You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Biography of Soe Hok Gie, an Indonesian political activist.
Penulis: Ridwan Saidi. Sambutan: Fadli Zon, SS, MSc, Wakil Ketua DPR RI periode tahun 2014-2019. Editor: Chamal Hamid “Tak berlebihan sepertinya jika disebut bahwa sesudah Ridwan Saidi, tak ada lagi sosok Ketua Umum PB HMI yang sanggup menyaingi citra intelek serta produktivitas Ridwan. Citra intelek dan produktivitasnya dalam berkarya hanya bisa ditandingi oleh generasi-generasi sebelumnya”. (Fadli Zon). Biographi Ridwan Saidi ditulis seorang tukang parkir mobil di Jakarta yang ingin selesaikan studinya di Universitas Negeri Jakarta. Saya yakin dengan kejujuran tukang parkir, kata Saidi. Sejak usia 13 tahun Saidi sudah tertarik dengan politik. Saidi menjadi saksi pergolakan politik dari jaman Liberal, Orde Lama, Orde Baru, hingga Reformasi. Saidi kenal dekat dengan pelaku politik jaman Liberal, dan pada jaman Orde Baru Saidi mulai terjun sebagai politikus. Bakatnya berpolitik berkembang sejak Saidi menjadi Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) periode tahun 1974-1976. Saidi tetap hingga kini menyampaikan pikiran politiknya sebagai pengamat. Sekarang yang banyak pekerja politik, bukan politikus, kata Saidi.
“Sejarawan Indonesia lebih sibuk berhistoriografi dan terancam lupa menulis diri sendiri atau rekan seprofesi secara utuh,” begitu kekhawatiran FX Domini BB Hera. Kendati banyak menghasilkan karya penting dalam pustaka sejarah Indonesia, salah satunya Soewardi Soerjaningrat dalam Pengasingan, belum ada biografi yang secara khusus mengulas kiprah Irna HN Hadi Soewito. Bahkan, biografi sejarawan perempuan di Indonesia pun pada umumnya masih terhitung langka. Buku ini menjawab kekhawatiran itu. Eka Budianta mengajak kita mengunjungi sejarah personal Irna HN Hadi Soewito, dari masa kecilnya di Kediri hingga kini genap berusia 80 tahun. Dalam buku ini pula terceritakan apa dan bagaimana keterkaitan Irna dengan Bung Karno, sang proklamator dan presiden pertama Republik Indonesia, juga Ki Hadjar Dewantara, sosok penting di balik Taman Siswa.
Buku yang sedang di hadapan Anda ini merupakan buku penggugah jiwa sekaligus pembuka fikir terhadap peran pemuda di Indonesia dari masa ke masa. Dari buku ini kita mendapatkan banyak sekali wawasan, di antaranya, betapa besarnya peran pemuda terhadap kemerdekaan Indonesia. Jika kita mau membaca sejarah, yang menjadi tonggak awal kita merdeka bukanlah fisik ataupun senjata tapi karena adanya inisiatif atau kesadaran para pemuda zaman perjuang waktu itu. Adanya sikap revolusioner dan motivasi diri maka pemuda saat itu bisa membawa negara kita mencapai kemerdekaan. Pemuda merupakan tonggak dari sebuah peradaban. Yang mana selalu menjadi harapan dalam setiap kemajuan serta menjadi tumpuan para g...
Soe Hok-gie adalah seorang pemikir yang kritis, idealis, dan pemberontak. Catatan hariannya—yang dibukukan dalam Catatan Seorang Demonstran (1983)—merangkum seManga, Manhua & Manhwat perlawanan yang tumbuh sejak ia duduk di bangku SMP. Gie pernah mendebat guru bahasa Indonesia lantaran berbeda pendapat soal pengarang prosa “Pulanglah Dia si Anak Hilang”. Lalu semasa SMA, ia memprotes kebijakan sekolahnya yang hanya menampung siswa dengan orangtua dari kalangan pejabat. Tabiat itu membentuknya menjadi manusia berjiwa politik. Empati kepada rakyat kecil dan keterampilan beretorika menjadi seManga, Manhua & Manhwat utama Gie. Ia konsisten untuk berada di luar sistem serta memihak kemanu...
Letnan Jenderal KKO (Purn.) Hartono adalah salah seorang loyalis Bung Karno. Ia terkenal dengan kata-katanya, “Pejah gesang melu Bung Karno”. Ya, dia siap mati demi melindungi Presiden Soekarno. Sebagai pimpinan KKO, dia pun mengatakan dengan lantang, “Hitam kata Bung Karno, hitam kata KKO, putih kata Bung Karno, putih kata KKO”.
DIANGKAT DARI disertasi penulis, buku ini menyajikan studi tentang perlawanan petani Temanggung dalam merebut kembali hak-hak hidup mereka setelah keluarnya PP No. 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan. Dengan disahkannya peraturan ini, petani merasa nasib mereka betul-betul terancam. Uniknya, petani “berperang” dengan “senjata” kidung yang puitik. Mereka berperang dengan mantra yang memancarkan religio-magisme yang mencekam. Mereka pun berperang dengan ritus yang menyajikan suasana kudus, dengan sajen yang menghubungkan dunia ini dengan dunia sana, yang menciptakan keyakinan bahwa apa yang manusiawi ini juga sekalig...
The book has offered the consumer behaviour theory with implementation on two local foods of Malang meatballs and Kediri Tofu. It has a good attempt in implementing the theory of consumer behaviour and clarifying the conceptual to be of wider concern to the reader. The book offer the insight consumers perspective approaches to understand what’s their behaviour performed towards local foods among the competitive food industries. This book presented a comprehensive explanation about consumer’s acceptance towards Malang meatballs and Kediri tofu among the huge presence of branded fast foods.
The premise of Social Science and Power in Indonesia is that the role and development of social sciences in Indonesia over the past fifty years are inextricably related to the shifting requirements of power. What is researched and what is not, which frameworks achieve paradigmatic status while others are marginalized, and which kinds of social scientists become influential while others are ignored are all matters of power. These and other important themes and issues are critically explored by some of Indonesia's foremost social scientists in this seminal work.