You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
This book constitutes a through refereed proceedings of the International Conference on Local Wisdom - 2019,held on August, 29 – 30, 2019 at Universitas Andalas, Padang, Indonesia. The conference was organised by Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas. The 95 full papers presented were carefully reviewed and selected from 135 submissions. The scope of the paper includes the followings: Local Wisdom in Science, Local Wisdom in Religion, Local Wisdom in Culture, Local Wisdom in Language, Local Wisdom in Literature, Local Wisdom in Health, Local Wisdom in Education, Local Wisdom in Law, Local Wisdom in Architecture, Local Wisdom in Nature, Local Wisdom in Oral Tradition, Local Wisdom in Art, Local Wisdom in Tourism, Local Wisdom in Environment, Local Wisdom in Communication, Local Wisdom in Agriculture.
Kumpulan Puisi Karya Andy Sri Wahyudi. Menurut Afrizal Malna, puisi-puisi Andy adalah puisi yang cenderung membebaskan diri dari teritori makna. Puisinya memiliki motif “anti dunia orang dewasa” yang tegang. Imajinasi dibawa ke wilayah tanpa ideologi antara fiksi dan kenyataan. Dunia mahkluk (yang terlihat maupun yang tidak) dibiarkan berada di luar dan di dalam sekaligus. Sebuah kawasan skisofren yang dibiarkan aktif menjadikan elemen-elemen artisik dalam ruang imajinasi yang bebas atau pecah. Medan narasi seperti ini terasa segar. Tidak melegitimasi makna sebaga lembaga, lepas dari ruang etis yang stereotip dalam mengkritisi kondisi-kondisi sosial politik, tidak menempatkan diri dalam kebenaran tunggal. Medan narasi yang membuat puisi-puisi Andy tidak harus bersinggungan dengan masalah formalitas bahasa. Sementara Kiki Sulistyo berpendapat bahwa Andy ini seorang penyair yang aktor. Ia menunjukkan kelebihannya dalam memilih peran dan posisi untuk meletakkan perspektif yang lengkap dengan jarak dan watak yang melingkupinya. Garudhawaca.
Mak Ana Asu Mlebu Ngomah : 3 Naskah lakon berbahasa Jawa oleh Andy Sri Wahyudi. 3 naskah lakon yang menarik, mengangkat tema keseharian orang-orang miskin di kampung pinggiran kota Yogyakarta. berbagai ungkapan dan adegan menarik tergambar dalam kisah drama ini. Kondisi kemelaratan dan kekuatan mereka melawan ketidakberpihakan politik dan ekonomi pada nasib masyarakat ini. Buku ini memenangkan Penghargaan Sastra Balai Bahasa Yogyakarta untuk kategori KARYA SASTRA JAWA TERBAIK pada 2017. Penerbit Garudhawaca
Kumpulan cerita pendek yang unik. Penuh dengan kejutan yang berangkat dari kenangan-kenangan masa kecil. Kisah-kisah ini mungkin ada yang terasa naif, tetapi kekuatan ketulusan ala seoarang anak, ada di dalam kisahnya. Penerbit Garudhawaca.
Kumpulan Puisi ini tergolong unik dan warna tersendiri bagi dunia Puisi Indonesia dan khususnya Yogyakarta. Andy Sri Wahyudi menuliskan dari bermacam peristiwa pribadi nya sehari-hari tanpa merasa perlu mendandani diri dengan bermacam taknolohi bahasa yang rumit. Ikun SK, dalam pengantarnya mengatakan seperti berikut : “Hal lain yang menarik adalah kemampuan menciptakan metafora baru berdasarkan kecermatan dalam mengalami dunia tanpa peduli gaya dan kelas social.” Garudhawaca.
Kumpulan puisi karya Andy Sri Wahyudi ini sangat menarik. Bukan lantaran metafora dan gaya puitik yang canggih atau setinggi langit. Justru sebaliknya. Andy memotret bermacam persitiwa dan interaksi dirinya dengan dunia luar lalu menuliskan kesan-kesan itu secara sederhana, bahkan komikal. Di sinilah kekuatan Andy, dia tidak bertumpu pada keinginan mempuisikan peristiwa, dia hanya mencatatnya, menuliskan kesan dalam pikirannya, dan disitulah puisinya. Garudhawaca.
Buku yang Anda hadapi ini memuat esai-esai Muhidin M. Dahlan yang terserak dari 2003 sampai 2018. Enam puluh tujuh esai tersebut dirajut menjadi enam bab, yakni “Perbukuan”, “Kebijakan”, “Kesusastraan”, “Perpustakaan”, “Cendekiawan”, dan “Pelarangan”. Benang merah pengikat bab demi bab itu adalah literasi; bidang yang selama 20 tahun tak hanya ia akrabi, tetapi—jika melihat rekam jejaknya—juga membuatnya kerap bersitegang dengan pihak-pihak tertentu.
Dengan gaya bahasa yang ringan dan lancar, cerpen-cerpen Satmoko mampu menyajikan berbagai persoalan yang terjadi di sekitarnya ke dunia cerita secara menarik dan memunculkan kesadaran reflektif pada pembaca. Cerpen-cerpen “Di Persimpangan di Perbatasan”, “Ke Kota”, “Kota Abu”, dan “Angkringan Pandemi” mampu menggambarkan tokoh-tokoh yang kalah dan dikalahkan oleh keadaan yang melilit dirinya dalam menghadapi kehidupan. Memancing pembaca untuk merenungkan kembali tentang arti sebuah kejujuran. Kesadaran reflektif juga diperkaya oleh Satmoko dengan memanfaatkan cerita-cerita lokal Riau seperti tampak dalam cerpen “Bersampan ke Tepi Tanah Mimpi” atau cerita magis seperti tampak dalam cerpen “Dua Keris”. Dr. Pujiharto, M. Hum. Kaprodi Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada.
Seniman itu harus kreatif dalam menjual karya. Salah satunya ditempuh oleh seorang perupa sepuh dengan strategi “kopoken”. Kopoken alias budheg ternyata bisa dipakai buat menjual karya seni. Sang Perupa Sepuh itu kalau karyanya ditawar, bakal pura-pura kopoken. Contoh, misal lukisannya yang seharga 300 juta rupiah, tiba-tiba sama calon pembelinya ditawar, “Bagaimana kalau 200 juta, Pak?” Perupa itu lalu menjawab, “Apa? Empat ratus? Ya, sudah, nggak apa-apa. Saya manut. Silakan ditransfer saja secepatnya.” Walhasil calon pembeli syok tapi sekaligus tidak bisa menghadapi strategi kopoken itu. *** Memasuki tahun ketiga kuliah, Unggun punya kecemasan yang akut. Sementara teman-teman lainnya punya ketakutan nanti kalau lulus kuliah mau kerja di mana, Unggun justru mengkhawatirkan eksistensinya di depan kawan-kawannya. Dia merasa tidak pernah dianggap benar-benar ada. Peringatan: Kisah-kisah dalam buku ini mengandung bahasa Jawa.
Kumpulan esai-esai di ranah sastra dan pendidikan sastra yang ditulis Setia di berbagai media sebelumnya. Buku ini memuat banyak gagasan-gagasan serta kritiknya yang tajam. Bisa dikatakan buku ini adalah bentuk pemberontakannya. Buku memenangkan Penghargaan ACARYA SASTRA 2017 dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Penerbit Garudhawaca