You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
This is an open access book. 1st International Conference on Multidisciplinary Studies (ICoMSi) offers a track of quality R&D from key researchers and experts. It provides an opportunity in bringing in the new hope and horizons that will contribute to Advanced research and policy on Culture, Environment, Health, and Community Development after pandemic. All submitted papers will be under peer review and accepted papers will be published in the conference proceeding. Both academia, activists and industries are invited to present their papers dealing with state-of-art research, sustainable developments, and goods practices of community development after pandemic.
This is an open access book. The 6th International Conference on Learning Innovation and Quality Education (ICLIQE 2022) is organized by Faculty of Teacher Training and Education. The purpose of the ICLIQE 2022 activity is as a forum to accommodate researchers, academics, educators and education staff, consultants, government and other stakeholders to share perspectives related to educational trends seen from the perspective of society 5.0 era which includes the fields of science and technology education, social and humanities, management education, basic education, special education, early childhood education, guidance and counseling, curriculum, and educational evaluation and innovation.
Author Leonard Swidler himself is one of the American originators of the term trialogue (words among three persons), and here he raises it to a new level as he shares the podium with professors Reuven Firestone and Khalid Duran. These three professors, beginning with Firestone and Judaism, present their faith traditions and the challenges as well as possibilities for genuine trialogue. Each offers invaluable insights into the ways they share Hebraic roots and Abrahamic traditions and how their beliefs and practices have evolved through the centuries up to and including the present. Throughout the text, readers are encouraged to pause for reflection and/or discussion of the key points presented by the authors. This is a fascinating, enlightening, and highly recommended introduction to these three great faith traditions and how they evolved and are practiced today.
Dalam beberapa tahun terakhir, komunitas agama dan budaya di Indonesia mulai akrab dengan istilah literasi, penggiat literasi, komunitas literasi, dan gerakan literasi. Apalagi pelbagai program dan kegiatan seminar yang mengangkat tema dan membahas literasi telah tersebar hampir di seluruh lapisan masyarakat dan departemen pemerintahan. Namun, literasi yang selama ini digaungkan ternyata belum mampu untuk menampilkan perwujudan dampak positifnya bagi laku keagamaan dan kebudayaan di Indonesia. Fenomena tersebut dapat dipotret dari tingkah-laku umat beragama yang diwakili oleh para elite maupun awam yang masih gemar memproduksi dan mendistribusikan berita dan informasi negatif bermuatan SARA ...
"""Ketika agama menjadi empty shell, kekosongannya akan segera diisi oleh hal-hal yang bersifat keduniawian dalam segala bentuknya. Agama dengan simbol-simbol tradisionalnya akan berubah menjadi sekadar """"formula sukses"""" dan Tuhan cuma di perlakukan sebagai, dalam bahasa fromm,""""a partner in business"""". Demikian, ketika kekuatan kapitalis mendistorsi konsep agama, agama terancam tinggal menjadi semacam tubuh yang kehilangan kepala dan jantung hatinya, tinggal menjadi wujud tanpa signifikansi. Agama terkooptasi; kekuatannya justru merongrong misi sucinya, bahkan boleh jadi malah menjadi pelindung agen para pendosa. Agama menjadi apa yang oleh leo yang agung dsebut sebagai a respectable cloac for sin, """"jubah mulia bagi berbagai dosa"""", kehilangan moralitas, kehilangan yang """"suci"""", """"baik"""" dan """"adil"""". Lalu, yang tertinggal hanyalah serangkaian kepercayaan, ritualisme kosong makna, atau paling banter semacem etiket. Ketaatan terhadapnya malah menjadi ironi bagi misi sucinya. Ketika Makkah Menjadi Seperti Las Vegas adalah suara keprihatinan yang mengajak kita untuk menegakkan agama sebagai rahmat bagi semesta."""
Lembaga pendidikan Islam merupakan tempat yang sangat vital bagi proses transmisi pengetahuan dan transmutasi kultur keberagamaan. Di tengah gencarnya upaya pemerintah dalam mempromosikan narasi diplomatik sebagai model negara Muslim demokratis, yang menjunjung tinggi nilai-nilai pluralisme agama dan toleransi, maka eksistensi dan peran lembaga pendidikan Islam semakin tidak bisa dinafikan. Karena itulah, hadirnya buku hasil kajian Sdr. Nur Kafid ini sangat penting. Selain dapat memperkaya rujukan bagi kajian keislaman Indonesia kontemporer, juga dapat menjadi inspirasi bagi upaya penguatan kultur keberagamaan moderat di lingkungan pendidikan. ÑProf. Dr. Ahmad Zainul Hamdi, M.Ag. Direktur P...
Fenomena perbedaan generasi mengacu pada perbedaan karakteristik, nilai, pola pikir, dan perilaku antara kelompok orang yang lahir dalam periode waktu yang berbeda. Dalam konteks saat ini, kita sering membahas dua generasi yang paling dominan di dunia kerja dan sosial, yaitu Generasi Milenial (lahir sekitar 1981-1996) dan Generasi Z (lahir sekitar 1997-2012). Kedua generasi ini tumbuh di era yang sangat berbeda dibandingkan dengan generasi sebelumnya, seperti Baby Boomers (lahir 1946-1964) dan Generasi X (lahir 1965-1980).
Ketika konflik yang disebabkan oleh perilaku radikal terjadi, semua orang baru menyadari betapa mahalnya kerukunan dan perdamaian. Berbagai upaya dilakukan demi memadamkan bara api konflik yang terus menyala dan dinyalakan oleh beberapa orang yang tidak bertanggungjawab. Karenanya, benar kata pepatah: “lebih baik mencegah daripada mengobati”. Dalam konteks ini, menjaga kerukunan dan perdamaian dalam keberagaman sejak dini lebih baik daripada merajut perdamaian di saat konflik sudah melanda. Buku yang ada di tangan pembaca merupakan hasil penelitian terhadap berbagai upaya merajut perdamaian di wilayah yang kerap terjadi konflik atas nama agama. Buku yang layak dibaca oleh siapapun yang berharap dan berupaya akan terwujudnya perdamaian dalam keberagaman.
Manusia dalam pendidikan menempati posisi sentral, karena manusia di samping dipandang sebagai subjek, ia juga dilihat sebagai objek pendidikan itu sendiri. Sebagai subjek, manusia menentukan corak dan arah pendidikan dan sebagai manusia dewasa yang bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pendidikan serta secara moral berkewajiban atas perkembangan pribadi peserta didik. Sedangkan sebagai objek, manusia menjadi fokus perhatian segala teori dan praktik pendidikan. Konsep pendidikan harus mengandalkan pemahaman mengenai siapa senyatanya manusia itu. Konsep pendidikan Islam misalnya, tidak akan dapat dipahami sepenuhnya sebelum memahami penafsiran Islam terhadap siapa sosok dan jati diri manusia. Pentingnya memotret manusia sebagai titik sentral dari teori dan praktik pedidikan, karena manusia merupakan unsur yang penting dalam setiap usaha pendidikan. Maka dari itu, tanpa lebih dulu dijelaskan siapa sejatinya manusia itu, prosespendidikan akan meraba-raba tanpa arah