You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
"Di hari ibuku mengabarkan kematian ayahku itu, aku tiba di rumah tak lama setelah azan magrib selesai berkumandang. Lampu-lampu rumah menyala, tetapi aku tahu tak ada siapa pun di dalamnya. Aku bisa merasakan itu. Ibuku ketika itu tentulah masih di rumah sakit mengurusi proses pemulangan jenazah. Aku tidak menyusulnya meski ibu sebelumnya memberitahuku di rumah sakit mana jenazah ayah berada." Novela ini pada awalnya menghadapkan kita pada semacam prolog yang mencoba menjelaskan cerita di dalamnya, di mana kita diajak untuk memosisikan diri di luar cerita. Selanjutnya, ia menghadapkan kita pada cerita itu sendiri, yakni penggalan-penggalan kisah hidup seorang lelaki yang mati di awal cerita, yang dihadirkan bukan lewat perspektifnya sendiri melainkan perspektif tiga tokoh perempuan yang terhubung dengannya, secara bergantian. Kelak setelah membacanya sampai habis, novela ini menghadapkan kita pada sesuatu yang lain lagi: sebuah situasi. Berhadapan dengan situasi ini kita berpeluang memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang relasi sesungguhnya antara kesadaran pembaca dan kesadaran pengarang, antara realitas dan kesadaran.
None
Menulis puisi bagi saya jadi aktivitas memunculkan diri sendiri. Menulis puisi adalah membiarkan diri saya jujur; berterus terang tentang apa pun itu. Berhadapan dengan puisi-puisi saya tak ubahnya berhadapan dengan diri saya yang sesungguhnya, yang mungkin sendirian, yang mungkin muram, yang mungkin balam yang mungkin padam. Anda mungkin akan memperoleh pengalaman, atau kejutan, atau kesedihan, atau kesunyian, atau penderitaan. Tapi saya tekankan, puisi-puisi saya sesungguhnya tidaklah menawarkan apa pun selain diri saya sendiri. Diri saya yang sesungguhnya. Ardy Kresna Crenata
Ardy telah mengambil segala-galanya dari kehidupan kontemporer kita—terlebih-lebih dari budaya pop. Ia berutang budi kelewat banyak kepada media massa dan kehidupan banal masyarakat urban. —Zen Hae Disaksikannya dengan mata kepalanya sendiri perubahan itu. Sebuah titik hitam, lalu sebuah pusaran. Dan satu per satu semuanya terisap. —Sebuah Kehidupan, Sebuah Pencarian, dan Akhir yang Tak Menyenangkan Pada kemunculannya yang pertama nima langsung mendapat perhatian penghuni kota. Mereka yang masih dan atau sedang sendiri, terutama yang laki-laki, berduyun-duyun menggelontorkan uangnya demi sesosok nima. —Makan Malam Terakhir Subjek kami kini kembali menjadi seorang perempuan, dan ia melakukan sesuatu yang hampir sama dengan apa yang dilakukannya di kehidupannya yang ke-25. Sejumlah Kehidupan di Kumaroichi
Pada masa pandemi tahun 2020 jagat laman media sosial Facebook diramaikan dengan serentetan tulisan para “ahli”. Para penulis senior yang terkenal seperti AS Laksana, Goenawan Mohamad, dan Ulil Abshar Abdalla membuat Facebook menjadi lebih segar dan berbobot. Mereka menulis catatan panjang yang tema sains, saintisme, dan hubungan sains dan agama. Mengeja Indonsia merasa debat yang berbobot ini perlu di dokumentasikan sehingga tidak lengkang ditelan zaman, maka dengan segala kekuarangan kami persembahkan kepada penikmat perdebatan ini buku digital Sains, Saintisme, dan Agama.
Ansor bersama-sama dengan induknya, NU, adalah garda depan dalam melawan kecenderungan menguatnya politikidentitas yang mengatasnamakan agama, tatkala elemen-elemen lain dari bangsa ini seperti maju-mundur atau bahkan takut untuk menghadapinya. Pemikiran aswaja mendorong Ansor untuk menjadi moderat dan fleksibel baik dalam bidang politik maupun sosial. Sikap fleksibel itu memungkinkan Ansor dapat mempertahankan eksistensinya dalam berbagai situasi kekuasaan. Dalam bidang sosial, fleksibilitas itu membuat Ansor dapat membangun relasi dengan berbagai elemen masyarakat, seperti gerakan pemuda lainnya, beragam kelompok Islam, dan khususnya dengan kelompok minoritas. Di bidang ekonomi, fleksibili...
Jalan cinta sungguhlah tiada batasnya. Di antara ungkapannya bisa melalui lukisan, tarian, puisi, hingga cerita sastra. Ini adalah kumpulan cerpen yang khusus diciptakan dan didedikasikan sebagai ekspresi lautan cinta kepada Nabi Muhammad Saw. Tentu, cerpen adalah cerpen, dan justru melalui keluasannya itulah ia leluasa mewartakan, menyaksikan, hingga menggumamkan isyarat-isyarat cinta yang terus mengalir makna dan pesonanya.
Mereka masih muda dan mungkin bukan siapa-siapa dalam dunia sastra. Tetapi karya-karya mereka tak kalah mengagumkan dibandingkan para penyair dan cerpenis yang telah menjadi seseorang. ìAmarahî mereka layaknya bom waktu yang meledak melahirkan puing kata-kataópuisi dan cerpen. Amarah yang berkobar-kobar itu ditujukan kepada cinta yang tanpa restu, dogma yang meruntuhkan kemanusiaan dan mengubahnya menjadi manusia robot, kekerasan negara (dan kematian yang sia-sia), perusak kedamaian, isu SARA yang dipolitisasi, dan berujung pada pertanyaan kepada Tuhan. Dalam buku ini, ìAmarahî mereka menyaru dalam keindahan. Terus berproses dan berdialog untuk membebaskan amarah mereka (atau mungkin kita?).
Buku “Pertemuan Terakhir” adalah Antologi Puisi dan Cerpen Pemenang Lomba Menulis Tulis.me 4 Kontributor: 1 Yusril Ihza Fauzul Adzhim 2 Neni Eka Wulandari 3 Anggun Widi Nugroho 4 Aqib Wisnu Priatmojo 5 Agil Febrianto 6 Wika G. Wulandari 7 Yuditeha 8 Ardy Kresna Crenata 9 Sapta Arif Nur Wahyudin 10 Ai El Afif 11Akhmad Zulkarnain
Kumpulan puisi terbaik dari peserta lomba Komunitas Pena Santri. Selamat mengunduh (download). Mohon berkenan untuk memberikan rating dan komentar setelah mengunduh buku ini. Dukungan sobat sangat kami butuhkan. Terima kasih.