You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Since the downfall of Soeharto in 1998 many autobiographical writings have appeared in Indonesia from the pens of those who were marginalized by his so-called New Order regime. This book examines representative autobiographies of several such individuals: two ex-political prisoners who describe themselves as Muslim Communists; two writers of the left, one a woman in a senior position in the left-wing women s organization, Gerwani, and one a well-known male novelist who spent years in exile in China and Russia; two Muslim opponents of Soeharto, one an intellectual and the other a political campaigner; and finally, two collections of short autobiographies by the younger generation, one a group...
Mengapa mantiq amat penting untuk dipelajari? Ialah karena fungsinya sebagai ilmu alat. Ketika ‘ilmu alat’ disebut, umumnya orang yang belajar ilmu-ilmu keislaman hari ini cenderung akan mengasosiasikannya dengan gramatika bahasa Arab, yakni nahwu (sintaksis) dan sharf (morfologi). Namun, khazanah klasik Islam menyebut mantiq sebagai ilmu alat juga. “Waba’du fal-manthiqu lil-janāni # nisbatuhu kan-naḥwi lil-lisāni”, demikian tulis Al-Akhdhari (w. 1575) dalam nazam As-Sullam al-Munawraq. “Mantiq bagi pikiran ialah seperti nahwu bagi bahasa.” Lebih tegas lagi, di salah satu karyanya yang menjadi kitab babon dalam ushul fiqh, al-Mustashfā, al-Ghazali menyampaikan, “Man la yaḥīthu bih fala tsiqata bi’ulūmihi ashlan”. “Siapa tak menguasai mantiq, ilmunya tidak tepercaya.” Buku ini menghimpun catatan dari kajian terhadap Mi’yārul-‘Ilmi fil-Manthiq karya al-Ghazali dan ditambah dengan bacaan-bacaan lain untuk memperkaya. Sebagaimana tampak nanti setelah membaca buku ini, peran vital mantiq bahkan bukan saja terbatas pada fungsinya sebagai ilmu alat, melainkan juga pemberi dasar rasional bagi diktum-diktum akidah.
Dalam khazanah ilmu al-Qur’an, dikenal dua model studi, yaitu studi kandungan al-Qur’an dan studi ilmu tafsir al-Qur’an. Kitab ini mengambil bentuk studi model kedua, yakni tentang beragam keilmuan yang dibutuhkan oleh seorang mufasir dalam memahami dan menafsirkan al-Qur’an. Akan tetapi, di atas itu semua, satu hal yang menakjubkan dari al-Itqan fi ‘Ulumil Qur’an ialah pengaruhnya yang sangat vital. Kitab ini laksana rantai emas yang membingkai studi ilmu-ilmu al-Qur’an yang lahir kemudian. Inilah induk dari segala kitab dalam studi ilmu al-Qur’an sejak abad pertengahan. Pantaslah penulis dengan nama asli Abdurrahman ini dijuluki Jalaluddin (simbol kemuliaan Islam) atas karya-karya serta perannya dalam khazanah keilmuan Islam. Jilid 3 ini terdiri dari bab 41 sampai bab 52. Dalam bab-bab ini dibahas tentang i’rab, kaidah-kaidah penting, mutasyabbih dan muhkam, muqaddam dan mu’akhar, ‘am dan khash, mujmal dan mubayyan, nasikh dan mansukh, ayat-ayat yang musykil, muthlaq dan muqayyad, manthuq dan mafhum, bentuk-bentuk khithab, hakikat dan majaz, dan lain sebagainya. Selamat membaca!
Buku Agama - Konsep Komunikasi Dakwah dalam Riset Kajian Kontemporer - Mochamad Aris Yusuf - Guepedia Sinopsis : Buku ini penting untuk dibaca oleh khalayak luas sebagai pemahaman dan pola pikir yang jernih, karena sampai sekarang gejala sosial dan agama menjadi permasalahan yang tak terselseaikan, sehingga penulis secara khusus menyusun dengan riset mendalam pada isu-isu kontemporer. Ikhtiar Mochamad Aris Yusuf melalui buku ini mengenalkan definisi komunikasi dan dakwah sebagai solusi dan pemantapan konsep yang berimbang. Ukuran : 13,5 x 20 cm No. QRCBN : 62-39-0538-128 Terbit: Januari 2023 www.guepedia.com Email : guepedia@gmail.com WA di 081287602508 Happy shopping & reading Enjoy your day, guys
“Cogito ergo sum”—“Aku berpikir, karena itu aku ada.” Itulah kata-kata yang sangat populer dari René Descartes, filsuf dan matematikawan Prancis yang juga sering disebut sebagai bapak filsafat modern dan bapak matematika modern. Descartes termasuk salah satu pemikir paling penting dan berpengaruh dalam sejarah Barat modern. Pemikirannya yang sangat revolusioner telah membuat sebuah revolusi falsafi di Eropa pada abad ke-17 dan 18. Ingin tahu apa saja pemikiran Descartes yang begitu revolusioner pada masanya itu dan yang sampai kini masih dipegang sebagai sebuah ajaran, petuah, yang sekian lama dianggap hampir sebagai kebenaran tunggal—bahwa hidup yang benar adalah yang didasarka...
Tidak diragukan lagi, pendekatan social yang agresif dari Emile Durkheim ini telah memberikan sebuah teori yang sangat orisinal dan mengagumkan tentang agama. Sebuah karaya maha penting dan legendaris.” (Daniel L. Pals, penulis buku Seven Theories of Religion) Buku ini meupakan magnum opus dalam bidang studi sosiologi agama yang akan senantiasa dikaji oleh setiap generasi manusia. Melalui buku ini, Emile Durkheim memetakan kerangka historis “agama-agama dasar” dalam konteks dasar-dasar sosiologis dan implikasi-implikasi sosialnya, yang kemudian menjadi “roh” suatu masyarakat. Kendati memang harus buru-buru dinyatakan pula bahwa Durkheim sebenarnya tergolong kelompok reduksionis aga...
Buku ini melihat perubahan penting yang terjadi dalam kaitan dengan dinamika politik dan persilangannya dengan Islam di Indonesia. Bagaimana reformasi yang terjadi di Indonesia pasca-kejatuhan Suharto mendorong semangat berperilaku seperti raja-raja kecil yang penuh kuasa dengan cara membangun oligarki politik yang dibentengi para jagoan (blater) dan tokoh-tokoh agama. Juga menjelaskan, bagaimana masyarakat sipil melawan oligarki politik orang kuat lokal dengan cara mendorong proses demokratisasi melalui tuntutan akses dan partisipasi dalam kebijakan pemerintahan. Mereka juga berupaya mengembangkan berjalannya mekanisme popular control untuk memastikan kebijakan yang diambil pemerintah lebih berorientasi kepada kepentingan masyarakat banyak dibandingkan kepentingan oligarki dan patron-client semata. —Prof. Noorhaidi Hasan, M.A., M.Phil., Ph.D. (Direktur Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)
Sejak awal, kaum orientalis memandang sebelah mata tentang Islam dan sosok Nabi Muhammad Saw. Namun, tidak demikian dengan orientalis yang satu ini. Adalah William Montgomery Watt, profesor yang dikenal sebagai orientalis dan sejarawan Islam terkemuka dari Britania Raya. Watt pernah menyatakan begini, “Saya membenarkan perkataan Muhammad bahwa al-Qur’an bukan dari dirinya, namun dari Allah yang diwahyukan kepadanya... Saya senantiasa meyakini bahwa al-Qur'an adalah wahyu Ilahi.” Lebih ekstrem lagi, sebagaimana dikutip Ulil Abshar-Abdalla, Watt juga pernah menyatakan: “Jika Islam berarti ketundukan kepada kebenaran ultim, kepada Tuhan sebagai sumber kebenaran itu, maka Anda boleh meny...
“Aku ingin mengalami kegagalan. Tidak apa-apa kalau aku merasa kehilangan. Biarkan saja segala kegelisahan, cemas, dan rasa bosan. Aku tak akan melawan kemalasan. Yang kuperlukan hanya duduk sejenak, tidak berpikir, mengabaikan semua suara batin dan berdiam dalam keheningan momen saat ini, untuk menyadari betapa menyenangkan keadaan tersebut, dan berkata pada diriku sendiri, ini sudah cukup baik.” *** Belum pernah rasanya, kita mengalami zaman yang membuat kita sesibuk sekarang ini. Kita hidup dalam ruang-ruang paralel, ceruk-ceruk kecil simulasi, yang tak lagi jelas apakah itu nyata atau maya, dan tak bisa dibedakan lagi mana yang palsu mana yang sejati. Kita bergerak dalam kecepatan ya...
"Di dalam hatiku,” ungkap Maulana Rumi dengan sangat meyakinkan pada bait pertama kitab Rubaiyat-nya ini di baris ketiga dan keempat, “ada api yang menyala karena keindahan kekasih. Wahai dukacita, jika kau punya nyali datanglah ke mari!” Sungguh, bait di atas itu tidak saja merupakan simbol bagi Cinta Ilahiat yang sedang membara, tapi lebih dari itu, juga menunjuk kepada keberanian yang luar biasa dalam menyeberangi medan kehidupan yang seringkali dihantam oleh badai dan berbagai malapetaka lainnya, ditikam oleh penindasan, dan berbagai kelaliman lainnya. Itulah efek terpuji dari kesadaran, ketulusan, dan keberanian menenggak anggur rohani. Siapa pun aku, engkau, dia, dan mereka: jika telah menenggak anggur rohani itu, pastilah akan menjadi kekasih Tuhan yang tidak akan pernah letih membagi-bagikan kebenaran dan keindahan, menjajakan makrifat, cinta, dan kasih sayang. Ini adalah salah satu karya besar Maulana Rumi.