You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
In everydays speaking, the Minangkabau people will angry if someone call them as people 'who don't know the Four'. In their mind just only 'the four leg or animal' do not know the four. This book present that main philosophy of Minangkabaunese, so called "The Four". As one of the ethnic in Indonesia, most of the people who live in West Sumatra are Minangkabau ethnic. Every Minangkabaunese has two lifestyle or lifeland, the first is 'nagari' as a motherland and the second is 'rantau' referring to other land apart from their motherland. The consequence of that adat (philosophy) the Minangs always doing the 'the Two' in their life. They always take care atention to 'son and nephew, 'daughter an...
Ungkapan nan Empat disampaikan ketika melaksanakan upacara menegakkan penghulu adat, khotbah Jumat, pidato persembahan pada acara meminang/menerima pinangan, menyelesaikan perselisihan antar anggota masyarakat, dan di setiap kesempatan lain, sebagaimana yang dilakukan masyarakat Minang Kabau pada umumnya. Kini zaman telah berubah; banyak anak-kemenakan serta keturunannya yang tidak lagi lahir, dibesarkan atau bekerja sebagai petani di nagari asalnya. Mereka lahir, dibesarkan dan bekerja di berbagai pelosok negeri dengan bermacam bidang profesi. Lebih dari itu semua kini mereka telah terbiasa pula membaca buku-buku yang ditulis dengan huruf latin. Mereka sudah menjadi manusia Indonesia seperti di daerah lainnya, tapi masih disebut sebagai orang Minang Kabau. Padahal nan empat adalah dialektika, logika, sistematika berpikir, bersikap dan berbuat menghadapi kehidupan di dunia warisan nenek moyang. Oleh sebab itu, penulis sebagai cucu keturunan Angku Ampek nagari Tanjung Sungayang berkeinginan meneruskan dan menyebarluaskan nan empat kepada anak - kemenakan khususnya, serta masyarakat pada umumnya melalui buku dan situs komunitas www.nagari.or.id.
Judul : Belajar dari Leluhur : Manuskrip dan Tradisi Lisan sebagai Sumber Pengetahuan Ekologi dan Mitigasi Bencana Penulis : Abdul Karim, Alfan Firmanto, Asep Supriadi, Atisah, Daratullaila Nasri, Dewi Juliastuty, Fakhriati, Fatmahwati Adnan, Harits Fadlly, Herry Yogaswara, Husnul Fahimah Ilyas, Inni Inayati Istiana, Irwan, Jamaluddin, Kustri Sumardiyana, Mu’jizah, Muchlis Awwali, Mulyadi, Musfeptial, Ninawati Syahrul, Nurman Kholis, Sastri Sunarti, Yeni Mulyani Supriatin, Yulino Indra Ukuran : 15,5 x 23 cm Tebal : 291 Halaman Cover : Soft Cover No. ISBN : 978-623-162-471-0 SINOPSIS .Pengetahuan (knowledge) dapat berasal dari mana saja, ilmu pengetahuan (sciences) mempunyai berbagai tata c...
Sepanjang Sejarah Indonesia, ada banyak tragedi memilukan, pembantaian berdarah, dan kekejaman lainnya yang disembunyikan atau luput dari perhatian khalayak luas. Meski demikian, sebagai orang Indonesia, identitas keindonesiaan kita turut didefinisikan oleh peristiwa-peristiwa yang mengoyak nurani itu. Suka atau tidak suka, identitas itu melekat erat pada diri kita. Hingga kini, tragedi dan kekejian berdarah itu lebih banyak menyisakan pertanyaan di ruang hampa. Bahkan acap kali kita gagap untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang paling umum seperti: Mengapa kejadian itu bisa terjadi? Dimana saja terjadinya? Siapa pelakunya? Siapa saja yang menjadi korban? Di mana para korban dikuburkan? Buku ini membahas dinamika kekejaman dan tragedi kemanusiaan sepanjang sejarah Indonesia. Semua peristiwa yang terjadi di setiap daerah, dihadirkan dengan karakteristiknya sendiri-sendiri. Variasi itulah yang turut mengukir nuansa dalam lembaran-lembaran buku ini.
Buku ini hadir, untuk membahasakan pergolakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI di tahun 1958-1961) dalam bentuk yang lebih manusiawi, dengan humanisme orang-orang kecil, heroisme, kenangan dan persaudaraan dimasa itu. 25 orang pelaku sejarah bertutur langsung memberikan 45 kisah yang dirasakan langsung, sehingga buku ini jauh dari kekakuan pakem penulisan sejarah yang seringkali teronggok di perpustakaan yang berdebu. PRRI adalah sebuah pergolakan fundamental yang menghasilkan sebuah kebanggaan, rasa sakit, sekaligus bahkan penghinaan bagi masyarakat (anak nagari) MinangKabau. PRRI jika ditelisik lebih jauh, menjadi salah satu tonggak sosial yang menstimulus kemampuan bawaan ...
Buku ini hadir, untuk dapat membahasakan pergolakan PRRI dalam bentuk yang lebih manusiawi, dengan humanisme orang-orang kecil, heroisme, kenangan dan persaudaraan dimasa itu dengan menggubahnya dalam bentuk syair. Diharapkan untuk masa yang akan datang, buku ini akan mendapat tambahan kisah kisah lainnya, sebelum semua narasumber utama Oral History peristiwa PRRI ini kembali menghadap kepada sang Penciptanya. PRRI adalah sebuah pergolakan fundamental yang menghasilkan sebuah kebanggaan, rasa sakit, sekaligus bahkan penghinaan bagi masyarakat (anak nagari) MinangKabau. PRRI jika ditelisik lebih jauh, menjadi salah satu tonggak sosial yang menstimulus kemampuan bawaan anak nagari MinangKabau untuk memandang dan berinteraksi dengan dunia lain di luar Alam MinangKabaunya. Kisah ini membawa trauma panjang, juga kebanggaan diamdiam para generasi muda akan keberanian orang MinangKabau mengoreksi sesuatu yang salah karena telah masuk ke dalam ranah rasa orang orang di tempat peristiwa terjadi.
This book is a study on traditional markets and their functions in the market society of Minangkabau, West Sumatra Indonesia. It contains detailed empirical findings on the forms of marketplaces, trade and traders, local people (mostly peasants) experiences dealing with market situation and the function of local values in the market that is embedded in the Minangkabau culture. The interacting pictures of marketplaces and indigenous social practice within and beyond them are mostly delineated.
The Central Intelligence Agency (CIA) is one of the most fascinating yet least understood intelligence gathering organizations in the world