You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Kearifan lokal, Pancasila, dan filsafat Keindonesiaan merupakan tema-tema yang menjadi kerinduan para penulis buku ini. Kami, para pembelajar yang tergabung dalam Asosiasi Filosof-filosof Katolik Indonesia (AFKI), sungguh mencintai “Keindonesiaan” dan berusaha menemukan pesan-pesan kearifannya untuk revitalisasi makna Pancasila, yang oleh Bung Karno disebut, perekat atau penjaga keutuhan bangsa Indonesia. Buku ini terdiri dari 35 esai filosofis, berasal dari berbagai “Kearifan Lokal” yang membentang luas dan indah di seluruh tanah Indonesia. Esai kedua sampai kedelapan mengurai kearifan lokal “Ketuhanan”; kesembilan – keempat belas, “Kemanusiaan”; kelima belas – kedua puluh satu, “Kebersatuan”; kedua puluh dua – kedua puluh enam, “Musyawarah dan demokrasi”; dan kedua puluh tujuh – ketiga puluh dua, “tata Keadilan”. Adalah harapan kami, semoga esai-esai ini menjadi “butir-butir emas” Filsafat Keindonesiaan.
Pembinaan calon imam menghadapi banyak tantangan baru: struktur masyarakat yang terdisrupsi, perkembangan teknologi digital dan internet, para formandi yang lahir dan tumbuh dalam konteks budaya super modern yang berubah dengan cepat, kecenderungankecenderungan baru kehidupan Gereja, pola-pola kehidupan baru yang belum bisa diprediksikan dengan baik pasca pandemi Covid-19. Dihadapkan pada realitas tersebut, dewasa ini para formator dituntut untuk terus menyesuaikan tuntutan pembinaan dengan pendekatanpendekatan ilmu sosial yang baru, mengikuti perkembangan teologi dan refleksi tentang spiritualitas, mengakrabi teori-terori pembinaan baru, dan menemukan bentuk-bentuk pembinaan dan keterlibatan yang bisa memperkenalkan formandi kepada kehidupan Gereja dan realitas sosial yang terus berubah. Karya ini merupakan salah satu ungkapan syukur atas Jubileum ke 50 Seminari Tinggi CM. Semoga buah-buah refleksi buku ini menyumbang inspirasi bagi siapa pun yang menaruh minat dan terlibat dalam karya pembinaan calon imam maupun religius. Salah satu kharisma CM ialah mengabdi Gereja dalam formasio.
Teologi Publik: Sayap Metodologi & Praksis ini dipersembahkan untuk pengembangan berteologi di Indonesia. Dengan “sayap” dimaksudkan perspektif teologis yang beragam terkait metodologi dan praksisnya. Struktur buku dibagi menjadi dua, sayap metodologi dan sayap praksis. Gereja menegaskan bahwa aktivitas berteologi memiliki muara pada praksis yang difundasikan pada pengalaman akan Allah dalam keterlibatan societas (Bdk. Octogesima Adveniens, Johann Baptist Metz, Felix Wilfred, Paul Janssen). Teologi publik identik dengan teologi keterlibatan, yaitu berteologi dengan mata melèk (terbuka akan pengalaman salib) dan hati-budi inklusif (menyambut Liyan atau orang lain). Tema-temanya merambah ...
Merupakan Prosiding tentang Mencari metodologi berteologi baru untuk Indonesia dari para penggiat berteologi Indonesia dalam rangka launching program doktor teologi di STFT Widya Sasana. Aneka tulisannya dimaksudkan untuk memantik entusiasme aktivitas penelitian dan pengembangan model-model berteologi baru.
Sejarah sebagai Perjuangan adalah kumpulan beberapa pemikiran kristianitas yang diperuntukkan sebagai Festschrift dari Prof. Dr. A. Eddy Kristiyanto yang merayakan ulang tahun ke-65. Para kontributor buku ini berupaya memperdalam, memperkaya, bahkan mengkritisi minat dan gagasan Eddy Kristiyanto. Keberagaman tulisan yang diniatkan bagi beliau mengambarkan keberagaman minat ilmu yang digeluti oleh Eddy Kristiyanto. Sejarah Gereja adalah minat utama Eddy Kristiyanto. Beliau mencurahkan waktunya untuk mempelajari, meneliti, menulis, dan mengajar sejarah. Ini adalah sebuah keuntungan tertentu dibandingkan dengan dosen lainnya. Karena keuntungan tersebut, ahli sejarah mempunyai kesempatan banyak untuk menjadi orang bijak. Dari paragraf pertama hingga paragraf terakhir, para kontributor mengafirmasi apa yang dipikirkan, ditulis, diajarkan, dan dihidupi oleh Prof. Dr. A. Eddy Kristiyanto: mempelajari sejarah menjadikan seseorang bijak dalam artian menjadikan seseorang makin mengerti pergulatan sesama dan makin menaruh harapan pada penyelenggaraan Ilahi. Dengan demikian, sejarah menyangkut perjuangan manusiawi dengan pertolongan Ilahi.
Membuat refleksi merupakan keistinewaan manusia dibandingkan dengan makhluk infrahuman. Pentingnya refleksi dalah untuk semakin memaknai perjalanan kehidupan sekaligus membuatnya semakin baik. Dengan demikian refleksi menjadi bagian yang penting dalam hidup manuasia agar tindak tanduknya semakin bermutu. Fokus dari refleksi tentu bermacam-macam. Namun yang paling mendasar adalah dimensi hidup manusia itu sendiri. Buku berjudul Pergulatan Etika Indonesia ini merefleksikan tiga bidang kehidupan yang menyelimuti perjalanan hidup manusia, yakni budaya, filsafat dan Etika. Buku ini merupakan sebuah bunga rampai, dan dihadirkan dalam rangka 65 tahun Prof. Alois Agus Nugroho. Refleksi terhadap tiga bidang kehidupan manusia yang hadir dalam buku ini, yang juga menjadi bagian dari pergumulan filosofis Prof Alois selama ini, diharapkan dapat memberi insigt dalam pergulatan bangsa Indonesia dewasa ini untuk membangun kehidupan bersama yang semakin bermartabat berlandaskan nilai-nilai etis Pancasila.
None
Salib dan Paskah: betapa indahnya dua kata ini di telinga dan hati orang Kristiani. Dari sana dialami misteri keselamatan yang menyentuh kodrat dan praksis. Tak kunjung lelah orang ingin belajar darinya. Memandangnya saja sudah memberikan kekuatan, apalagi mencoba masuk ke dalam misterinya; karena salib adalah peristiwa ilahi kita akan bertemu kebijaksanaan Allah sendiri. Nyatanya, peristiwa salib menuju paskah sungguh-sungguh merupakan momen liturgis sejati, di mana rahmat bertemu dengan jawaban. Putra Allah sendiri menjadi pemeran utama. Solidaritas-Nya mengangkat kenyataan ke alam transenden. Di hadapan liturgi sejati itu puncak penderitaan jadi bermakna. Kedosaan dan keterpurukan manusia...
Sinodalitas, menurut maknanya yang paling dasar, sebagai suatu “berjalan bersama”, sudah menjadi bagian hidup Gereja sejak awal mula. Sinodalitas menunjuk corak gaya khusus hidup dan perutusan Gereja, dan sekaligus mengungkapkan sifat Gereja sebagai umat Allah yang berjalan bersama-sama dan berkumpul dalam pertemuan, yang dipanggil Tuhan dalam daya kuasa Roh Kudus untuk mewartakan Injil. Tema sinodalitas adalah “Bagi Gereja Sinodal: Persekutuan, Partisipasi, dan Misi”, Fokus tema persekutuan, partisipasi dan misi, mengajak setiap orang beriman untuk melihat dan merefleksikan pengalaman hidup menggereja selama ini, untuk bersama-sama saling mendengarkan satu sama lain: apa yang dikata...
Buku ini berisi serangkaian telaah mendalam tentang fenomena dunia sosial yang terhampar luas. Dengan menggunakan pisau analisis fenomenologis, para penulis berupaya menyuguhi pemahaman tentang aneka peristiwa keseharian yang menjadi milik setiap orang, di mana pengalaman subjek sebagai yang utama, dan validitas kebenarannya bersumber dari dan dalam pengetahuan-pengalaman hidupnya. Fenomenologi adalah filsafat tentang fenomena, tetapi bukan sekadar renungan filsafati. Fenomena dalam cermatan fenomenologis memaksudkan sebuah peristiwa tentang pengalaman hidup sehari-hari. Edmund Husserl menyebutnya Lebenswelt atau “dunia kehidupan”. Martin Heidegger menegaskannya dalam being in the world, atau pengalaman hidup manusia yang sekaligus wilayah pengetahuannya. Dan Alfred Schutz memperkenalkan ide tentang social-world. Pemeriksaan yang rigid terhadap pengalaman hidup dan kesadaran individu menempatkan frame-analitik fenomenologis menjadi sesuatu yang penting diperhitungkan dalam diskursus metodologis, karenanya diperlukan bagi peneliti mana pun yang menghendaki prinsip-prinsip teknis-metodis bagaimana pengetahuan diperoleh secara pasti. Buku persembahan penerbit PrenadaMediaGroup