You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Teror dua tahun yang lalu datang menghantui Ayumi. Bahkan, lebih mengerikan dari sebelumnya. Terlebih lagi, nyawa dua orang yang paling ia sayangi menjadi taruhannya! Kini, tak ada cara lain bagi Ayumi selain mencari kepingan memori masa lalunya dan membukanya, untuk menyingkap kenyataan peristiwa menyedihkan dua tahun yang lalu itu. ... “Seperti apa yang kalian katakan padaku dulu... seperti apa yang selalu kalian katakan sebagai slogan kalian. Memento mori....” -MediaKita-
Jantung Dini mulai berdetak lebih cepat, darahnya mulai mengalir dengan cepat membuat suhu tubuh Dini meningkat. Keringatnya bercucuran lebih banyak. Saat dalam ketakutan dan kebingungan itu, tiba-tiba Dini merasa ada sesuatu yang dingin mencengkeram tangannya. Ia seperti tersengat listrik tegangan tinggi. Bola matanya terus saja mengarah ke bawah, ia tahu ada sesuatu di lantai kamarnya. Buku ini berisi pengalaman nyata yang terjadi oleh penulis, berdasarkan pengalaman teman, atau juga cerita yang turun-temurun. Ada 17 cerita dan pengalaman mengerikan dari 17 orang penulis yang memiliki latar berbeda. Bukan untuk menakut-nakuti, bukan untuk mempermainkan, hanya saja agar tersadar dan selalu waspada bahwa ‘mereka’ ada di sekitar kita. Mungkin saat ini ‘mereka’ berada tepat di belakangmu... mengamatimu... menunggumu... Buku horor ini merupakan persembahan dari MediaKita #Halloween10rb
Berawal dari kecelakaan maut kereta api di Bintaro, cerita dimulai. Efri, tiba-tiba dapat melihat makhluk-makhluk dengan wujud yang mengerikan. Judith, hanya bisa berteriak histeris, saat sosok-sosok menyeramkan itu menghampirinya. Begitu juga Leony, yang berusaha mencari jalan pulang dengan dituntun seorang nenek berwajah pucat, yang menginginkan kematiannya. Apa hubungan ketiganya? Mengapa selalu muncul sosok gadis bernama Kimaris di kehidupan Efri, pemuda bernama Maritz di kehidupan Judith, dan Eyang Imar di kehidupan Leony? Mengapa ketiga sosok misterius itu memiliki sikap dan gelagat yang serupa? Akhirnya, di lintasan rel Bintaro ketiganya bertemu, menanti sebuah gerbong, yang akan mengantarkan mereka pada jawaban dari semua misteri tersebut. Sebuah Novel Horor yang di tulis oleh Lonyenk RAP (penulis Kuncung Pocong) yang di terbitkan oleh MediaKita.
Earl Ziemke’s From Stalingrad to Berlin is a definitive, illustrated history of the Soviet-German conflict during World War II. Introduction by Emmy Award–winning historian Bob Carruthers With scarcely an interlude, Germany clashed with the Soviet Union for 3 years, 10 months, and 16 days, seesawing across eastern and central Europe between the Elbe and the Volga, the Alps, and the Caucasus. The total number of troops continuously engaged averaged between 8 and 9 million, and the losses were appalling. Wehrmacht losses numbered between 3 and 3.5 million. Deaths on the Soviet side reached more than 12 million, about 47 percent of the grand total of soldiers of all nations killed in World ...
None
Vol. 34 includes "Special tariff conference issue" Nov. 6, 1925.
Catholic priests all across Poland were arrested and sent to Nazi concentration camps at the beginning of World War II. This memoir by Fr. Henryk Maria Malak (1912-1987) is their story and his. Through the author's eyes we witness the German invasion, atrocities against the local population, and the roundup of priests from the region. A series of "transports" takes them to Stutthof and Grenzdorf in Poland, then to Sachsenhausen and Dachau in Germany. Fr. Malak spent more than four years at Dachau, and he describes camp life in detail. (His final chapters are entries from a diary he kept secretly near the end of the war.) Some priests are selected for medical experiments; others are sent on "death transports." Throughout their ordeal they face brutal treatment, hard labor, hunger, disease. Although many perish along the way, all remain steadfast in their faith and in their loyalty to Poland.
A compilation of papers taken from the Fourth International Conference on Minority Languages. While the first volume focused on the more theoretically orientated papers, this volume emphasizes the inventorial or descriptive approach.