You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Lelah kadang melanda tanpa kenal waktu. Pun bilamana hati mencoba berteguh, tetap kesal kadang memeluk tanpa ragu. Kamu yang duduk dalam peraduan, bila menatap pantulan pada kaca, datanglah memeluk buku ini. Maka langgamnya akan kamu dengan bersama mirat dalam senyum siput.
Apa yang paling kau rindukan, ketika hati tak lagi sanggup menyampaikan pedih pada pelupuk mata?
Buku ini merupakan tulisan karya peserta Nulis Bareng Ananta. Di dalamnya terdapat banyak cerita tentang kearifan Indonesia, tentang sebuah kutukan maupun kemanusiaan.
None
This study deals with the political history of the Indonesian province of West Sumatra and the Minangkabau people from the late colonial period up to the present, focussing on the course and degree of their integration into the contemporary Indonesian state. The book provides a local perspective on the growth and development of the nationalist movement in Indonesia, the struggle for independence, and the trauma involved for West Sumatra in adapting to an Indonesian state based on very different concepts of government than those that animated the anticolonial struggle in the region. It also helps understand the backgrounds of the recent violent insurgence in several parts of the Indonesian archipelago against the rule of the Javanese-controlled central government.
This book reveals how everyday experiences of being ‘modern’ (c. 1920s-70s) indexed continuity and change in the transition from colonialism to independence and after in Southeast Asia. In the Philippines, Myanmar, Indonesia, Malaysia, Singapore, Thailand and Vietnam, the contributors to this interdisciplinary volume recover modern times at the intersection of public and private domains, encompassing sex, religion, art, film, literature and urban space. The authors examine the conditions and representations of modernity, as shaped by elites and the governed, by actors, artists, novelists and non-fiction writers. Plural encounters in cities, through spiritual communities, art, high and popular culture saw Southeast Asians fashioning modern times in dialogue with global capitalism, consumer culture and second-wave feminism.
Buku ini menjelaskan tentang Andragogi dari dari sudut pandang praktisi dari berbagai sumber dan pendapat yang berbeda-beda membuat buku ini menjadi taktis dan penuh dengan hal yang bisa menarik perhatian pembaca yang umumnya untuk mahasiswa pendidikan masyarakat
Mengapa kita perlu berakhlak mulia? Kata ibu, orang yang berakhlak baik akan disayangi Allah dan rasul-rasulnya. Adik-adik mahu disayangi Allah dan rasul? Mari kenali akhlak-akhlak yang boleh boleh kita contohi melalui buku ini. Akhlak yang baik lahir daripada peribadi yang selalu ingin mencontohi Rasulullah. Buku ini mengajak adik-adik mengenali dan memahami 101 akhlak yang boleh dicontohi. "Sesungguhnya pada diri Rasullulah itu contoh ikutan yang paling baik bagi kamu."
None