You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
The Mission of Development interrogates the complex relationships between Christian mission and international development in Asia from the 19th century to the new millennium. Through historically and ethnographically grounded case studies, contributors examine how missionaries have adapted to and shaped the age of development and processes of ‘technocratisation’, as well as how mission and development have sometimes come to be cast in opposition. The volume takes up an increasingly prominent strand in contemporary research that reverses the prior occlusion of the entanglements between religion and development. It breaks new ground through its analysis of the techno-politics of both development and mission, and by focusing on the importance of engagements and encounters in the field in Asia.
The city of Manado and province of North Sulawesi have built a public identity based on religious harmony, claiming to successfully model tolerance and inter-religious relations for the rest of Indonesia. Yet, in discourses and practices relevant to everyday interactions in schools and political debates in the public sphere, two primary contested frames for belonging emerge in tension with one another. On the one hand, “aspirational coexistence” recognizes a common goal of working toward religious harmony and inclusive belonging. On the other hand, “majoritarian coexistence,” in which the legitimacy of religious minorities is understood as guaranteed exclusively by the goodwill of th...
Tradisi festival Kuncikan yang di dalamnya menampilkan seni pertunjukan rutin dilaksanakan setiap awal tahun oleh masyarakat Minahasa, Sulawesi Utara. Buku ini mendeskripsikan, menganalisis, dan merefleksikan tradisi Kuncikan atau perayaan menyambut Tahun Baru sebagai festival bernuansa sosio-kultural-religi yang khas di Minahasa. Beberapa pertunjukan dalam festival Kuncikan yang akan dideskripsikan pada buku ini adalah “Wolay” di Desa Poopo, “Yaki-Yaki” di Kelurahan Ranomea, Amurang, "Figura" di Kota Manado, dan sebuah ritual yang dilaksanakan setiap awal tahun oleh masyarakat di desa Laikit dan Dimembe. Narasi dan fenomena festival Kuncikan tersebut kemudian dianalisis secara antropologis dan sosiologis, dan direkonstruksi secara teologis dan pedagogis Kristiani atau Pendidikan Agama Kristen (PAK).
Kisah tentang Dia dan Keke, dua orang muda yang berjuang mempertahankan tanah warisan leluhur mereka.
Buku ini berisi tulisan-tulisan tentang kisah hidup berelasi macam-macam orang di berbagai waktu dan tempat. Setiap kisah merefleksikan bentuk-bentuk relasi, entah itu pertemanan, percintaan, persaudaraan atau yang lainnya.
Tulisan-tulisan dalam buku ini mendeskripsikan dan merefleksikan perubahan-perubahan yang terjadi, mulai dari soal minyak goreng hingga tren angkot, musik, film, dan tradisi mudik. Inilah masa antara: secara psikologis diingat secara romantik, secara politik dikenang secara traumatis, secara sosial dihubungkan dengan represi yang menenangkan, secara kultural ini adalah era semua serba alternatif. Hal-hal ini yang mungkin dapat diidentifikasi sebagai antara lain fenomena kebudayaan masa antara.
Buku ini berisi narasi dan refleksi seputar perayaan Natal dan Tahun Baru di Minahasa. Di dalamnya dihadirkan catatan-catatan tentang perjumpaan antara budaya Minahasa dengan kekristenan melalui sejarah tradisi perayaan Hari Natal dan Tahun Baru.
Buku ini menyajikan sejarah perjumpaan antara para leluhur Minahasa dengan para zendeling Kristen Eropa pada abad ke-19. Abad ini adalah suatu tahap penting bagi orang-orang Minahasa dalam kebudayaanya, yaitu terutama perjumpaannya dengan para zendeling atau misionaris Eropa yang membawa agama Kristen. Perjumpaan itu antara lain direspon dengan keterbukaan orang-orang Minahasa menerima pendidikan yang diperkenalkan oleh para zendeling. Mulai dari pendidikan informal, yaitu sistem anak piara di keluarga-keluarga para zendeling yang kemudian melahirkan guru-guru pribumi Minahasa.
Sejarah sebagai Perjuangan adalah kumpulan beberapa pemikiran kristianitas yang diperuntukkan sebagai Festschrift dari Prof. Dr. A. Eddy Kristiyanto yang merayakan ulang tahun ke-65. Para kontributor buku ini berupaya memperdalam, memperkaya, bahkan mengkritisi minat dan gagasan Eddy Kristiyanto. Keberagaman tulisan yang diniatkan bagi beliau mengambarkan keberagaman minat ilmu yang digeluti oleh Eddy Kristiyanto. Sejarah Gereja adalah minat utama Eddy Kristiyanto. Beliau mencurahkan waktunya untuk mempelajari, meneliti, menulis, dan mengajar sejarah. Ini adalah sebuah keuntungan tertentu dibandingkan dengan dosen lainnya. Karena keuntungan tersebut, ahli sejarah mempunyai kesempatan banyak untuk menjadi orang bijak. Dari paragraf pertama hingga paragraf terakhir, para kontributor mengafirmasi apa yang dipikirkan, ditulis, diajarkan, dan dihidupi oleh Prof. Dr. A. Eddy Kristiyanto: mempelajari sejarah menjadikan seseorang bijak dalam artian menjadikan seseorang makin mengerti pergulatan sesama dan makin menaruh harapan pada penyelenggaraan Ilahi. Dengan demikian, sejarah menyangkut perjuangan manusiawi dengan pertolongan Ilahi.
Buku ini berisi 10 bab dengan tema-tema yang berkaitan dengan berteologi kontekstual. "Gereja yang Berpijak", menunjuk pada metode dan pula paradigma berteologi gereja yang menjadikan konteks sebagai pijakan. Gereja yang Berpihak" menunjuk pada arti kehadiran gereja yang membebaskan.