You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
None
This first edition has been written by experienced teachers to meet the requirements for the latest Cambridge IGCSE® Bahasa Indonesia syllabus (0538). With comprehensive coverage of the Cambridge IGCSE® Bahasa Indonesia syllabus, this Coursebook contains a wealth of highly engaging authentic texts to motivate and engage students in their studies and help them prepare for their assessment. The modular approach allows the content to be taught in a way that suits every classroom environment, and also supports independent learning. The topic-based structure allows acquisition of skills to be woven into a deeper understanding of the language and its literature.
"Jalan lurus itu seakan selalu hujan. Lihatlah rumput-rumput selalu basah dibuatnya. Batu-batu yang tertata di pinggirnya sudah berlumut dan pori-pori siapa saja seketika meremang bila sedang melintas di sana. Di pangkal jalan itulah, anak gadisnya tersenyum menunggu dengan payung terkembang di tangan kanan. Sebuah payung lagi terselip pada apitan lengan kiri yang jemarinya tampak mengangkat ujung gaunnya agar tidak basah. (Yang Menunggu dengan Payung) Di bawah batang pinus itu aku kini, Li. Menyaksikan alang-alang dan aneka kembang yang tumbuh liar sekitar puluhan langkah dari pinggir danau. Aku ditindih kenangan. Kilatan cahaya di riak danau menampilkan riangmu. Kugambar-gambar senyum dan ...
Kembali ke rumah masing-masing adalah kembali memasuki diri. Mengetuk dan menyapa ruang-ruang perenungan. Menghirup napas sedalam mungkin sehingga bisa memaknai kesendirian. Zelfeni Wimra—Rentak Kuda Manggani Malam ini seharusnya kami berada di rumah, menyiapkan kado-kado di bawah pendar lampu pohon Natal, bernyanyi, menikmati suka cita serta hidangan yang enak bersama keluarga. Tetapi perang telah membawa kami jauh dari rumah. Adam Yudhistira—Stille Nacht Ia tidak melukaiku, sungguh, tapi aku begitu terluka. Kematiannya bagiku adalah cara Tuhan mengembalikanku ke tempat kami pertama saling menambatkan cinta. Faisal Oddang—Lelaki yang Takut Menyeberang Perkenalan kalian seperti malam yang turun di Ormoc—terjadi begitu saja. Mungkin juga kau tidak terlalu mengharapkannya, seperti hujan renyai yang bersikeras bertahan di kota itu. W.N. Rahman—Sebelum Mencapai Tacloban Di belakang punggungnya, kusaksikan puluhan orang mengikuti kakinya melangkah. Pemimpin agama, para pejabat pemerintahan, polisi, para guru, kaum migran, anak-anak telantar, dan pelacur. Yohanes W. Hayon—Pegawai Pajak
SEMULA AMAI GAEK MENGIRA DUA MANGKUK ITU ADALAH RAMUAN RAHASIA UNTUK MEMASAK RENDANG DAN KETIDING TAPAI UBI. APABILA AMAI GAEK BERTANYA KEPADA AMAI TUO PERIHAL KEGUNAAN DUA MANGKUK RAMUAN, TENTU DIA TAK BEROLEH JAWABAN TERANG. HANYA SELALU DISAMPAIKAN OLEH AMAI TUO BAHWA DUA MANGKUK ITU BERISI RAMUAN PENANGKAL KIAMAT. KAPAN KIAMAT AKAN TIBA? DAN KIAMAT YANG SEPERTI APA? KISAH-KISAH DALAM RAMUAN PENANGKAL KIAMAT MENGULIK PERKARA AGAMA, ADAT-ISTIADAT, SEJARAH, KELUARGA, SERTA PERASAAN MANUSIA DALAM KENTALNYA BUDAYA MINANGKABAU. SETIAP KISAH MEMBAWA PEMBACA MENYUSURI ANEKA PERSOALAN SEKALIGUS BENTURAN YANG KERAP TERJADI.
Kisah cinta yang gugup, identitas orang kampung yang menggigil karena deru modernitas, dan tradisi Minangkabau yang meleleh, adalah pusaran yang kuat dalam tema-tema kumpulan cerpen ini.
Author's account as post-graduate student in doing maritime research in Indian Ocean.
Kisah-kisah lainnya kuperoleh dari beberapa orang yang terlibat. Ada yang memberikan informasi lengkap semampunya, ada juga yang tidak, bahkan mungkin ada juga yang mengarang-ngarang cerita sendiri. Aku tak tahu pasti. Semua kisah ini murni hasil penelusuranku sendiri. Kuperoleh berkat kegigihanku (kalaulah aku boleh berbangga dengannya) menyelidikinya, bersama seorang kawan yang punya kemampuan menemukan segala sesuatu, termasuk menemukan peristiwa. Ada beberapa kisah yang barangkali tampak ganjil karena sepertinya terpisah dari kisah lainnya. Namun, kisah ganjil itu sesungguhnya berkaitan erat dengan kisah-kisah lainnya. untuk kau ketahui, tak ada satupun dari kisah-kisah ini yang saling terpisah. pada akhirnya kau pasti mengerti. Semua kisah ini terpusat, dan hanya kupusatkan pada satu sosok. Sosok Limpapeh. Sebab, ia kunci dari semua peristiwa. Ia perekat benang-benang kisah yang terlepas. Jadi, baiknya kunamakan saja kisah ini sebagai kisah Kupu-kupu Fort de Kock.
Buya Haji Awiskarni Husin (1945-2020) adalah salah seorang ulama yang masyhur di Minangkabau. Ia adalah anak sekaligus murid dari Syekh Husin Amin, seorang ulama Syafi'iyah dan syekh Tarikat Nazqsyabandi ternama di Sumatera Tengah pada dekade ketiga abad 20. Syekh Husin sendiri belajar fikih Syafi'i pada Syekh Sulaiman Arrasuli. Sedangkan Syekh Sulaiman Arrasuli adalah murid dari Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, salah seorang Imam dalam mazhab Syafii di Haramain. Jadi Buya Haji Awiskarni adalah ulama syafi'iyah generasi ketiga setelah Syekh Ahmad Khatib. Buya Awiskarni telah berjasa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan pendidikan Islam. Darinya telah banyak lahir para ulama di sepanjang pulau Sumatera. Sehingga Buya Awiskarni Husin disebut oleh Muhammad Yusuf El-Badri sebagai Guru Seribu Ulama Minangkabau. Catatan para murid Buya Awiskarni layak disimak untuk melihat bagaimana kepribadian seorang Buya menjadi seorang ulama, guru dan teladan.
Eksplorasi khazanah lokal yang amat detail, filosofis, bukan sekadar bumbu-bumbu cerita, menjadi kekuatan yang amat langka digali oleh para cerpenis kontemporer. Tak banyak yang gagah macam Farizal Sikumbang. Di luar kekayaan itu, Farizal juga canggih benar dalam membangun narasi. Tekniknya di atas rata-rata. Acap, saya berpikir, Farizal berkali-kali memberikan tamparan pada saya untuk tidak jemawa perihal teknik bercerita. Edi AH Iyubenu