You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Profesor Muhadjir Effendy adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di Kabinet Kerja (2016-2019) dan sekarang sebagai Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Kabinet Indonesia Maju (2019-2024). Di jajaran Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Profesor Muhadjir merupakan salah satu Ketua pada periode 2015-2022 dan terpilih lagi untuk periode 2022-2027. Buku ini tidak bercerita tentang capaian puncak Profesor Muhadjir baik sebagai pejabat negara maupun ketua PP Muhammadiyah. Buku ini justru tentang fase yang kurang menjadi perhatian publik tentang Profesor Muhadjir baik masa anak-anak, remaja, hingga sebagai pemimpin perguruan tinggi ternama, Universitas Muhammadiyah Malang (U...
Meraih Hikmah dari Titik Kedalaman Makna Penulis : Bahrus Surur-Iyunk Ukuran : 14 x 21 cm ISBN : 978-623-5728-16-2 Terbit : November 2021 www.guepedia.com Sinopsis : Musibah dan masalah selalu menyelimuti manusia setiap saat dan di mana saja. Masalah itu bisa kesusahan, ketidaknyamanan hidup, kekurangan, kegelisahan, ketakutan dan keletihan sekalipun. Itulah Realita (R1) yang memerlukan Respon (R2) manusia. Dari respon manusia itu muncullah Result (R3), hasil yang diraih dari respon yang diberikan. Untuk mendapatkan Result (hasil) yang baik dan positif seseorang, maka seseorang mau tidak mau mesti memiliki respons yang baik. Nah, respon yang baik, positif dan optimis itu muncul dari titik ke...
Essays on N.U., orthodox Islamic organization in Indonesia and Abdurrahman Wahid as chairman.
Buku ini membahas pentingnya menghidupkan kembali gerakan pembaruan Islam di Indonesia setelah munculnya wacana konservatif. Setelah Nurcholish Madjid, para pembaru Islam mengusung dua agenda utama: kebebasan berpikir dan redefinisi fungsi agama. Nurcholish menyoroti isu-isu seperti sekularisasi, liberalisasi ajaran Islam, dan pentingnya mengadopsi ide-ide kemajuan. Ia menekankan kebebasan berpikir, mengkritik sikap kaku tokoh Islam terhadap perbedaan pendapat, dan mengangkat ide kemajuan. Buku ini juga menyoroti bahwa Indonesia memilih jalan tengah Pancasila setelah kemerdekaan, bukan negara berlandaskan Islam atau sekuler.
Masyarakat abad global kebanyakan telah kehilangan visi keilahian, krisis spiritual, intelektual, sosial dan dekadensi moral, akibat pola hidup yang cenderung rasional, hedonis, pragmatis, materialis, sekuler dan individualis yang menjauhi nilai-nilai agama bahkan meninggalkan agama untuk mendewakan dunia, ilmu pengetahuan dan teknologi. Mereka beranggapan bahwa dengan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat memenuhi segala kebutuhannya, dan dunia sebagai tempat untuk melampiaskan segala hasrat dan segala keinginan tak terkontrol. Sehingga lama-kelamaan mereka mengalami kekeringan spiritual, jiwa mereka gersang, rohani mereka layu dan hati mereka mati. Akibatnya, berdampak pada cara pikir (para...
"One of the largest Muslim populations in the world today resides in Southeast Asia. The region has also produced its own pedigree of reformers who have critiqued the limits of Islamic thought and propounded new lines of thinking in the road to construct a better ummah. This book captures the progressive and pluralistic nature of Islamic reformism in Southeast Asia from the mid-twentieth century onwards, a period can now be regarded as the age of networked Islam. Offering a fresh conceptualization that could be well applied in the parts of the Islamic world, the author shows how several influential Muslim intellectuals have given rise to an "Islamic reformist mosaic" in Southeast Asia. Representing different strands of reformist thinking, these shapers of Islam form a unified and coherent frame of thought that distinguishes itself from the ultra-traditionalist and ultra-secularist leanings. This fascinating study is indispensable to anyone interested in understanding the challenges facing Islam and other religions in the modern world"--
"This is an excellent book which will have a major impact on the current debate about the relationship between Islam and politics in Indonesia. Its greatest strength is its innovative characterization of three Indonesian Muslim models of polity, as opposed to the normal two, Islamic state and secular state. Assyaukanie brilliantly delineates a third model, which he calls the Religious Democratic State, in the process greatly clarifying our understanding of the previous models, which he now proposes to label the Islamic Democratic State and the Liberal Democratic State. Another strength of the book is methodological. Each of its arguments is solidly grounded in the thoughts and actions of particular players, Indonesian Muslim thinkers and activists." - Professor William R. Liddle, The Ohio State University, USA
Buku ini berisi empat bagian penting di antaranya bagian pertama tentang munculnya persepsi dikotomi, bagian kedua tentang islamisasi ilmu pengetahuan Ismail Raji Al-Faruqi, bagian ketiga tentang pemikiran Ismail Raji Al-Faruqi sebagai gambaran konsep pendidikan Islam, bagian keempat tentang realisasi islamisasi ilmu pengetahuan Ismail Raji Al-Faruqi terhadap pendidikan Islam. Ditulis dengan bahasa yang sederhana sehingga dapat dipahami oleh berbagai kalangan, mahasiswa, guru, dosen, dan kalangan umum.
The Struggle of the Shi‘is in Indonesia is a pioneering work. It is the first comprehensive scholarly examination in English of the development of Shiism in Indonesia. It focuses primarily on the important period between 1979 and 2004 – a period of nearly a quarter of a century that saw the notable dissemination of Shi’i ideas and a considerable expansion of the number of Shi’i adherents in Indonesia. Since Islam in Indonesia is overwhelmingly Sunni, this development of Shiism in a predominantly Sunni context is a remarkable phenomenon that calls for careful, critical investigation. There is also an important examination of the principal ideas underlying the Madhab Ahl al-Bayt, the I...