You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Tulisan-tulisan dalam buku ini mendeskripsikan dan merefleksikan perubahan-perubahan yang terjadi, mulai dari soal minyak goreng hingga tren angkot, musik, film, dan tradisi mudik. Inilah masa antara: secara psikologis diingat secara romantik, secara politik dikenang secara traumatis, secara sosial dihubungkan dengan represi yang menenangkan, secara kultural ini adalah era semua serba alternatif. Hal-hal ini yang mungkin dapat diidentifikasi sebagai antara lain fenomena kebudayaan masa antara.
Buku ini mengajak kita merenungkan kembali perlunya untuk mengikis batas pembeda antara yang kita anggap sebagai "Indonesia Barat" dan "Indonesia Timur" dalam upaya membangun kesejahteraan Indonesia. Meskipun upaya tersebut telah dilakukan jauh semenjak dahulu sampai era reformasi hadir, tampaknya kesenjangan antara barat dan timur masih cukup nampak. Di samping perlunya pembangunan ekonomi yang merata dan adil, buku ini mencoba mewacanakan kembali mengenai model pembangunan Indonesia Timur yang menekankan partisipasi masyarakat, pelibatan aspek sosial budaya serta peka terhadap isu lingkungan. Pendekatan sosial budaya dan antropologis tampaknya menjadi penting jika mengingat masyarakat Indonesia Timur penuh dengan kekayaan budaya dan karakter sosial spesifik yang dapat menjadi modal bagi pembangunan
Tradisi festival Kuncikan yang di dalamnya menampilkan seni pertunjukan rutin dilaksanakan setiap awal tahun oleh masyarakat Minahasa, Sulawesi Utara. Buku ini mendeskripsikan, menganalisis, dan merefleksikan tradisi Kuncikan atau perayaan menyambut Tahun Baru sebagai festival bernuansa sosio-kultural-religi yang khas di Minahasa. Beberapa pertunjukan dalam festival Kuncikan yang akan dideskripsikan pada buku ini adalah “Wolay” di Desa Poopo, “Yaki-Yaki” di Kelurahan Ranomea, Amurang, "Figura" di Kota Manado, dan sebuah ritual yang dilaksanakan setiap awal tahun oleh masyarakat di desa Laikit dan Dimembe. Narasi dan fenomena festival Kuncikan tersebut kemudian dianalisis secara antropologis dan sosiologis, dan direkonstruksi secara teologis dan pedagogis Kristiani atau Pendidikan Agama Kristen (PAK).
Buku ini berisi narasi dan refleksi seputar perayaan Natal dan Tahun Baru di Minahasa. Di dalamnya dihadirkan catatan-catatan tentang perjumpaan antara budaya Minahasa dengan kekristenan melalui sejarah tradisi perayaan Hari Natal dan Tahun Baru.
Kisah tentang Dia dan Keke, dua orang muda yang berjuang mempertahankan tanah warisan leluhur mereka.
INDONESIA, dengan jumlah penduduk keempat terbesar di dunia dan pertama terbesar dalam jumlah penduduk muslim, juga satu-satunya negara di Asia Tenggara yang ebnar-benar demokratis, tampil bagaikan raksasa yang kurang dikenal. Di persilangan antara pengaruh India dan Tiongkok, perbatasan kepulauan yang mahaluas ini telah ditentukan sebagai hasil berbagai bentrokan antara negara-negara imperialis Eropa (Spanyol, Portugal, Inggris, dan terutama Belanda). Sejarah Indonesia sejak kemerdekaannya berwujud berbagai kontradiksi yang lahir dari pilihan-pilihan unik dan berani para pendiri negaranya: sebuah republik terpusat untuk mengelola sebuah wilayah luas dan terpencar, sebuah lingua franca yang dijadikan bahasa nasional, sebuah negara religius tapi bukan negara Islam.
Buku ini adalah upaya untuk memahami narasi sejarah gagasan, kepeloporan dan gerakan Maria Walanda Maramis dan PIKAT dalam konteks kolonialisme. Minahasa sebagai ruang refleksi dan aktualisasi idealismenya, sejak abad ke-16, abad ke-17 dan hingga awal abad ke-20 adalah salah satu daerah koloni yang pada banyak hal telah mengalami perubahan oleh kolonialisme. Dalam hal sosial-politik, birokratisme kolonial mendominasi pengaturan masyarakat dan kepemimpinan. Berkaitan dengan itu adalah ekonomi, yaitu praktek kerja, pengelolaan tanah, distribusi dan pola konsumsi yang dikontrol serta didesaian oleh pihak kolonial
This book provides a collection of articles resulting from the International Conference on History, Social Sciences, and Education (ICHSE), which was held on 11 September 2021. The Department of History of Malang State University choose "Embracing New Perspectives in History, Social Sciences, and Education" as the main topic, and elaborates on five subthemes: 1) new trends in historical research; 2) formulation of new perspectives in history, social sciences, and education; 3) transdisciplinary research in history, social sciences, and education; 4) innovations in historical and social science learning during pandemics; 5) New ideas in the research and practice of social sciences and educati...
The 26 scholars contributing to this volume have helped shape the field of Indonesian studies over the last three decades. They represent a broad geographic background—Indonesia, the Netherlands, the United Kingdom, Australia, the United States, Canada—and have studied in a wide array of key disciplines—anthropology, history, linguistics and literature, government and politics, art history, and ethnomusicology. Together they reflect on the "arc of our field," the development of Indonesian studies over recent tumultuous decades. They consider what has been achieved and what still needs to be accomplished as they interpret the groundbreaking works of their predecessors and colleagues. Th...