You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
WAWASAN: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya is a peer-reviewed journal which is published by Ushuluddin Faculty UIN Sunan Gunung Djati Bandung incorporate with the scholars association: Asosiasi Studi Agama Indonesia (ASAI) publishes biannually in June and December. This Journal publishes current original research on religious studies and Islamic studies using an interdisciplinary perspective, especially within Islamic Theology (Ushuluddin) studies and its related teachings resources: Religious studies, Islamic thought, Islamic philosophy, Quranic studies, Hadith studies, and Islamic mysticism. WAWASAN: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya published at first Vol. 1, No. 1, 2016 biannually in January and July. However, since Vol. 2 No. 1, 2017, the journal’s publication schedule changed biannually in June and December. Reviewers will review any submitted paper. Review process employs a double-blind review, which means that both the reviewer and author identities are concealed from the reviewers, and vice versa.
"Kekuatan kiai sebagai sumber perubahan sosial, bukan saja pada masyarakat pesantren tapi juga pada masyarakat sekitarnya." --Horiko Horikhosi, Penulis Buku Kiai dan Perubahan Sosial "...ilmu adalah tujuan mereka; ikatan pikirannya; dan cinta adalah darahnya. Mereka laksana bangunan kokoh yang tersusun dari berbagai raga tapi jiwa mereka satu." --Yusri Abdul Ghani Abdullah, Penulis Historiografi Islam: Dari Klasik hingga Modern "Para kiai selalu terjalin oleh intellectual chains (rantai intelektual) yang tidak terputus. Ini bukti adanya hubungan intelektual yang mapan antarkiai dan antargenerasi. Hubungan intelektual yang disebut rantai transmisi atau sanad sebuah bukti authenticity atau keabsahan ilmu dan jaminan ilmu..." --Zamakhsyari Dhofier, Penulis Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kiai. Buku ini mencoba menghimpun dan menyuguhkan kepada Anda terkait sepak terjang ulama Nusantara sebagai Cultural Broker bagi masyarakat sekitarnya. Buku ini juga menelisik aktivitas keilmuan, kehidupan sosial, hingga sumbangsih mereka kepada bangsa Indonesia.
Sungguh selama ini yang sering kita dengar sebatas keilmuan para ulama yang begitu hebat dan mengagumkan, tetapi siapakah sebenarnya sosok di balik lahirnya para ulama? Merekalah ibunda para ulama yang jarang sekali kita dengar kisahnya. Ialah mereka yang begitu sabar dalam pengasuhan putra-putranya hingga tumbuh besar menjadi sosok ulama yang bersahaja dan membaktikan hidupnya untuk umat. Seperti apakah kisah perjuangan mereka?
Buku ini melewati semula agenda pembaharuan dengan menelesuri tradisi yang tercerah, yang tersudut dalam sejarah serta harus dapat dikembalikan peranannya tanpa pula kita terjebak meromantiskannya, yang mengidamkan pulang ke tradisi semata-mata sebagai jalan keluar dari segala kemelut dan permasalahan yang kita hadapi. Pembaharuan akan bisa berakar sekiranya tampil di kalangan agamawan dan aktivis-santri yang bukan sahaja teryakin dari gagasan reformis, tetapi juga datang dari sekelompok tradisionalis yang tercerah. Yang terakhir ini dapat membedakan peranan tradisi yang dinamis sifatnya, sebagai gerak nilai dan budaya yang mampu menawarkan nilai-nilai ulung dan universal sepanjang perjalana...
"This is a remarkable piece of scholarship that illuminates general and specific tendencies in Islamic education in South Thailand. Armed with an enormous amount of rich empirical detail and an elegant writing style, the author debunks the simplistic Orientalist conceptions of Wahhabi and Salafi influences on Islamic education in South Thailand. This work will be a state-of-the-art source for understanding the role of Islam and the ongoing conflict in this troubled region of Southeast Asia. The book is significant for those scholars who are attempting to understand Muslim communities in Southeast Asia, and also for those who want deep insights into Islamic education and its influence in any ...
Buku Tafsir Nusantara ini dimaksudkan untuk melengkapi karya-karya yang telah ditulis oleh para sarjana sebelumnya mengenai kontribusi tokoh Islam Nusantara dalam bidang tafsir al-Qur’an. Buku ini berisi daftar 14 kitab tafsir al-Qur’an yang ditulis dalam rentang waktu dari tahun 1615 sampai 2003, yaitu karya ‘Abdur Rauf as-Singkili, Kiai Sholeh Darat, Syaikh Nawawi al-Bantani, Ahmad Hasan, KHR. Muhammad Adnan, Mahmud Yunus, T. M. Hasbi ash-Shiddieqy, Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), Kiai Bisri Mustofa, Kiai Misbah Mustofa, Oemar Bakry, Kolonel (Purn.) H. Bakri Syahid, M. Dawam Rahardjo, dan M. Quraish Shihab. Karya-karya tersebut dibahas secara biografis dan analitis. Diuraika...
Thaharah adalah bersih dan suci dari segala bentuk kotoran, baik yang bersifat lahiriyah maupun maknawiyah. Dalam bahasa kita, thaharah dikenal dengan istilah bersuci, baik dari najis maupun hadats. Thaharah tidak hanya cukup untuk diketahui, tetapi juga harus dipraktekkan secara benar. Dalam buku ini penulis mencoba merangkum secara lengkap dan rinci pembahasan dan penjelasan mengenai thaharah. Buku ini dilengkapi pembahasan tentang thaharah dimana didalamnya membahas penjelasan air dan pembagiannya, penjelasan tentang Najis dan perpindahannya, penjelasan Istinja' dan tata caranya, penjelasan lengkap tentang Wudhu, penjelasan tentang mengusap khuf, penjelasan seperti apa itu Shahibul Jabira...
When students from a Muslim boarding school were convicted for the 2002 terrorist bombings in Bali, Islamic schools in Southeast Asia became the focus of intense international scrutiny. Some analysts have warned that these schools are being turned into platforms for violent jihadism. Making Modern Muslims is the first book to look comparatively at Islamic education and politics in Southeast Asia. Based on a two-year research project by leading scholars of Southeast Asian Islam, the book examines Islamic schooling in Malaysia, Indonesia, Thailand, Cambodia, and the southern Philippines. The studies demonstrate that the great majority of schools have nothing to do with violence but are undergo...
Dalam catatan sejarah, setidaknya ada tiga orang Indonesia yang pernah menjadi imam Masjidil Haram. Mereka ialah Syekh Junaid al-Batawi, Syekh Nawawi al-Bantani, dan Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi. Mereka ialah ulama-ulama Nusantara yang menjadi panutan dan memiliki banyak murid. Lebih dari itu, mereka mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam mewarnai khazanah pemikiran Islam, baik berskala nasional maupun internasional. Sayangnya, tak banyak penulis Tanah Air yang sudi menggarap biografi lengkap ketiga tokoh ulama tersebut secara komprehensif. Padahal, informasi seputar mereka sangatlah dibutuhkan oleh generasi muslim milenial. Nah, buku di tangan Anda ini diharapkan dapat membuka jalan bagi mereka untuk mengenal lebih dekat tokoh-tokoh ulama Nusantara berpengaruh tersebut. Ditulis dengan bahasa yang gamblang, buku ini diharapkan dapat memberi sumbangan penting untuk mengetahui bagaimana diskursus ilmu-ilmu Islam itu berkembang dan studi Islam dijalankan oleh ulama al-Jawi di Haramain. Selamat membaca!
Buku ini merupakan hasil pengkajian mendalam terhadap peran ulama-ulama terkemuka di Nusantara pada Abad XIX yang menjadi periode penting dalam sejarah Nusantara, di mana berbagai perubahan sosial, politik, dan ekonomi membentuk wajah baru masyarakat. Dalam buku ini, penulis mencoba merangkum pemikiran-pemikiran ulama terkemuka yang memberikan fatwa terkait jihad pada abad XIX. Melalui penelusuran sejarah yang cermat, buku ini mengupas konteks historis, sosial, dan politik yang memengaruhi pemikiran ulama pada masa itu.