You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Ia merasa seperti kelinci abu-abu muda yang ditarik dari dalam topi panjang oleh pesulap berbaju setelan wool hitam. Sebelumnya, ia tersembunyi dalam gelap pekat lalu kupingnya terpegang lalu tubuhnya terangkat lalu ia dihujani cahaya. “B," kata lelaki itu. “Namamu B.” Saat itu, ia terlahir kembali. Hitam, putih, abu-abu. Kelinci seperti apakah kamu? Masukilah labirin liang, lalu temukan, siapakah dirimu sesungguhnya.
“Menjijikkan...!” katanya mendesis sambil membuang bungkusan itu ke lantai. Dari bungkusan mirip kotak sepatu itu berhamburanlah kertas-kertas brosur yang bertuliskan: “Ikutilah Seminar Mengatasi Keluhan Pelanggan”. “Apakah pelanggan Anda sering mengeluh dan kecewa terhadap service Anda? Atau apakah Anda merasa pelanggan Anda rewel, bawel, dan banyak menuntut?” Bla-bla-bla, Bla...bla...bla! Ia tiba-tiba merasa sangat mual dan ingin muntah. Buku ini merupakan kumpulan cerpen tunggal kelima Bamby Cahyadi serta seratus persen fiksi, bukan buku materi seminar atau pelatihan di dunia restoran. Berisi 13 cerita pendek, di antaranya berjudul “Seminar Mengatasi Keluhan Pelanggan”, “Akhir Hayat Novelis Bagus Sangsekerta”, “Penulis dan Film Denzel Washington”, serta “Semoga Belum Terlambat.”
Citizens of the World deals with the Baha’is and their religion. While covering the historical development in sufficient detail to serve as a general monograph on Baha’i, emphasis is laid on examining contemporary Baha’i, with the Danish Baha’i community as a recurrent case. The book discusses Baha’i religious texts, rituals, economy, everyday life, demographic development, mission strategies, leadership, and international activism in analyses based on primary material, such as interview studies among the Baha’is, fieldwork data from the Baha’i World Centre in Israel, and field trips around the world. The approach is a combination of history of religions and sociology of religion within a theoretical framework of religion and globalisation. Several general topics in the study of new religions are covered. The book contributes to the theoretical study of globalisation by proposing a new model for analysing globalisation and transnational religions.
Keasyikan isu-isu kebahasaan karena pada era kini filsafat adalah soal bagaimana kenyataan itu sejatinya dibangun oleh deretan huruf. Martin Heidegger, filsuf Jerman, menyebut bahasa sebagai sebuah rumah mengada kita dan cara untuk mengungkapkan dunia. Betapapun banyak kata yang gagah telah diserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti demokrasi, republik, dan parlemen, makna kata tersebut tetap terkait dengan pandangan dunia bangsa Indonesia yang pada gilirannya mewujud dalam hubungan manusia. Pendek kata, bahasa mewakili kenyataan yang hendak diwujudkan oleh penggunanya dan tak semestinya mengacu sepenuhnya pada kata asal, Yunani misalnya. Lagi-lagi, selalu ada hubungan dialektik antara pengalaman diri dan orang lain. Sekarang, tugas kita adalah menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang kokoh dengan mengemas indah rumah yang masih belum kuat dan compang-camping itu. Pada gilirannya, bahasa Indonesia pun akan berhasil menjelma gagasan yang mengandaikan tindakan. Buku ini mengupas banyak sekali isu terkait bahasa, misalnya asal usul kata, makna, dan pesan wacana. Sebagian besar tulisannya diambil dari kolom bahasa majalah Tempo, kemudian Media Indonesia, Jawa Pos, dan lainnya.
None
“Ayahmu telah jadi peri pohon tergagah, menjadi pemimpin dari peri-peri pohon yang lain.” Wajah-wajah itu tersenyum dan membuat Marti kebingungan. “Tapi…” “Kami juga baru tahu bahwa hal ini bisa terjadi. Biasanya keluarga terdekat saja yang didatangi mimpi penjelmaan. Mungkin karena alam tahu bahwa kau akan merendah dan akan berbohong, mungkin dengan mengatakan bahwa ia hanyalah kunang-kunang. Maka, ia juga mendatangi kami dan memberi tahu mimpi yang sebenarnya.” Senyum-senyum semakin mengembang. Marti baru memperhatikan tamu-tamu yang membawa begitu banyak bibit pohon untuk ditanam. Marti tahu bahwa berkeras menyatakan yang sejujurnya hanya akan memperpanjang kerumitan, baik di hatinya maupun di mata warga. Sekuat tenaga, Marti menyeka air mata yang diterjemahkan warga sebagai air mata haru. Seketika terlintas di benaknya bahwa pohon-pohon pemberian warga akan lebih baik jika ditanam ulang di hutan larangan yang telah menggundul akibat ulah ayahnya. Marti tahu bahwa mungkin inilah waktu yang paling tepat untuk menjadi orang yang lebih bijak daripada peri.
Sejarah banyak agama yang terlembagakan menunjukkan suatu kecenderungan untuk mengembangkan dua sikap ekstrem: kecenderungan yang bersifat “mistik” dan individual di satu sisi, dan legalistik dan organisasional di sisi lain. Pribadi religius yang autentik dan memiliki pemahaman mendalam akan mampu mengintegrasikan kecenderungan-kecenderungan ini dengan mudah dan otomatis. Kebanyakan orang kehilangan atau melupakan pengalaman religius subjektif, dan mendefinisikan ulang agama sebagai seperangkat kebiasaan, perilaku, dogma, bentuk-bentuk, yang di titik ekstrem menjadi sepenuhnya legalistik dan birokratis, konvensional, kosong, dan dalam makna yang sesungguhnya, antireligius. Agama yang ter...
Novel memukau ini merekam perjalanan panjang Baldassare Embriaco, saudagar buku keturunan Genoa asal Gibelet, Libanon. Selama hampir dua tahun ia menjelajahi tiga benua dan mengelilingi nyaris separuh dunia—Libanon, Maroko, Turki, Yunani, Portugal, Spanyol, Belanda, Inggris, Prancis, Italia—untuk mencari sebuah buku berkekuatan magis yang konon bisa menyelamatkan bumi dari kiamat yang diramalkan kian mendekat. Buku itu memuat nama Tuhan yang keseratus, sebuah nama rahasia yang tersembunyi, sebagai pelengkap 99 nama Tuhan yang lazim dikenal oleh umat Islam. Dengan dihiasi kisah cinta penuh liku, benturan antaragama dan peradaban, renungan filosofis tentang kesejatian hidup manusia, serta kronik sejarah yang kaya, novel berlatar abad ke-17 ini memikat kita sejak halaman pertama. Kisah ini mengukuhkan pengarangnya, Amin Maalouf—pemenang hadiah sastra bergengsi Prix Goncourt—sebagai salah satu novelis terkemuka dunia dari jazirah Arab.
Memadukan beragam tema dalam satu rangkaian yang terjalin kuat tentu memerlukan kepiawaian tersendiri. Tidak semua intelektual bisa melakukannya. Namun di tangan Ahmad Sahidah persoalan dan tema beragam bisa terpadu dan terjalin. Selain itu, intelektual penerjemah Truth and Method-nya Hans-Georg Gadamer ini mampu menjadi hal-hal filosofis yang berat menjadi ringan. Kekuatan dan kekhasan buku ini seutuhnya berada pada sisi itu. Karya Ahmad Sahidah, Ph.D ini membahas beragam persoalan, dari politik, pendidikan, bahasa hingga agama. Namun semuanya memiliki benang merah yang terjalin kuat dalam rajutan pendekatan filsafat. Pendekatan yang digunakan santri yang intelektual ini menjadikan karya ku...