You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Buku ini lahir dari sebuah cita sederhana: mendorong para islamis di tubuh gerakan dakwah untuk tidak sibuk dengan kerja-kerja sporadis dalam membela umat. Tidak lagi menjadi sosok yang berpikir pendek dan gagal meneroka hari esok. Kapasitas akal yang Allah karuniakan niscaya untuk dipergunakan dalam jalan dakwah ini. Bila Fazlur Rahman pernah menasihati Wan Mohd Nor Wan Daud untuk mengurangi porsi waktu aktivisme, saya setujui dengan catatan: bukan meninggalkan sama sekali roh pergerakan yang biasa dijalani. Bukan meninggalkan sama sekali, melainkan mengokohkan roh gerakan dengan meluaskan perspektif agar hikmahlah yang direngkuh; bukan fanatisme kelompok. Menjadilah mereka tidak lagi hitam...
Hoesin Bafagieh, adalah tokoh nasionalis Indonesia dari kalangan keturunan Arab. Di masa Indonesia belum merdeka ia sudah sangat Indonesia. Di tengah politik segregasi versi Belanda dan Jepang, yang memisahkan kelas masyarakat pribumi dengan kaum imigran termasuk Tionghoa dan Arab, Hoesin Bafagieh lantang berbicara memekakkan telinga dan hati warga keturunan Arab. Melalui tulisan ia mencambuk mereka semua untuk meyakini satu hal: hidup di bumi Indonesia haruslah bertumpah darah Indonesia. Tak hanya soal nasionalisme dan mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia, Hoesin Bafagieh juga keras mengkritik perilaku buruk para borjuis keturunan Arab, dan mendorong perjuangan persamaan hak-hak perem...
Do you struggle to get your head around the application of theory and associated methods of intervention to social work practice? Making sense of theory and its application to social work practice is here to help you with a fresh approach written with the ‘non- theoretician’ in mind. After exploring the expectations and limits of application of theory to practice, Phil Musson sets about describing theories of explanation and their associated methods of intervention in an accessible way. He follows this by looking at theoretically driven approaches and their associated methods of intervention. One generic case study is used throughout, tweaked slightly but maintaining the same service users and issues so you can see how the theory of explanation or approach and the associated method of intervention is applied. You are also able to sharpen up your critical thinking skills as the author invites you to reflect on the theories of explanation and approaches discussed. Making Sense of Theory and its Application to Social Work Practice will be immensely valuable to both social work students and practitioners.
"Menulislah sekarang dari hal yang anda lihat, dengar, dan anda rasakan. Mungkin itu sangat sederhana dan menggelikan. Ndak papa. Mungkin itu seperti coretan di dinding gua yang terasa biasa di masanya, tapi terasa sangat istimewa pada saat penulisnya sudah sangat lama pergi. Cobalah menulis. Mulailah dari membaca. Karena membaca itu menulis." ~ Eko Novianto *** Buku yang berisi nasihat, petuah, dan tips menulis. Menariknya, disertai juga dengan ilustrasi berupa gambar-gambar yang mengasyikkan.
Hari ini gerakan mahasiswa bukan lagi pemain utama. Ali-alih menjadi penyambung lidah rakyat. Dengan berkembangnya teknologi informasi, masyarakat dapat berserikat menolong diri mereka sendiri. Baik dengan gerakan yang bersifat charity, sampai yang berupa advokasi. Dalam kondisi terjepit seperti ini, kebesaran gerakan mahasiswa bahkan mulai kehilangan kepercayaan dari mahasiswa sendiri. Munculnya gerakan-gerakan model komunitas yang tidak ribet, tapi punya impact yang nyata membuat pengaderan gerakan mahasiswa yang ideologis semakin tidak diminati. Dalam kondisi seperti ini, apakah gerakan mahasiswa akan menemukan kembali jalan kontribusinya, atau justru menjadi nyaman berada dalam barisan khusus di istana? Kita tidak tahu. Mari membaca buku ini, agar gerakan mahasiswa tak takluk.
“...Buku di tangan Anda ini tak melulu bicara berbagi wawasan melahirkan aksara berupa buku. Malah saya memandang buku ini sebagai berbagi prinsip-prinsip dasar bagi seniman buku. Ya, agar yang berlahiran bukan para pemahat aksara gila cuan, hormat, jabatan, atau kedudukan. Yang berlahiran dari para pembaca buku ini justru sosok-sosok kamil yang mau berproses agar bisa bermanfaat lewat tulisan. Sebagaimana kopi, buku ini perlu melibatkan banyak indra agar tampak aroma harum atau pesona indahnya. Dan titik awal itu adalah kerendahhatian diri untuk belajar berproses. Buku ini memadai sebagai tuturan awal dari yang masih belajar kepada yang ingin terus belajar...” (Yusuf Maulana ~ Pensyarah Samben Library)
Buku ini merupakan kumpulan tulisan, baik yang pernah dipublikasikan di media, blog atau medsos maupun yang masih tercecer di dalam laptop dengan bingkai inspirasi perjalanan dari tema ‘muslim negarawan’. Bukan membahas tafsir ‘muslim negarawan’, namun lebih pada melihat sosok profil ini sebagai profil kader KAMMI dalam perjalanannya. Karya ini adalah sebuah penghikmahan dari perjalanan penulis baik dari pengalaman riil maupun pembacaan literasi yang dirasa perlu untuk ‘diambil’ oleh seorang dai, oleh seorang aktivis dakwah, oleh seorang kader KAMMI. Menjadi seorang ‘muslim negarawan’ merupakan pengejewantahan makna dari karakter dien Islam, bahwa Islam adalah agama yang menyeluruh (syumuliyatul islam).
Setiap orang memiliki momen-momen terbaik dalam hidupnya. Diantara sekian momen itu ada yang berhubungan dengan masa belajarnya. Bagi penulis buku ini, di antara momen terbaik dalam hidup dan belajarnya, adalah waktu yang ia habiskan selama enam bulan di Program Kaderisasi Ulama Universitas Darussalam Gontor. Dalam enam bulan tersebut penulis menjalani hidup kembali sebagai santri, tapi di level pascasarjana. Di sana ia bisa ber-shuhbah dengan para guru, berkawan dengan orang-orang shalih dan berilmu, membaca buku-buku pemikiran, serta mendapatkan banyak materi dari para pengajar INSISTS, MIUMI, Program Pascasarjana UNIDA Gontor, serta para alumni Gontor yang telah menjadi tokoh masyarakat. Serpihan berbagai pengalaman yang dijalaninya tersebut kemudian direkam dalam catatan-catatan pendek. Tentu bukan hal yang hebat, tapi insya Allah bermanfaat. Dengan membacanya para alumni bisa bernostalgia, sedang yang bukan alumni, akan turut merasakan suasana kejiwaan yang penulis dapatkan di sana.
Perubahan tak hadir dari kemewahan. Kemewahan tak bakal ciptakan gelora kebangkitan. Andai dengan kemewahan semua tugas menciptakan kejayaan itu terpenuhi, Nabi Muhammad akan menerima uluran tangan kaumnya untuk negosiasi sekaligus rekonsiliasi. Tapi Nabi memilih disebut pemecah belah persaudaraan kabilah. Manusia insaf cemas digulung gelombang yang telanjur datang. Tapi ia tak patut hanya berdiam, menyerah dengan mata memejam. Bila gelombang menerjang, arungi lewat pikiran agar gulungannya terhenti. Atau ketika mantap, bidaslah sampai arahnya membalik lahirkan gelombang baru. Pikiran dan tindakan yang besarlah yang akan membebaskan diri di pusara gelombang keterjajahan. Maka, sejatinya revo...
Generasi hari ini, maksudnya mahasiswa hari ini, memang sangat berbeda dengan generasi terdahulu. KAMMI tidak bisa dan tidak boleh terus menerus hidup di bawah bayang-bayang aktivis 98 yang lalu, mengingat organisasi ini lahir di tahun tersebut, kalau tak mau mati secara perlahan-lahan. Kalau tak mau mengubur diri dan peran sejarahnya. Anak-anak KAMMI tak bisa hanya mengepalkan tangan, mengangkatnya ke atas, dan berteriak: Hidup mahasiswa Indonesia! Hidup rakyat Indonesia! Mau tak mau, suka tak suka, harus ada yang diubah. Hal ini tak hanya berlaku untuk KAMMI saja, tetapi juga untuk seluruh organisasi yang menyebut dirinya sebagai gerakan mahasiswa. Tulisan-tulisan di buku ini mungkin akan ...