You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Cerita kehidupan Keraton Yogyakarta sudah banyak dituliskan dalam pelbagai judul buku. Tapi tidak kisah di beranda belakangnya. Khususnya hayat hidup masyarakat di Kelurahan Patehan yang terdiri dari Ngadisuryan, Taman, Nagan, dan Patehan. Proses penulisan buku ini adalah kolaborasi yang melibatkan remaja-remaja Patehan dengan melibatkan sekira 80 narasumber yang seluruhnya warga sendiri dalam sekuen waktu 6 bulan. Dilihat dari prosesnya, buku ini pastilah buku sejarah lokal yang dihimpun dan dituturkan oleh warganya sendiri. Sebuah pencatatan dari dalam. Sekaligus, buku ini menjadi salah satu tonggak bahwa cerita kampung bisa dihidupkan oleh warganya sendiri. Ini suatu ikhtiar yang kuat untuk memberi makna pada ruang dan subyek anonim yang selama ini samar.
“Urusan akidah adalah urusan masing-masing individu tapi urusan berhubungan baik dengan sesama manusia adalah urusan bersama.” Ketika kebencian merajalela, kedengkian meningkat, dan fanatisme terhadap agama memuncak, Cak Rusdi hadir membagikan kisah-kisah yang tak hanya menyejukkan hati melainkan mengajak manusia untuk berserah diri kepada-Nya.
Tak ada yang istimewa sebenarnya. Semuanya berawal dari kebiasaan saya yang selalu diceritani ibu saya asli Surabaya, tentang masa muda dan keadaan kota ini di masa lalu (tentu saja berdasarkan yang beliau ingat). Kenapa harus cerita? Saya yakin, tak ada seorang pun yang tak sukadiceritani ataupun bercerita. Cerita ini bisa berwujud sejarah, nostalgia, pengalaman, kekinian bahkan bisa saja impian di masa depan, yang terekam secara dinamis melalui gaya hidup, dinamika masyarakat, seni, budaya, dan lain-lain, yang biasa disebut sisik melik. Surabaya Punya Cerita: Sudut Berbagi Cerita dan Sisik Melik Surabaya.
BROKIS! merupakan kumpulan kisah nyata, jurnal kehidupan seorang anak muda bernama Hayu. Kata "brokis" diambil dari bahasa prokem atau premannya "brengsek". Ditulis dengan gaya komedi, secara garis besar buku ini merupakan perwujudan dari pertanyaan: sudah sebrokis apa gue selama ini?
Rumahku itu ya Al-Quran dan As-Sunnah. Lah ngapain aku disuruh kembali kalau aku sudah di dalam rumah? Jangan-jangan justru yang mewanti-wanti itu yang sebenarnya belum kembali?
Banyak orang akan teringat Soumokil jika bicara soal Republik Maluku Selatan (RMS). Soumokil memang merupakan otak sekaligus pemimpin paling legendaris dalam sejarah RMS. Namun banyak orang tak peduli bahwa ada pihak lain yang juga memiliki peran besar dalam mewujudkan cita-cita berdirinya RMS. Sejarah militer RMS sejatinya bukan hanya soal kisah para jenderal, kolonel, atau kapten. Sejarah militer RMS adalah sejarah mengenai para bekas sersan KNIL dan pengikutnya yang ternyata punya andil sangat besar dalam menegakkan RMS. Kunci keberlangsungan RMS di Maluku sejatinya bukanlah di tangan Soumokil, melainkan di tangan bekas pasukan KNIL ini. Merekalah yang secara nyata menegakkan RMS dibanding pemimpin-pemimpin sipilnya. Merekalah ujung tombak RMS. Di buku ini akan dipaparkan peran para sersan dan serdadu-serdadu bekas KNIL yang berjuang meraih “kemerdekaan” mereka. Sampai diakhiri dengan alasan mengapa mereka menemui kegagalan.
This book explores the history of the relationships between Islam, state, and society in Indonesia with a focus on local politics in Madura.
A professor of American Studies—and stand-up comic—examines sharply focused comedy and its cultural utility in contemporary society. Outstanding Academic Title, Choice In this examination of stand-up comedy, Rebecca Krefting establishes a new genre of comedic production, “charged humor,” and charts its pathways from production to consumption. Some jokes are tears in the fabric of our beliefs—they challenge myths about how fair and democratic our society is and the behaviors and practices we enact to maintain those fictions. Jokes loaded with vitriol and delivered with verve, charged humor compels audiences to action, artfully summoning political critique. Since the institutionaliza...
Based on Peirce's Semiotic and Pragmatism, Ehrat offers a novel approach to cinematic meaning in three central areas: narrative enunciation, cinematic world appropriation, and cinematic perception.
First published in 2004. This text examines the politics of Islam and the state of Indonesia over recent decades, during which time there has been a notable resurgence of Islamic political movements. It argues that after the state had consistently worked to restrict and exclude political Islam from power, in the late 1980s and 1990s there was a change whereby Suharto courted the support, and began to incorporate, Muslim interests within the political system.