You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
"Bagi saya, buku ini seakan memanggil "wahai para pembelajar akuntansi, marilah buka mata hati agar kita tiba ke pemahaman bahwa akuntansi itu bukanlah hanya itu, seperti yang dipelajari selama ini. Akuntansi, akan tetapi, adalah juga fenomena sosial, kultural dan bahkan religius yang kompleks. Buku ini telah dengan meyakinkan mengungkapkan bahwa dikotomi selama ini antara metodologi penelitian kuantitatif versus kualitatif, telah dipahami dengan tidak tepat. Sesuatu yang bagi saya luar biasa adalah keberanian buku ini untuk menyampaikan bahwa metodologi penelitian yang selama ini kita pahami dan anut, adalah metodologi yang telah mengabaikan eksistensi Tuhan. Buku ini enak dibaca, mengalir ...
Para pembaca diajak untuk memahami sejarah perjuangan Rasu-lullah Nabi Muhammad saw, dari masa-masa gelap dan kelam sejarah Arab, dari Bab I Negeri Arab dan Bangsa Arab, Bab II, Abad Jang Gelap (Zaman Djahilijah), Bab III Bangsa Quraisj dan Pendidikan Kota Makkah, Bab IV Gelombang Perubahan dan Keagamaan di Tanah Arab. Kemudian Bab V Nubuwwah tentang Bakal Lahirnja Nabi Muham-mad, Bab VI Kelahiran Nabi Muhammad saw, Bab VII Sebelum Turun Wahyu Ilahi, Bab VIII Turun Wahyu Ilahi yang Pertama-tama, Bab IX Orang-orang yang Terdahulu Masuk Islam, Bab X Rintangan dan Penganiayaan, Bab XI Hijrah ke Habsyi, Bab XII Usaha akan Menindas Islam, Bab XIII Zaman Makkah yang Akhir, Bab XIV Hijrah ke Madina...
Buku ini mengajak pembaca melayati dua "kematian". Pertama, kematian jiwa Manusia Barat, dan berujung pada, kedua, kematian Tuhan. Retakan-retakan Tragedi Pembunuhan Tuhan telah terjadi secara evolutif historis yang dimulai dari upaya membangun peradaban melalui sains dan teknologi bernilai Rasionalisme Liberal sejak Aufklarung, Renaissance, dan Revolusi Industri. Rasionalisme Liberal memuncakkan hasrat Manusia Barat yang akhirnya berdampak pada luluhlantaknya alam semesta, lebarnya jurang ketidakadilan atas manusia lainnya, serta menggiring dirinya pada jurang-jurang kemanusiaan yang sekular, ateistik evolutif, teistik evolutif, hingga yang mutakhir, Manusia Tuhan bermental AMOR (Agnostik, ...
Sebagai bagian dari pertanggungjawaban intelektual, maka selayaknya dan menjadi kewajiban dari kami yang tergabung di FORDEBI untuk mengedepankan janji kemerdekaan sesuai Pembukaan UUD 1945, dalam formula keilmuan yang dapat dirasakan secara konkret dalam bentuk gagasan turunan kebijakan strategis, kesejahteraan berkeadilan sosial berketuhanan yang kami namakan Semesta Sejahtera Semesta Sejahtera yang telah kami tuliskan ini merupakan konsep dan gagasan bergerak. Artinya, konsep dan gagasan tidak berhenti pada titik tertentu, tetapi akan terus mengalami revisi dan perubahan sesuai dengan praksis yang akan dilakukan dalam waktu dekat maupun perkembangan gagasan yang berkembang kemudian. Perjuangan memang masih panjang, tetapi dengan keyakinan yang ditunjang dengan sumber daya keilmuan dan keimanan, kami berdoa dan berharap semoga apa yang kami ikhtiarkan selalu dalam kerangka ketundukan sekaligus aksi untuk membangun peradaban yang lebih baik. Insya Allah.
Karya ini ditulis oleh Guru Bangsa HOS Tjokroaminoto. Buku kecil ini adalah buku "berat" yang membahas pentingnya "menembah gusti" atau esensi dari ketauhidan. Perlu sebuah kehalusan budi pekerti yang diasah melalui shalat dan ibadah lain, agar kesemuanya mengejewantah pada sebuah aksi untuk mencapai umat yang sejahtera. Buku dapat diperoleh di www.penerbit.urup.or.id
Terdapat 6 metodologi Paradigma Nusantara yang dibahas dalam buku ini. Metodologi Paradigma Nusantara yang dibahas di buku ini adalah (1) metodologi Gayatri ditulis oleh Luthfillah. Metodologi Gayatri pada tulisan ini menjelaskan bagaimana rekonstruksi peradaban dilakukan melalui kuasa akuntansi. Selanjutnya Sokarina, mencoba menyampaikan (2) metodologi Islamic Political Economy of Tjo-kroaminoto sebagai pemantik kesadaran religiositas dan kebudayaan, yang berangkat dari adanya penolakan dunia metafisik pada epistemologi Political Economy of Accounting (PEA). (3) Metodologi Wulang-Reh Pakubuwana IV disajikan oleh Suhendri. Suhendri memberi contoh bagaimana orang Jawa mengakui dan meyakini ba...
Novel ini muncul dari “keringnya” proses belajar-mengajar di perkuliahan Teori Akuntansi. Saya, sebagai pengajar yang pernah diamanahi mata kuliah tersebut, merasa buku Teori Akuntansi yang ada sangat kaku dan sarat dengan definisi dan pada akhirnya membuat mahasiswa cepat jenuh. Ironisnya, bagi saya Teori Akuntansi adalah salah satu mata kuliah yang paling mengasyikkan. Bagaimana tidak? Kita sedang membahas tentang asal akuntansi! Bisa jadi karena memang Teori Akuntansi “harus” mendiskusikan berbagai pemikiran, dan pemikiran lahir dalam berbagai rentang waktu sejarah, maka kebanyakan buku Teori Akuntansi mau tidak mau harus sedemikian serius. Sejak ditulisnya karya ini 26 November 2019, lahirlah 35 episode yang kini siap disajikan. Akhirnya, kisah ini belum selesai. Masih banyak pemikiran akuntansi yang belum tercakup dan semoga segera hadir Konspira(kuntan)si 2, dan seterusnya.
HOS Tjokroaminoto memang bukan manusia biasa. Beliau adalah Guru Bangsa, Guru Presiden Pertama RI Soekarno, Guru Kartosoewirjo, Semaoen, HAMKA, serta sahabat karib H. Agoes Salim dan Abdoel Moeis. Islam dan Sosialisme sering menjadi “kontroversi” seakan cap komunis melekat pada beliau, namun sebenarnya “menembah Gusti” dan Islam sejati adalah basis aksi dan nilai yang beliau yakini. Buku karya A.D. Mulawarman, seseorang yang mengaku bukan sejarawan namun kepeduliannya pada sejarah tak perlu diragukan dengan kiprahnya di Yayasan Rumah Peneleh dan Yayasan Peneleh Jang Oetama, ditulis dengan gaya populer dan menggambarkan HOS Tjokroaminoto yang sangat mencintai negeri dan agamanya. A.D. Mulawarman mengajak pembaca untuk turut menggelora dengan zelfbestuur saat vergadering dan larut dalam kesedihan saat berpulangnya HOS Tjokroaminoto. Pembaca akan merasakan bahwa buku sejarah dapat ditulis “sehidup” dan semenarik ini.
Buku Kita Bukan Bebek! yang terbit di awal tahun 2024 ini menjadi refleksi sekaligus resolusi, bukan hanya untuk tahun mendatang, namun ratusan bahkan ribuan tahun kedepan. Buku hasil dedahan para “Jenderal” Aktivis Peneleh ini menyoal permasalahan mendasar dalam mengkonstruksi negeri, yaitu kemerdekaan cara berpikir, khususnya pada pola dan kurikulum pendidikan yang akan membentuk pola tindakan sehingga bangsa dan anak muda kita tidak mudah terombang ambing dan mengikuti arus zaman layaknya bebek yang hanya tunduk patuh “ngekor” pada sang gembala. Buku Kita Bukan Bebek! akan mengajak pembaca untuk berdiskusi tentang banyak realitas yang terjadi di dunia saat ini, terutama tentang ke...
Buku yang merupakan kompilasi tulisan dari kontributor koranpeneleh.id ini, menyajikan berbagai tema dengan pembahasan kritis yang akan membawa anda masuk dalam ruang diskursus mulai dari pendidikan, sosial kebudayaan, ekonomi, politik hingga agama. Penulis dalam buku ini dari berbagai latarbelakang pula, akademisi, mahasiswa, praktisi dan lain-lain. Selamat membaca. Semoga buku ini mampu memantik lahirnya tulisan-tulisan baru dari para pembaca.