You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Orang Sunda Juga Bisa! Pesan untuk Nonoman Sunda “Nonoman Sunda! Umpama anjeun teu wekel, teu pemohalan, Nonoman Sunda di lemah caina teu kabagean alas, kapaksa kudu nyamos lantaran kalindih ku golongan sejen.” (Oto Iskandar Di Nata) Tulisan Si Jalak Harupat ini menjadi salah satu dasar penulisan buku ini, yaitu semangat yang hendak menegaskan bahwa “orang Sunda juga bisa!” Pernyataan orang Sunda bisa merupakan letupan pendorong semangat bahwa orang Sunda seharusnya merebut gelanggang persaingan di dunia global. Untuk itulah Kang Dedi Mulyadi dalam buku ini mengajukan tafsir baru atas tokoh pantun Guruminda. Bagi Kang Dedi, setiap orang muda adalah lutung kasarung yang harus segera melepaskan kondisi “kelutungannya” untuk menemukan wujud aslinya yang sempurna karena terus-menerus memberikan manfaat bagi segala alam. Orang Sunda juga bisa! Digjaya Salawasna!
Buku ini mencoba mencari sekelumit jalan keluar dari permasalahan kita bersama. Di sini, penulis mencoba meracik ramuan Òobat-obatanÓ dan sedikit merangkai Òmantra- mantraÓ yang setidaknya dapat mengurangi beban penyakit ÒsosialÓ, yang sejak lama diderita oleh bangsa yang sama-sama kita cintai ini. Sebagian pembaca mungkin setuju dengan sejumlah resep dan sederet mantra-mantra yang disajikan dalam tulisan ini, sebagian lainnya mungkin tidak setuju atau bahkan cenderung marah. Dalam tulisan saya ini mungkin banyak kelemahan di sana sini, tetapi ini merupakan sebuahÊ ikhtiar untuk memperluas cakrawala pemikiran kita bersama yang kiranya dapat dijadikan sebagai solusi atas keterkungkungan bangsa ini. Intinya, Òpermasalahan apa pun yang sedang menimpah kitaÓ dan Òmusibah apa pun yang sedang merundung kitaÓ, maka kita harus tetap meluruskan akidah dan tetap bersandar kepada Tuhan yang memberi kita hidup, yang memberi kita cobaan, dan Dia juga yang bakal memberi solusi bagi kita semua, yang tiada lain yaitu Tuhan Yang Maha Esa. *** Persembahan penerbit Kencana (Prenadamedia Group)
Buku ini merupakan suatu contoh yang sangat praktis bagaimana inovasi pendidikan karakter dipraktekkan di Purwakarta dengan mengangkat kebijakan 7 poe atikan istimewa (tujuh hari pendidikan istimewa). Dengan hari dalam seminggu yang mendapat keistimewaan sekaligus mengajak setiap insan di wilayah Purwakarta untuk selalu menjalani keseharian dengan nilai-nilai utama yang mengagungkan hari-hari istimewa.
Kiai Ma’ruf Amin adalah keturunan Syekh Nawawi, seorang ulama besar, karismatik, dan masyhur, serta penulis prolifik-produktif di abad ke-19 yang dikagumi oleh umat Islam dari berbagai Negara. Tetapi bukan hanya dari segi gen atau darah biru saja, keulamaan Kiai Ma’ruf juga karena beliau lama sekali belajar tentang ilmu-ilmu keislaman. Kiai Ma’ruf juga seorang politisi ulung yang sudah lama malang-melintang di dunia politik dan turut memberi kontribusi bagi munculnya gerakan intoleransi agama dan anti-pluralisme serta tumbuhnya kelompok radikal Islam yang suka “mengganyang” kaum minoritas. Kiai Ma’ruf juga yang berada di balik keluarnya fatwa-fatwa haram MUI terhadap sekelompok Islam dan sekte agama, termasuk pengharaman terhadap pluralisme, sekularisme, dan liberalism. Inilah yang membuat saya sering berseberangan dengan beliau.
Buku ini memotret perilaku berbudaya masyarakat yang di dalamnya menawarkan sejumlah nilai budaya yang amat penting bagi masyarakat pendukungnya. Di samping itu, kajian budaya ini mengangkat kearifan lokal di Nusantara ditujukan untuk memperkokoh keindonesiaan. Selaku bangsa yang berbudaya, Indonesia akan terus memantapkan diri melalui kegiatan yang kontinu untuk menggali keunggulan setiap generasi sehingga bangsa semakin kuat. Untuk itu, setiap kegiatan PBM Kajian Budaya diusahakan terus melakukan pemetaan objek di sekitar mahasiswa agar mereka sendiri mampu mengidentifikasi kekuatan daerah sendiri dan kontribusi bagi masyarakat sekitar serta generasi mendatang.
Tak ada yang istimewa di buku ini. Hanya catatan kecil, secuil semangat dan perasaan untuk berbagi kepada pembaca tentang sebuah episode perjalanan orang-orang dekat yang pernah ada di sekitar penulis.
Semua pihak sudah mafhum bahwa guru merupakan pelaku penting dalam dunia pendidikan. Guru adalah pelaksana, pengembang, dan sekaligus kurikulum itu sendiri karena guru selain menyampaikan dan mengembangkan kurikulum yang berlaku, juga harus mampu menjadi contoh bagi para siswanya. Dalam pelaksanaan tugasnya, guru dihadapkan pada berbagai tantangan, baik tantangan yang ada dari dalam dirinya maupun dari luar. Tantangan dari dalam diri seperti belum siap mengubah pola pikir (mind set), rendahnya penguasaan TIK, dan lambatnya beradaptasi dengan berbagai kebijakan pemerintah dan perkembangan zaman. Tantangan dari luar misalnya, suasana kerja yang kurang kondusif, sarana dan prasarana yang terbat...
Media sosial memiliki dampak yang sangat besar terhadap perilaku seseorang. Fenomena komunikasi di era virtualitas menjadi salah satu topik yang menarik untuk dikaji. Media sosial telah banyak mengubah paradigma, prinsip dan pola pikir kebanyakan generasi khususnya generasi milenial. Perilaku yang dulunya masih menjunjung tinggi budaya sopan santun dan adab kini telah banyak berubah dan menjadi suatu kebiasaan “negative” yang dianggap sah. Tanpa kita sadari perilaku-perilaku tersebut ada di sekitar kita bahkan mungkin telah menjadi bagian dari kehidupan kita. Melalui buku ini penulis banyak membahas topik-topik yang sering dijumpai dalam aktivitas komunikasi melalui media sosial seperti phone snubbing (phubbing), cyber bullying, hate speech, flexing, catfishing, eksploitasi kemiskinan dan masih banyak lagi topik-topik menarik yang secara luas dibahas di dalam bab buku ini. Buku ini dapat digunakan oleh siswa sekolah, mahasiswa dan dosen atau praktisi ilmu komunikasi sebagai rujukan dalam kajian mengenai fenomena komunikasi di media sosial.
Apakah Anda seorang dokter, dosen, politisi, pengacara, atau bahkan seorang dai? Buku ini menjadi sangat penting karena banyak orang, termasuk profesional, berpikir bahwa komunikasi adalah keterampilan alamiah, yang tak perlu dipelajari. Padahal terbiasa berbicara belum tentu ahli berbicara, sebagaimana orang yang banyak menulis belum tentu juga terampil menulis atau tulisannya berkualitas. Isi buku ini akan mengungkap kesalahan berkomunikasi karena kecenderungan egosentrik manusia sebagai komunikator dan belajar dari kesalahan tersebut agar lebih baik dan bijaksana.
Dengan segenap keterbatasan, kekurangan, dan kesederhanaan kemampuan diri, Museum Rekor-Dunia Indonesia berusaha mengabdikan diri dalam mendukung pembangunan mental dan spiritual bangsa Indonesia melalui jalur anugerah perhatian dan penghargaan terhadap karsa dan karya superlatif para insan warga bangsa Indonesia. Jaya Suprana, Ketua Umum Museum Rekor-Dunia Indonesia Semoga buku rekor-rekor MURI ini dapat berperan sebagai sumber inspirasi dan motivasi bangsa Indonesia untuk selalu berupaya menciptakan karya terbaik di bidang keahlian masing-masing. KH. Abdurrahman Wahid, Presiden IV RI MURI membuktikan bahwa wanita Indonesia telah tampil di gugus depan perjuangan negara dan b...