You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Menurut American Psychological Association, trauma adalah peng-alaman mengganggu apa pun yang mengakibatkan ketakutan, ketidakberdayaan, disosiasi, kebingungan, atau perasaan mengacaukan lainnya yang cukup kuat sehingga menimbulkan dampak negatif jang-ka panjang terhadap sikap, perilaku, dan aspek fungsional seseorang lainnya. Trauma akan mengganggu banyak aspek dalam kehidupan kita sehingga dibutuhkan serangkaian cara untuk pulih darinya. Kekerasan fisik atau seksual, kekerasan emosional termasuk pada masa kanak-kanak, kecelakaan serius, masalah kesehatan, kehilangan orang terdekat, hingga peperangan merupakan beberapa pengalaman buruk yang dapat menyebabkan trauma pada diri kita. Trauma itu tersimpan dalam memori kita dan sewaktu-waktu dapat muncul kem-bali ketika ada pemicunya. Kita memang tidak bisa kembali ke masa lalu demi mengulang hidup kita tanpa harus mengalami kejadian buruk itu. Tetapi, kita yang hari ini punya kesempatan untuk memulihkan diri dan jangan pernah ragu meminta bantuan para ahli untuk mewujudkan hal tersebut.
Pribadi di Balik Topeng mengulas tentang tipe kepribadian berdasarkan publikasi terbaru John Beebe, psikiater asal Amerika yang mengembangkan teori Carl Gustav Jung. Teori John Beebe mengungkapkan bahwa setiap kita memiliki fungsi ekstrover dan introver, meskipun salah satunya akan menjadi dominan terhadap yang lain. Buku ini memaparkan tentang keutuhan persona dan kesadaran atas kelemahan berdasarkan tipe kepribadian. Tidak hanya berfokus pada apakah seseorang ekstrover atau introver, mengindra atau intuitif (sensing/intuition), berpikir atau merasa (thinking/feeling), tetapi juga menjabarkan arti huruf tersebut dan arah sikapnya secara khusus. Selamat membaca!
“Di hari resital Chopin itu, seorang asing yang tak kukenal datang menyapaku. Seorang yang sama, yang mengatakan ingin menjadi temanku. Dia menyusup di antara pintu-pintu sempit dan gelap itu hanya untuk menemukan diriku yang sebenarnya.” –Aurore *** Paris, 1848 Nada bertaut kian kemari, naik dan turun, seakan mengasingkan sang gadis di antara bukit-bukit salju. Pula warna-warni nada itu terasa seperti sinar putih musim dingin. Alunannya menjebak setiap pendengar dalam badai salju di hati mereka masing-masing. Begitu dingin, begitu biru, begitu beku. Amat sunyi. Gadis itu sedang menanti, tetapi bukan seseorang yang didambanya… melainkan sebuah kebebasan. Semua telinga mendengarkan alunan musik mengalir dari setiap jari Aurore. Mereka tidak tahu jika gadis itu tidak hanya lihai bermain piano, namun juga gesit berdansa dengan pedang. Bilah-bilah panjang tersebut tampak mengerikan di kedua tangan Aurore. Setiap sayat pedangnya adalah api pembakar hati. Hantamnya bagai batu perajam jiwa. Tatap matanya laksana duri penjerat setiap asa. Gadis itu bagaikan kematian.
Banyak orang merasa khawatir bahwa self-love hanyalah bentuk rasa mengasihani diri sendiri. Faktanya, self-love merupakan penangkal rasa tersebut. Ketika kita berbelas kasih pada diri sendiri, kita ingat bahwa setiap orang menderita dari waktu ke waktu dan kita tidak membesar-besarkan besarnya perjuangan kita. Self-love adalah sumber kekuatan batin yang dapat diandalkan, yang memberikan keberanian dan meningkatkan ketahanan ketika kita menghadapi kesulitan. Self-love memungkinkan kita memberi lebih banyak kepada orang lain, mencondongkan kita ke arah kesehatan dan kesejahteraan jangka panjang. Self-love bukanlah bentuk pembenaran atas perilaku buruk. Sebaliknya, self-love memberikan rasa aman yang diperlukan untuk mengakui kesalahan daripada menyalahkan orang lain atas kesalahan tersebut. Orang yang mencintai diri sendiri mengambil tanggung jawab pribadi atas tindakan mereka dan lebih cenderung meminta maaf jika mereka telah menyinggung perasaan seseorang. Dan, Self-Love Dictionary adalah teman baru kamu untuk semakin tahu lebih dalam cara sesungguhnya mencintai diri sendiri.
“Tuhan sudah mengatur bintang, bulan, dan matahari di angkasa raya. Bagaimana gerakan bintang, begitu juga bulan. Andai aku segera pulang dan menikah denganmu, mungkin aku tak bisa seperti ini, malah tak sempat mencapai doktoral. Dan kamu tak memiliki anak-anak yang cantik. Bumi, dan bulan biarkan beredar pada tempatnya. Kita manusia hanya menjalani apa yang jadi suratan-Nya.” “Izinkan aku memelukmu!” ucapku meminta. “Jangan! Kita tidak pantas, kamu laki-laki, aku perempuan. Ada fitnah mengintai di sekitar kita. Aku menghormati istrimu. Aku titip salam untuknya!” katanya tegas. “Sekali ini saja,” rayuku. “Lelaki dituruti sekali, kan meminta dua kali dan seterusnya!” bisiknya lembut, tangannya kugenggam dengan mesra. Lembut sekali. Wajah dan tubuhku kurapatkan ke padanya. Dia tak menghindar. Dadanya bergetar.
Radif, seorang pemuda desa yang pergi merantau untuk mengubah nasib dan memperbaiki kesalahannya di masa lalu. Ia menjalani masa kecil hingga remajanya hanya dengan bermain dan menjahili orang lain, mengecewakan harapan besar ibunya yang selama bertahun-tahun bekerja menjadi asisten rumah tangga di Jakarta. Ratna, sahabat masa kecil Radif yang gemar sekali membaca dan bercita-cita untuk bisa menjelajah dunia. Dia sangat mengagumi ibu Radif yang membiayai sekolahnya, memberinya banyak buku cerita, dan menjadi satu-satunya orang yang mendukung setiap keinginan dan langkahnya untuk menjadi perempuan merdeka dan menolak tradisi menikah muda. Atas restu dan bantuan ibu Radif, Ratna bisa pergi meninggalkan desanya untuk bekerja, meniti jalan untuk mewujudkan mimpi masa kecilnya, pergi ke luar negeri, sebagai seorang TKW.
This book addresses some essential topics in four English language skills. i.e., Listening, Reading, Speaking and Writing. The topics are implemented in a lesson plan for EFL university students. The lesson plan is based on a particular theory. More to that, reflections on how the theory implementation in the lesson plan can promote and hinder learning are also provided. The book consists of six chapters and each chapter has an introduction, theoretical base, teaching procedures, learning potentials, considerations, and conclusion.
A group of guests gather in a large country house, owned by the dying Lord Warbeck, who wants what is left of his family around him to celebrate what he assumes will be his last Christmas. The guests are a motley bunch, including Sir Julius Warbeck, Chancellor of the Exchequer, the wife of one of his underlings, the fascist son of the present Lord Warbeck, and the Chancellor's bodyguard. Also present is foreign historian Dr Bottwink, and the traditional faithful butler. When the first murder occurs, the house is cut off from the rest of the world by a heavy snowfall, and it is left to Sir Julius's bodyguard to initiate a preliminary investigation before contact can be made with the local police force.
None
In the doorway of an elegant New York apartment, blood seeps over silk negligee, over polished wood floors and plush carpet: a beautiful young woman lies dead, her face disfigured by a single gun shot. But who was Laura? What power did she hold over the very different men in her life? How does her portrait bewitch even Mark McPherson, the hard-bitten detective assigned to find her murderer? One stormy night, Mark's investigation takes an unexpected turn...