You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Masihkah kita harus bersengketa ketika hari hampir habis dan doa hanya menjadi ritus ala kadarnya? Sementara daun-daun tak sekalipun menebak ke mana angin akan meniupnya. Seperti kita manusia yang amat kecil di hadapan rahasia, yang tak sepenuhnya berkuasa atas jatuh-bangun kita. — Adimas Immanuel, Di Hadapan Rahasia
Jika kita lahir dan tumbuh sebagai kata-kata, saya ingin bertemu kamu di kalimat yang tak pernah memuat tanda seru dan berpisah di jalan yang ujungnya tak memuat tanda titik. Saya ingin bercinta dengan kamu kapan saja di mana saja tanpa dipisahkan koma dan jeda. Jika kita lahir dan tumbuh sebagai kata-kata, saya akan selalu menggarisbawahi kamu seperti kata yang saya anggap penting, meski kamu nanti mencetak miring saya seperti kata yang tak dikenal dan asing.
Mampus Kau dikoyak-koyak selfie (sh)!
Aku letih menunggu dan berenang. Aku tak fasih menanti dan mengenang. Lubang dan liang di tubuhku tertutup air mata yang menggenang. Aku ingin mengajakmu berlayar di rasi bintang dan melayanglayang. Aku ingin dengan sengaja tak mengarahkan cadik untuk membawamu pulang. Aku ingin kita terdampar di kepulauan bahasa. Aku ingin membuat pondok tepi lautku sendiri: dari ingatan-ingatan yang digulung ombak rambutmu.
Aku bukan siapa-siapa, dengan cara apa aku bisa menjadi segala? Apa yang harus kutulis agar kau menangkap makna yang digelatarkan dadaku? Jangan tanya di mana akal sehat, saat hati yang mengambil alih. Bahkan, saat kau kira hatimu sedang dalam titik terlemahnya, ia tetap mampu mengendalikan pikiran yang paling rasional sekalipun. "Percuma membakar rindu. Abunya tetap akan menyesakkanmu." *** Sebagaimana kehidupan, setiap cinta punya jalannya sendiri. Begitu juga dengan 13 lagu Glenn Fredly ketika diterjemahkan oleh 12 penulis. Beragam kisah cinta dengan sudut pandang dan cara bertutur yang berbeda bisa ditemukan dalam buku ini. Selamat membaca dengan cinta. -EnterMedia- #bukuemka
Kupasrahkan diriku antara kata dan umpama agar kau bisa membaca: kau seru hidupku angin bagi wajahku, cahaya bagi mataku bukit bagi pundakku, lembah bagi lenganku guruh bagi jantungku, mata air bagi hatiku api bagi pinggangku, padang bagi kakiku Tiada yang tersembunyi darimu karena cinta mesti bebas menari dan bernyanyi seperti maut. seperti maut. seperti maut.
Masihkah kita harus bersengketa ketika hari hampir habis dan doa hanya menjadi ritus ala kadarnya? Sementara daun-daun tak sekali pun menebak ke mana angin akan meniupnya. Seperti kita manusia yang amat kecil di hadapan rahasia, yang tak sepenuhnya berkuasa atas jatuh-bangun kita. Dalam sajak-sajak yang dikumpulkan dalam buku ini, Adimas memanfaatkan berbagai benda budaya dan karya seni sebagai rujukan. Acuan bisa dipisahkan sama sekali dari puisi, bisa juga dibaca sebagai awalan tafsir kita. Namun, apa pun cara kita menafsirkannya, yang dilakukan penyair ini adalah bagian yang penting dan sah dari sikap seorang modernis. ÑSapardi Djoko Damono
Buku ini memuat puisi-puisi dari 5 penyair. Ada "pancagukguk" dari Seno Gumira Ajidarma. Ada "minggu yang rentan untuk dicuri" dari Adimas Immanuel. Ada seseorang yang "cuma mau beli pisang" dari Cyntha Hariadi. Ada yang bilang "agar tak mabuk, orang harus dibuat sibuk – kerja, kerja, & kerja!" dari Dedy Tri Riyadi. Ada "bintang-bintang pecah menusuk kaki-kaki telanjang" dari Theoresia Rumthe. sastra indonesia tera
LANJUTAN KEPIK JINGGA BAGIAN SATU.