You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
This book is an attempt to provide an overview of how to read a photographic work, especially portrait photography. The purpose of reading in this book is an attempt to understand the interaction between photographers, technical aspects, identity, and socio-cultural aspects that surround the process of creating portrait photos, so as to make them meaningful. The assumption developed here is that these aspects are interrelated so that they affect the final form of a work. Kassian Céphas and Indra Leonardi, were chosen as the two photography figures whose works are reviewed in this book because they have very different backgrounds. It is intended so that readers get information-rich descriptions while opening up opportunities for readers to make independent comparisons.
Gejala beragama yang cenderung kaku dan saklek membuat gerak dan langkah hidup kita menjadi sempit dan cupet. Bahwa agama sarat kesungguhan dan keseriusan, iya. Namun, apakah itu berarti menutup katup-katup saluran canda, tawa, humor, dan parodi? Tampaknya tidak. Humor adalah pembersih pengapnya udara. Ia oksigen bagi siapa saja yang jengah dan gelisah terhadap corak hidup yang begitu-begitu saja: monoton, mekanik, penuh aturan, dan barangkali juga sedikit paksaan. * Humor bukanlah dagelan. Humor sesungguhnya adalah gambaran spiritualitas manusia. Semakin tinggi tahapan spiritualitas manusia, semakin lucu seseorang. Lucu yang bukan dagelan melainkan lucu yang meluhurkan kemanusiaan. Di buku ini, Anda akan menemukan penjelasan humor secara lebih luas dan dalam. Prie GS budayawan
Setelah sekian lama, Taku kembali ke Kamakura menemui kakek dan neneknya sekaligus mengenang sosok kakak yang dia kagumi. Di Kamakura, ingatan Taku akan Kiyoko terbangun. Di saat Taku tengah bersiap untuk menikah, kenangan akan teman masa kecilnya itu kembali menyeruak. Cinta Sepanjang Musim bercerita tentang manusia yang melalui kenangan dan kesedihan. Taku mesti memilih apakah akan terus maju dan mencintai Hana sepenuhnya ataukah kembali terserap melankoli masa lalu bersama Kiyoko. Semuanya berjalan tenang sepanjang perjalanan di Kyoto sampai satu hal tak terduga dilakukan salah satu di antara mereka. Pengantar Cinta Sepanjang Musim adalah novel karya Bagus Dwi Hananto, penulis yang lahir dan tinggal di Kudus, Jawa Tengah. Menulis prosa dan puisi. Buku puisinya yang telah terbit berjudul Menatap Kesedihan dari Waktu ke Waktu (Basabasi). Sedangkan novelnya Elegi Sendok Garpu (Buku Mojok). Antologi bersama yang memuat puisinya antara lain: Dari Negeri Poci, Dari Sragen Memandang Indonesia, dan Mata Angin Mata Gelombang. Beberapa cerita pendeknya dimuat Koran Tempo.
Lin terseret arus deras, tenggelam, diselamatkan Jebat dan anak-anak lautan. Di bawah bendera usang, penghuni muara terjebak dalam mimpi berbangsa yang hilang. Tiang penyangga rumah dan sekolah menunggu runtuh. Hutan-hutan binasa. Perdebatan tapal batas membuat orang-orang Kuala harus bertahan di antara aliran limbah. Simbol paling benderang tentang harapan hanya ada pada bocah-bocah muara yang hilir mudik menuju sekolah terapung dengan tangan-tangan guru relawan yang gemetar memeluknya.
Nawang Wulan, seorang perempuan desa, datang di kota Yogyakarta. Pada saat itulah ia lumuri dirinya dengan kebebasan, keceriaan, dan gairah layaknya sosok Dewi Nawang Wulan ketika turun ke muka bumi. Ia pun percaya bahwa Jaka Tarub yang akan dijumpainya bukanlah sosok yang akan membuatnya mengalami keterpurukan sepanjang hidupnya. Di dalam kisah ini Nawang Wulan mencoba membuktikan keyakinannya itu. Hari-hari pun berlalu dengan banyak drama. Jaka Tarub dalam legenda danperumpamaan ternyata sama saja. Lelaki bernama Frans yang awalnya memesona pada akhirnya menjerat-jebak Nawang Wulan dengan ‘selendang’ yang lain dan membuat gadis desa itu nyaris kehilangan masa depannya. Ajaibnya, Nawang...
Buku yang Anda hadapi ini memuat esai-esai Muhidin M. Dahlan yang terserak dari 2003 sampai 2018. Enam puluh tujuh esai tersebut dirajut menjadi enam bab, yakni “Perbukuan”, “Kebijakan”, “Kesusastraan”, “Perpustakaan”, “Cendekiawan”, dan “Pelarangan”. Benang merah pengikat bab demi bab itu adalah literasi; bidang yang selama 20 tahun tak hanya ia akrabi, tetapi—jika melihat rekam jejaknya—juga membuatnya kerap bersitegang dengan pihak-pihak tertentu.
29 Tulisan esai dari 29 orang dengan sudut pandang berbeda, dan profesi yang beragam pula. Namun, kesemuanya bertujuan pada hal yang sama, memikirkan (kembali) sastra Jawa, mencari akar kelesuan, mengusulkan gagasan-gagasan dan penemuan-penemuan. Bagaimanapun, Sastra Jawa tidaklah mati, meski ia sunyi dan lengang. Sastra (dan budaya) Jawa tengah diuji di tengah arus jaman. Beberapa tampak bangkit dan terpromosikan, namun sesungguhnya mengkhawatirkan. Pemikiran2 modern mengangkat budaya Jawa sebagai semacam aquarium, seperti telaga yang indah dan eksotis, tempat orang datang berwisata dan foto bersama. Namun, Gagaran Lampah, adalah laku, adalah langkah yang selayak mencangkuli bukit sekitar telaga, agar air-air terus datang, dan air-air juga terus mengalir, melintasi sawah dan pemukiman, menuju samudera, jagad yang lebih luas. Buku ini diinisiasi oleh Mustofa W Hasyim, Iman Budhi Santosa, Dhanu Priyo Prabowo dan Latief S Nugraha. Diterbitkan oleh kerjasama Penerbit Garudhawaca, Bijak Jawa dan Studio Pertunjukan Sastra.
Buku ini berisi 17 tulisan yang Ilham sebut sebagai 'tilikan' terhadap buku karya sastra baik prosa maupun puisi. Di dalamnya pembaca akan dibawa menelusuri jagat bacaan Ilham, baik sebagai objek yang direspons maupun sebagai sumber referensi mendekati sebuah buku. Berbagai wacana, teori, dan pengalaman diformulasikan Ilham dengan bahasa yang segar sehingga menarik untuk disimak. Kehadiran buku ini menjadi angin segar bagi pembaca karena sebagai tilikan awal untuk selanjutnya menjelajah lebih jauh di satu sisi, dan di sisi lain sebagai semaraknya penerbitan buku apresiasi karya sastra.
Mempelajari Silsilah Api menjadi semacam etalase yang berisi jejak-jejak Rabbani dalam upaya memilih isu0isu tersisih, pinggiran, side stream, dan semacamnya lagi untuk digiring ke tengah tengah perbincangan dalam puisi—katakanlah sebagai "pusar" puisi tentang Lombok. Eksklusivitas memang raean menjadi perangkap, karena di titik tersebut, terjadi tegangan antara kutub yang personal-lokal dengan kutub yang universal. Rabbani berupaya mengolah puitika sebaik mungkin—bagaimana caranya agar para pembaca dari berbagai serpih pulau, tidak merasa asing atau berjarak dengan bentangan-bentangan puisi yang Ia sajikan dalam Mempelajari Silsilah Api, atau lebih jauh malah berpotensi menyulap puisi-puisinya menjadi semacam glosarium, bahkan buku panduan perjalanan terhadap kebudayaan-kebudayaan baru yang membingungkan para pelancong.
Erelah Sang Utusan adalah perempuan yang menjadi rasul terakhir agama Kaib. Sebelum wafat, sesuai petunjuk malaikat, ia mengurutkan wahyu-wahyu yang telah diturunkan kepadanya untuk dicatat sembilan pengikut setianya. Hasil penyusunan wahyu itu menjadi kitab suci agama Kaib yang dinamakan Alkudus. Alkudus berisi kisah-kisah rasul dan sejumlah orang yang menjadi teladan bagi pemeluk agama Kaib. Ada kisah mengenai Dama, manusia pertama yang meneteskan air mata di bumi, dan pasangannya Waha, manusia pertama yang meneteskan keringat dan darah di bumi. Ada kisah Nabasy yang menyeru manusia untuk tidak gemar memikirkan pikiran orang lain. Samis yang diutus untuk menyadarkan kaum penyembah udara. Y...