You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Rayuan sastra ternyata menggiurkan. Rayuan adalah upaya memikat pihak lain, yaitu pariwisatawan. Rayuan “maut” sastra tidak perlu diragukan lagi. Sebab sastra itu dunia kata. Kata itu penuh pesona, untuk merayu pariwisatawan. Jadilah pariwisata kata yang memikat hasrat. Destinasi pariwisata sastra akan semakin menggairahkan. Begitulah “ruh buku ini”, sebagi sebuah reklame sastra yang unik. Pariwisata kata, jauh lebih memikat dibanding destinasi yang “bisu”, tanpa kata-kata. Kata-kata itu memotret suasana. Kata pula yang menggugah hasrat. Kata-kata indah yang diolah menjadi karya sastra, jauh lebih memikat. Maka, buku ini memang sebuah potret. Potret sastra kita. Sastra itu ternya...
Tanduk merupakan sastra lisan dalam khasanah kebudayaan Tuban hingga saat ini masih eksis. Eksistensi tersebut, karena dukungan masyarakat terhadap sastra lisan Tanduk sangat kuat. Dapat dikatakan bahwa Tanduk adalah spirit kelisanan masyarakat Tuban. Ada beberapa jenis Tanduk yang ditampilkan saat kenduren, seperti Tanduk: mangku gegriya, Mantu, Keleman, Wiwitan, Kawit Tandur, Brokohan, Mitoni, Muludan, Kupatan Sapi, Rejeban, Barikan, Manganan, dll. Penulisan Buku ini betujuan untuk memahami struktur naratif yang digunakan tukang tanduk dalam memimpin dan memasrahkan kepungan yang meliputi: formula, ungkapan formulaik, dan tema. Pemahaman tersebut berdasarkan teori Parry-Lord. Selain itu, penulisan ini bertujuan memahami makna sastra lisan tersebut bagi masyarakat setempat berdasarkan teori semiotik Charles Sander Pierce. Tujuan lain dalam penulisan ini adalah memahami fungsi sosial bagi masyarakat pendukungnya berdasarkan teori fungsi Alan Dundes dan Bascom.
Laut lekat dengan angin yang melahirkan ombak dan kemudian mengalun menuju pantai. Karakter laut pun mudah diprediksi sesuai dengan cuaca yang senantiasa hadir di atasnya. Di tangan para penyair, laut, angin, riak ombak, dan gelombang menjadi metafora yang bertaut dengan suasana hati manusia. Ia kadang garang, lembut, memesona, atau romantis. Di balik semua itu, laut menjadi misteri sekaligus kawan yang menyenangkan. Seorang pelaut jiwanya akan menjadi hidup dan bersemangat menyongsong cakrawala dengan kapalnya. Laut adalah kehidupan yang menjanjikan makanan berlimpah untuk menyambung hidup manusia yang berpencarian di sepanjang pantai. Setiap penyair di buku ini menyuarakan tentang laut, angin, ombak, pantai. Suara dan kenangan atas semua itu bermuara kepada rasa syukur, cinta, dan kebanggaan pada anugerah yang telah diberikan Yang Punya Kehidupan kepada setiap penyair di buku ini. Ekspresi puitik di setiap puisi dalam buku ini adalah tarian dinamis sebagai wujud apresiasi kepada alam semesta.
Buku berisi 44 artikel yang ditulis kalangan akademisi yang tersebar dari Aceh sampai Papua. Artikel-artikel dalam buku ini merupakan kajian sastra yang menjadikan rempah sebagai ‘kunci wasiat’ untuk membuka, menggali, dan mengkaji peradaban Nusantara sejak dahulu hingga kini. Secara umum artikel-artikel tersebut menghimpun beragam fenomena yang berkaitan dengan rempah yang layak dikembangkan dan dimanfaatkan untuk beragam keperluan, seperti kuliner, kesehatan, pengobatan, dan kecantikan. Berikut ini bab-bab yang terdapat dalam buku. - Rempah dalam Sastra Modern - Rempah dalam Tradisi Lisan - Rempah dalam Mitos, Manuskrip, dan Budaya Populer - Rempah dalam Sastra Perjalanan.
Buku berisi 44 artikel yang ditulis kalangan akademisi yang tersebar dari Aceh sampai Papua. Artikel-artikel dalam buku ini merupakan kajian sastra yang menjadikan rempah sebagai ‘kunci wasiat’ untuk membuka, menggali, dan mengkaji peradaban Nusantara sejak dahulu hingga kini. Secara umum artikel-artikel tersebut menghimpun beragam fenomena yang berkaitan dengan rempah yang layak dikembangkan dan dimanfaatkan untuk beragam keperluan, seperti kuliner, kesehatan, pengobatan, dan kecantikan. Berikut ini bab-bab yang terdapat dalam buku. - Rempah dalam Sastra Modern - Rempah dalam Tradisi Lisan - Rempah dalam Mitos, Manuskrip, dan Budaya Populer - Rempah dalam Sastra Perjalanan.
Buku berisi 44 artikel yang ditulis kalangan akademisi yang tersebar dari Aceh sampai Papua. Artikel-artikel dalam buku ini merupakan kajian sastra yang menjadikan rempah sebagai ‘kunci wasiat’ untuk membuka, menggali, dan mengkaji peradaban Nusantara sejak dahulu hingga kini. Secara umum artikel-artikel tersebut menghimpun beragam fenomena yang berkaitan dengan rempah yang layak dikembangkan dan dimanfaatkan untuk beragam keperluan, seperti kuliner, kesehatan, pengobatan, dan kecantikan. Berikut ini bab-bab yang terdapat dalam buku. - Rempah dalam Sastra Modern - Rempah dalam Tradisi Lisan - Rempah dalam Mitos, Manuskrip, dan Budaya Populer - Rempah dalam Sastra Perjalanan.
Rayuan sastra ternyata menggiurkan. Rayuan adalah upaya memikat pihak lain, yaitu pariwisatawan. Rayuan “maut” sastra tidak perlu diragukan lagi. Sebab sastra itu dunia kata. Kata itu penuh pesona, untuk merayu pariwisatawan. Jadilah pariwisata kata yang memikat hasrat. Destinasi pariwisata sastra akan semakin menggairahkan. Begitulah “ruh buku ini”, sebagi sebuah reklame sastra yang unik. Pariwisata kata, jauh lebih memikat dibanding destinasi yang “bisu”, tanpa kata-kata. Kata-kata itu memotret suasana. Kata pula yang menggugah hasrat. Kata-kata indah yang diolah menjadi karya sastra, jauh lebih memikat. Maka, buku ini memang sebuah potret. Potret sastra kita. Sastra itu ternya...
Rayuan sastra ternyata menggiurkan. Rayuan adalah upaya memikat pihak lain, yaitu pariwisatawan. Rayuan “maut” sastra tidak perlu diragukan lagi. Sebab sastra itu dunia kata. Kata itu penuh pesona, untuk merayu pariwisatawan. Jadilah pariwisata kata yang memikat hasrat. Destinasi pariwisata sastra akan semakin menggairahkan. Begitulah “ruh buku ini”, sebagi sebuah reklame sastra yang unik. Pariwisata kata, jauh lebih memikat dibanding destinasi yang “bisu”, tanpa kata-kata. Kata-kata itu memotret suasana. Kata pula yang menggugah hasrat. Kata-kata indah yang diolah menjadi karya sastra, jauh lebih memikat. Maka, buku ini memang sebuah potret. Potret sastra kita. Sastra itu ternya...
Rayuan sastra ternyata menggiurkan. Rayuan adalah upaya memikat pihak lain, yaitu pariwisatawan. Rayuan “maut” sastra tidak perlu diragukan lagi. Sebab sastra itu dunia kata. Kata itu penuh pesona, untuk merayu pariwisatawan. Jadilah pariwisata kata yang memikat hasrat. Destinasi pariwisata sastra akan semakin menggairahkan. Begitulah “ruh buku ini”, sebagi sebuah reklame sastra yang unik. Pariwisata kata, jauh lebih memikat dibanding destinasi yang “bisu”, tanpa kata-kata. Kata-kata itu memotret suasana. Kata pula yang menggugah hasrat. Kata-kata indah yang diolah menjadi karya sastra, jauh lebih memikat. Maka, buku ini memang sebuah potret. Potret sastra kita. Sastra itu ternya...
Rayuan sastra ternyata menggiurkan. Rayuan adalah upaya memikat pihak lain, yaitu pariwisatawan. Rayuan “maut” sastra tidak perlu diragukan lagi. Sebab sastra itu dunia kata. Kata itu penuh pesona, untuk merayu pariwisatawan. Jadilah pariwisata kata yang memikat hasrat. Destinasi pariwisata sastra akan semakin menggairahkan. Begitulah “ruh buku ini”, sebagi sebuah reklame sastra yang unik. Pariwisata kata, jauh lebih memikat dibanding destinasi yang “bisu”, tanpa kata-kata. Kata-kata itu memotret suasana. Kata pula yang menggugah hasrat. Kata-kata indah yang diolah menjadi karya sastra, jauh lebih memikat. Maka, buku ini memang sebuah potret. Potret sastra kita. Sastra itu ternya...