dia sedang menyuarakan isi hatinya. Lala tergagap. “Umm….” “Maukah kamu menikah denganku? Aku menyukaimu. Aishiteru….” *** Kehidupan Lala, gadis asli Indonesia, jungkir-balik ketika ia menjadi pusat perhatian lelaki-lelaki tampan asal Jepang. Kehadiran kembali Hiroshi membuatnya jadi serba salah. Mu...
Di peron stasiun, Aku berdiri dengan carrier 85 liter di sisi. Sebentar lagi rangkaian Argo Parahyangan akan membawaku mengawali perjalanan 30 hari: Jawa, Bali, dan Lombok. Di atas bukit bintang, Aku ditemani seorang sahabat yang masih berduka atas kekasihnya. Seperti aku yang belum merelakan si Pecinta Gunung, laki-laki si pemilik senyum teduh.ÿ ÿDi atas kapal yang berayun,ÿ Aku harus kuat menghadapi hadirnya si Orang Asing. Juga ketika banyak rahasia yang terungkap atau kata-kata yang dulu tak terucap. Di pantai yang indah, Aku duduk menatap laut, sejauh ini aku tak tahu cinta macam apa yang kutemui di perjalanan ini. Karena perjalanan ini terlalu panjang untuk dilalui sendiri. Di perjalanan ini, Aku ingin kamu menemaniku ? [Mizan, Nourabooks, Travel, Backpacker, Bali, Lombok, Kereta, Indonesia]
Kumpulan cerita yang diangkat dari berbagai sudut pandang juga berbagai setting tempat. Menceritakan keabnormalan seseorang yang menjadi tokoh-tokohnya. Beberapa kisahnya terinspirasi dari kisah nyata. No one is perfect. Tak ada satu pun yang sempurna. Semua memiliki kekurangan, juga memiliki kelebihan sendiri. Tapi percaya dan yakinlah kekurangan yang kita miliki bukanlah sumber kegelapan dalam hidup. 11 cerita dalam “Abnormal” ini masing-masing menceritakan sebuah kehidupan yang memang nyatanya ada dalam kehidupan kita. Sebuah kata cacat dikemas menjadi sebuah kisah yang inspiratif. Tidak mencoba menggurui dan disajikan dengan bahasa yang enak untuk terus dihayati. Kisah satu melompat ke kisah yang lain, akan diajak ke berbagai dimensi dan latar yang berbeda. “Abnormal” menyuguhkan latar tempat dari daerah terpencil, hingga kepenjuru dunia.
Kepergian kekasih bisa membuat seseorang seolah jauh dari perputaran dunia. Kosong. Sepi. Begitulah hari-hari tersisa bagi ia yang patah hati, begitu juga Abid. Meski sang kekasih sudah lama meninggalkannya, entah sampai kapan, Abid masih menginginkannya kembali. Sosok Aline tak pernah berhenti mengisi hatinya. Aline kembali dengan cara yang tak terduga, bersama Fay perempuan yang kerap bersikap tak acuh dengan sekitarnya. Namun, Fay tahu hanya dirinyalah yang mampu mengakhiri kisah Abid dan Aline yang seharusnya telah lama usai. Kisah yang membuat mereka seperti tersesat. Back to Love akan membawamu pada kisah dua hati yang tak mungkin lagi bersatu. Menawarkan cerita bahwa bagaimanapun kau menolak, hidup terus berjalan. Begitu juga dirimu, yang harus menguatkan hati menghapus jejak yang ia tinggalkan. Buku Persembahan Penerbit GagasMedia
This book is one of the first to integrate psychological and medical anthropology with the methodologies of visual anthropology, specifically ethnographic film. It discusses and complements the work presented in Afflictions: Culture and Mental Illness in Indonesia, the first film series on psychiatric disorders in the developing world, in order to explore pertinent issues in the cross-cultural study of mental illness and advocate for the unique role film can play both in the discipline and in participants’ lives. Through ethnographically rich and self-reflexive discussions of the films, their production, and their impact, the book at once provides theoretical and practical guidance, encouragement, and caveats for students and others who may want to make such films.
Where Stories Begin adalah antologi cerpen hasil kurasi Redaksi Novel Elex Media dari perlombaan yang diadakan oleh Wacaku. Where Stories Begin menyuguhkan cerita pendek dari sepuluh penulis yang terpilih dari perlombaan yang diadakan pada 2022 lalu. Cerita-cerita karya Stanza Alquisha, Maria Perdana, Robin Wijaya, Arata Kim, Kanigara, Meera, Nureesh Vhalega, Ratifa Mazari, Tian Topandi, dan Zaidatul Uyun Akrami mengisahkan bahwa perkara cinta tak melulu soal kebahagiaan. Bahwa cinta tak selalu semanis gulali, dan indah seperti gumpalan awan merah muda. Because these are where stories begin….
Narend Buatku, memberikan kesempatan kedua hampir tak mungkin. Untuk apa membuka kemungkinan bagi kekecewaan yang lain? Hati yang benar-benar patah tak perlu berulang-ulang, bukan? Namun, kali ini rasanya berbeda. Hanya saja, aku bahkan tak lagi percaya cinta dan kisah romansa itu nyata. Farra Aku tak pernah merencanakan menjatuhkan hati kepadanya. Tidak juga pada sikapnya yang sedingin es itu. Setiap saat bersamanya membuatku selalu bertanya-tanya juga berangan-angan tentang cinta. Lalu, tiba-tiba ketakutan akan harapan kosong melandaku, lagi dan lagi. Sudah kucoba untuk menepikan segala rasa. Namun, terkadang, hati dan keinginan tak selalu sejalan. Aftertaste mengisahkan dua orang chef yang saling jatuh cinta, tetapi tak tahu bagaimana cara mengungkapkannya. Masa lalu membuat mereka enggan membiarkan hati berbicara, meskipun mereka tahu tak akan sanggup untuk saling melepaskan. -GagasMedia-
Papaku masuk rumah sakit karena pneumonia kronis. Aku nggak nepatin nazarku ke Tuhan. Hubunganku dengan mamaku nggak baik. Dan aku baru aja selingkuh dari pacarku. Bermula dari menyanggupi permintaan sang ayah kepadanya untuk bernazar, Adela Priscia Hutagalung sadar bahwa ia telah menarik batas antara kehidupannya yang baru dan yang lama. Kejadian demi kejadian silih berganti menghampiri hidupnya, tak peduli sekeras apa pun hatinya menolak nazar yang terpaksa dibuatnya itu. Keluarga, cinta, bahkan pekerjaannya dipertaruhkan demi memenuhi nazar tersebut. Jadi, pertanyaannya cuma satu: Sampai kapan Adela bisa mengelak dari janji yang telah terikat dengan sang Pencipta