You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Kalimat-kalimat dahsyat itu tentu tidak akan muncul dengan sendirinya. Kalimat-kalimat yang dibuat indah dan mengena sehingga membuat kita rela membacanya hingga akhir kalimat. Lantas siapa penulisnya? Dia adalah copywriter atau bisa terjemahkan sebagai orang yang menulis naskah iklan. Adapun copywriting merupakan narasi atau bahasa tulis yang digunakan pada iklan. Bidang garapan iklan sangat luas dalam bidang apa pun dan dalam rentang usia mana pun. Dan lagi, saat ini mau tidak mau kita berada dalam belantara periklanan. Kini, profesi copywriter makin banyak diminati para pelaku usaha, terutama mereka yang bergerak di ranah online atau daring. Sebab, mereka pun sadar jika keberadaan copywriter ini sangat krusial, mengingat segala aktivitas manusia sudah terpusat di dunia maya atau media digital, dalam hal ini internet. Copywriting merupakan perpaduan antara seni, kecerdasan, dan kreativitas. Maka, tidak ada patokan baku untuk membuat sebuah iklan yang menarik. Namun begitu dalam menjalaninya, pasti akan memerlukan panduan dan alur yang jelas agar iklan tepat pada saran dan melejitkan pendapatan. So, mengapa ragu menjadi copywriter?
This is an open access book. The COVID-19 pandemic in the last two years has influenced how educational system works. Online learning became the primal policy taken by all institutions in the world to lower the risk of the virus spread. Despite the drawbacks of the online learning, teachers and students were accustomed with the distant learning through web meetings, Learning Management Systems (LMS) and other online learning platforms. In that time, topics under digital learning and education 5.0 were the main stakes in academic disseminations. This year some institutions start to conduct their teaching and learning process classically as before the pandemic, others are still continuing onli...
Dewasa ini kehidupan manusia dipenuhi oleh gemerlap materialisme. Ini terkadang bisa menjerat manusia ke dalam lubang hedonisme yang tak ada dasarnya. Selama ini mungkin pengeluaran bulanan Anda telah terkuras untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau tagihan rumah tangga lain. Akibatnya, Anda pun mengesampingkan alokasi dana untuk menabung dan berinvestasi begitu saja demi pemenuhan kebutuhan lainnya. Pernahkah Anda bertanya kepada diri Anda sendiri, mengapa Anda tidak pernah merasa puas meski semua keinginan Anda telah terpenuhi secara finansial? Melalui buku ini, Asti Musman mengajak Anda untuk memahami bahwa perilaku Anda akan lebih berpengaruh terhadap pengelolaan uang, daripada pengetahuan Anda tentang dunia keuangan. Selain itu, Anda juga akan disajikan bagaimana menerapkan hidup sesuai kebutuhan Anda, bukan sesuai keinginan yang tidak akan pernah bisa dipuaskan. Secara perlahan tapi pasti, mulailah menapaki jalan hidup dengan keputusan yang lebih bijak terkait pengelolaan uang sehingga Anda bisa merasakebahagiaan sejati di setiap detik dalam hidup Anda.
By delivering the mindful writings from our selected authors, this book portrays one big idea: a new Human-Centered society that balances economics to resolve problems, especially in the use of an integrated area in cyberspace, physical space, and how it impacts the creative industries. Through The 8th Bandung Creative Movement, scholars from 15 Universities around the Asian and European countries have discussed this issue where Human-Centered society became the main consideration in the development. Three topics are presented to the readers. Firstly, "Sustainable Cities and Communities" explores the sub-fields that construct a more sustainable environment for society post-pandemic era, such...
“Sangatlah jarang wartawan atau praktisi media massa di Indonesia yang menulis buku tentang jurnalistik. Makanya. Ketika ada seorang jurnalis yang menulis buku jurnalistik itu special dan pasti menarik. Karya jurnalis ini layak diapresiasi”. (Ketua PWI DIY, Sihono). “Muatan yang tertera dalam buku ini memberi peluang kepada wartawan dan masyarakat umum untuk mengerti, merasakan, dan melaksanakan cara menulis yang baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik”. (Panitera Harian Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa Yogyakarta).
Sederhana saja. Bukannya kita tidak ingin berbuat lebih baik dan hidup lebih baik pula. Kita selalu melakukannya. Namun kadang kita tidak tahu bagaimana caranya menuju ke sana. Dan dengan semakin bertambah usia, siapa pun ingin menjalani kehidupan yang lebih bahagia dan lebih damai. Untuk berdamai dengan masa lalu, kita harus sengaja melakukannya. Kita harus memiliki niat untuk melepaskan kemarahan, melepaskan penyesalan, memotong hal-hal yang tidak bisa kita lepaskan, dan menerima bahwa tidak semua hal dapat terjadi seperti yang kita inginkan. Kegembiraan kita, kebahagiaan kita, hanya diri kita sediri yang bertanggung jawab, bukan orang lain. Maka, hidup ini akan menjadi hidup ketika kita b...
Berhenti mengeluh, berhenti menyusahkan orang lain, berhenti berteriak-teriak, berhenti menyimpan dendam, berhenti membicarakan orang lain dan berhenti merasa paling miskin, lemah, kecil dan tak berdaya. Dalam hidup ini kadang kita tak pernah terbesit pikiran untuk berkontemplasi memahami diri sendiri, sehingga kita seperti berjarak dengan diri sendiri. Dalam hidup yang sela ini kita habiskan untuk mengamati, memperhatikan, bercengkrama dengan segala kesibukan dan puluhan orang tiap harinya, kadang kita lupa bahwa sejatinya diri ini juga membutuhkan perhatian yang jauh lebih intens. Buku ini mengajak untuk sama-sama berubah, berubah menjadi yang lebih baik dengan sepuluh pemahaman yang menarik untuk dipahami senikmat-nikmatnya sepotong pizza.
Apakah cara berpikir kita telah mengarah pada pemikiran para miliarder? Misalnya, apakah kita telah disiplin. Memanfaatkan waktu kita fleksibel saja terhadap waktu dalam arti tidak ada target-target tertentu? Ataukah kita justru memvonis diri sendiri bahwa kita tidak mampu kaya, sementara miliarder percaya bahwa dirinya layak menjadi kaya? Lalu bagaimana bisa kita mewujudkan impian kita sementara kita takut atau enggan untuk segera memulai, padahal miliarder berani mengambil risiko dan tidak terlalu panjang berpikir untuk merealisasikan gagasannya? Artinya, kita hanya lari-lari di tempat sementara miliarder telah meleset ke ujung bumi. Sikap pesimis dan keragu-raguan menjadi penyakit jiwa ya...
Disadari atau tidak, kita sering kali berusaha menilai kepribadian orang lain dari apa yang terlihat, entah dari cara dia bersikap atau raut wajahnya. Apakah orang ini jujur? Apakah dia orang yang setia? Kebiasaan ini merupakan hal yang normal, sebab manusia memiliki kecenderungan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, tidak terkecuali insan-insan di sekitarnya. Dalam buku ini dijelaskan bagaimana mengetahui karakter dan kepribadian orang lain, termasuk bagaimana memahami diri sendiri. Termasuk tipe manakah kita? Dengan mengenal tipe kita sendiri, setidaknya kita akan menyadari bahwa gaya inilah yang cocok kita gunakan dalam menjalin relasi dengan orang lain. Bukan masalah besar jika kita tipe orang yang menyenangkan. Namun, jika kita ternyata tipe pemberontak atau nasistik yang justru menyulitkan orang lain? Apa yang perlu dilakukan? Setiap insan itu unik. Setiap insan memiliki karakternya masing-masing. Perbedaan terjadi di mana saja. Meski begitu, relasi harmonis tetap bisa terjalin jika kita saling memahami.
Perhatikanlah apakah teman-teman kita suka menolong kita? Ataukah mereka memusuhi kita? Setiap tindakan yang kita lakukan, maka kita akan menuai reaksi dan hasilnya. Jadi, apakah kita akan memilih kehinaan atau kemuliaan? Kita bebas memilih setiap detik kehidupan datau membuang-buang waktu dengan berkeluh kesah dan mencela orang lain. Yang jelas, setiap saat akal kita akan bekerja dengan cermat dan semangat. Ia akan membuka file-file data sejenis dengan yang kita pikirkan. Itulah sebabnya, arahkan pikiran kita untuk selalu berpikir positif agar membawa kita pada tindakan yang benar dan terhindar dari perangkap hal-hal yang negatif. Hidup ini sangat berharga dan sakral. Semua tindakan kita lakukan untuk mencapai sasaran dengan sedikit kekhawatiran dan kecemasan jika kita melakukannya dengan jujur dan tulus. Inilah rahasia kemederkaan “jiwa yang terbebaskan”