You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Javanese literature is one of the world’s richest and most unusual literary traditions yet it is little known today outside of Java, Indonesia, and a handful of western universities. With its more than a millennium of documented history, its complex interactions over the centuries with literature written in Sanskrit, Arabic, Persian, Malay and Dutch, its often symbiotic relationship with the performing arts of puppetry and dance, and its own immense creativity and insight, this vastly understudied literature offers a lens to understanding Java’s fascinating world as well as human ingenuity more broadly. The essays in this volume, Storied Island: New Explorations in Javanese Literature, take a fresh look at questions and themes pertaining to Java’s literature, employing new theoretical and methodological lenses.
None
29 Tulisan esai dari 29 orang dengan sudut pandang berbeda, dan profesi yang beragam pula. Namun, kesemuanya bertujuan pada hal yang sama, memikirkan (kembali) sastra Jawa, mencari akar kelesuan, mengusulkan gagasan-gagasan dan penemuan-penemuan. Bagaimanapun, Sastra Jawa tidaklah mati, meski ia sunyi dan lengang. Sastra (dan budaya) Jawa tengah diuji di tengah arus jaman. Beberapa tampak bangkit dan terpromosikan, namun sesungguhnya mengkhawatirkan. Pemikiran2 modern mengangkat budaya Jawa sebagai semacam aquarium, seperti telaga yang indah dan eksotis, tempat orang datang berwisata dan foto bersama. Namun, Gagaran Lampah, adalah laku, adalah langkah yang selayak mencangkuli bukit sekitar telaga, agar air-air terus datang, dan air-air juga terus mengalir, melintasi sawah dan pemukiman, menuju samudera, jagad yang lebih luas. Buku ini diinisiasi oleh Mustofa W Hasyim, Iman Budhi Santosa, Dhanu Priyo Prabowo dan Latief S Nugraha. Diterbitkan oleh kerjasama Penerbit Garudhawaca, Bijak Jawa dan Studio Pertunjukan Sastra.
Tanduk merupakan sastra lisan dalam khasanah kebudayaan Tuban hingga saat ini masih eksis. Eksistensi tersebut, karena dukungan masyarakat terhadap sastra lisan Tanduk sangat kuat. Dapat dikatakan bahwa Tanduk adalah spirit kelisanan masyarakat Tuban. Ada beberapa jenis Tanduk yang ditampilkan saat kenduren, seperti Tanduk: mangku gegriya, Mantu, Keleman, Wiwitan, Kawit Tandur, Brokohan, Mitoni, Muludan, Kupatan Sapi, Rejeban, Barikan, Manganan, dll. Penulisan Buku ini betujuan untuk memahami struktur naratif yang digunakan tukang tanduk dalam memimpin dan memasrahkan kepungan yang meliputi: formula, ungkapan formulaik, dan tema. Pemahaman tersebut berdasarkan teori Parry-Lord. Selain itu, penulisan ini bertujuan memahami makna sastra lisan tersebut bagi masyarakat setempat berdasarkan teori semiotik Charles Sander Pierce. Tujuan lain dalam penulisan ini adalah memahami fungsi sosial bagi masyarakat pendukungnya berdasarkan teori fungsi Alan Dundes dan Bascom.
This Festschrift engages in the richness and variety of literatures and cultures of the Malay world, and goes beyond its shores to encounters between different cultures and traditions, and to the relationship between literary and other disciplines. Rainbows of Malay Literature and Beyond communicates the absorbing richness of inter-disciplinary study and knowledge.
None
Setelah puluhan tahun Persada Studi Klub membubarkan diri, komunitas ini masih menjadi bahan pembicaraan dalam beberapa kesempatan, baik dalam tulisan-tulisan di media massa maupun dalam acara-acara sastra. Pembicaraan tersebut lebih dari sekadar proses nostalgia dari orang-orang yang pernah bergabung di dalamnya, tetapi juga merujuk masa silam sebagai masa kegemilangan dalam hidup bersastra yang tidak ditemukan dalam keadaan dunia (sastra) masa kini. Buku ini menguraikan komunitas Persada Studi Klub dari latar belakang berdirinya, proses pendiriannya, proses kreatif di dalamnya, sampai bagaimana komunitas ini mampu melegenda di dunia sastra Indonesia. Buku ini juga menguraikan strategi dan pencapaian beberapa orang anggotanya seperti Umbu Landu Paranggi, Iman Budhi Santosa, Ragil Surwarna Pragolapati, Linus Suryadi AG, Korrie Layun Rampan, dan Emha Ainun Nadjib.
Buku ini secara eksplisit menguraikan peran vital museum dalam masyarakat. Melalui pendekatan komunikasi visual yang inovatif seperti diorama, kita diundang untuk menyelami lebih dalam narasi-narasi yang membentuk identitas bangsa. Pendekatan ini mengubah cara kita melihat artefak menjadi lebih dari sekadar objek; mereka menjadi narator dalam cerita besar bangsa ini. Dengan mengangkat sosok Munir, buku ini menekankan bagaimana museum memainkan peran kunci dalam mendokumentasikan perjuangan kemanusiaan. Museum menjadi medium yang kuat untuk mempertahankan ingatan kolektif akan peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah kita, khususnya dalam konteks pelanggaran hak asasi manusia. Buku ini juga ...
Dermaga Derita / Pier of Sorrow adalah buku antologi puisi dwi bahasa (Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris) karya Budi Tri Santosa dan Diana Hardiyanti
None